Selasa, 03 Desember 2019

Alasan demi kekafiran semata

Tafsir pada dasarnya diciptakan demi untuk memahami sesuatu yang belum dapat dipahami secara langsung

Misalnya lukisan abstrak, maka siapa saja berhak menafsirkan apa maksud dari lukisan tersebut. Dan yang paling tau hakikat lukisan abstrak itu adalah pelukisnya sendiri

Sebaliknya jika sesuatu sudah jelas dapat dipahami maka penafsiran tidak diperlukan, misalnya 

Bakso satu mangkok 15.000 rupiah maka tidak perlu lagi ditafsirkan macam macam

Misalnya dengan mengatakan, mangkok yang dimaksud adalah sebuah cangkir kecil, karena semua orang telah paham apa itu mangkok

Demikian juga jika dikatakan, pulsa simpati 10.000 seharga 12.000, maka tidak perlu lagi ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan simpati adalah rasa sayang atau perhatian, karena semua orang paham bahwa simpati yang dimaksud adalah jenis pulsa

Nah demikian pula dengan beberapa ayat ayat Al Qur'an ada yang sejatinya tidak butuh penafsiran, karena sudah dijelaskan pada rentetan ayat ayatnya sendiri

Misalnya pada surat Hud 17, ketika dikatakan "apakah sama (orang orang kafir dengan) orang yang mempunyai bukti yang nyata dan dia diikuti pula oleh seorang saksi" maka orang yang mempunyai bukti yang nyata itu tidak perlu ditafsirkan lagi karena orang yang dimaksud sudah disebutkan pada ayat ayat sebelumnya

Misalnya pada Hud 12

Nabi Hud:12 - Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.

Nabi Hud:13 - Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Orang yang dimasukkan dalam ayat ayat ini jelas jelas namanya disebutkan yaitu Muhammad Saw dan bukti yang nyata itu adalah Al Qur'an

Lucunya pada Hud 17 yang jelas jelas masih satu rangkaian dengan ayat ini malah ditafsirkan macam macam, padahal orang yang mempunyai bukti yang nyata dalam ayat sebelumnya jelas jelas namanya Muhammad Saw

Anehnya malah ditafsirkan bahwa yang mempunyai bukti yang nyata bukan Muhammad Saw, ini sama kondisinya seperti contoh diatas, bahwa semua orang sudah paham apa itu pulsa simpati tapi malah kata simpati ditafsirkan perhatian, rasa sayang dll

Akibatnya malah merusak makna ayat itu sendiri sebab menghilangkan satu rasul yang lain di dalamnya

Ya ada dua rasul dalam Hud 17, satu rasul yang mempunyai bukti yang nyata yang namanya disebut dalam Hud 13 sedang rasul kedua sebagai saksi. Nah yang ini pun sebenarnya tidak perlu ditafsirkan Karena pada ayat Hud diatasnya menerangkan kisah dakwah nabi Muhammad Saw ketika awal awal menghadapi kafir Quraisy, maka dicari saja fakta sejarahnya siapa yang menyertai nabi saat mendatangi kafir Quraisy

Siapa lagi jika bukan Imam Ali as sedang dalam semua kisah sejarah, imam Ali as lah yang sejak pertama nabi berkhalwat di Goa Hira beliaulah yang naik turun membawakan bekal kepada nabi dari rumah.

Maka tidak ada yang lain

Lucunya ummat malah menafsir saksi yang dimaksud adalah Jibril as dengan alasan bahwa Jibril lah yang paling tau tentang semua ayat ayat yang diturunkan, sehingga mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan saksi dalam ayat ini adalah saksi turunnya ayat padahal dalam rentetan ayat diatasnya tidak berbicara soal turunya ayat tapi melainkan berbicara soal proses dakwah nabi pada kaum Quraisy yang harus disaksikan agar kelak mereka tidak dapat membantah Allah bahwa mereka telah didatangi oleh seorang pemberi peringatan atau Nabi

Yang mana saksi ini akan   membantah kedustaan kaum kafir Quraisy kelak dihadapan Allah sebagaimana yang termuat dalam Hud 18nya

Nabi Hud:18 - Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Para saksi ini bukan hanya pada kisah Muhammad Saw saja tapi disemua kisah nabi nabi mereka selalu ada, agar kelak ketika Allah berkata seperti ini mereka tidak bisa membantah

Binatang Ternak (Al-'An`ām):130 - Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Disini Allah menjelaskan bahwa mereka akan menjadi saksi atas diri mereka sendiri,  bahwa mereka adalah orang kafir, kapan mereka bisa seperti itu? Itu ketika didatangkan saksi dari Allah yang hadir disaat mereka menolak seruan rasul Allah, saksi itu tidak dapat mereka bantah karena memang hadir dan disaksikan oleh diri mereka sendiri saat nabi Muhammad Saw datang mendakwahkan kepada mereka ajaran Tuhan.

Untuk itulah dikatakan mereka menjadi saksi atas kekafiran mereka sendiri karena saksi yang hadir dan menyaksikan pembangkangan mereka tidak dapat ditolak oleh kesaksian mereka sendiri

Maka itulah saksi yang menyaksikan mereka sudah pasti adalah dari golongan manusia bukan dari golongan malaikat, sebab jika dari golongan malaikat maka sudah pasti mereka dapat menyaksikannya hadir mengikuti nabi, sedang faktanya mereka tidak menyaksikan kehadiran malaikat yang menyertai nabi ketika berdakwah kepada mereka, makanya mereka mengatakan dengan mengolok olok "mengapa tidak datang bersama Nabi seorang malaikat jika dia benar benar utusan Tuhan?" Itu artinya yang mereka saksikan datang bersama nabi adalah manusia biasa (Imam Ali as) dalam pandangan mereka makanya mereka mengolok olok dengan mengatakan mengapa bukan malaikat

Nabi Hud:12 - Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang MALAIKAT?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.

artinya olok olokan terjadi pada dasarnya untuk menghina apa yang mereka lihat. Misalnya seseorang melihat si A pakai motor butut, maka dia berkata dengan tujuan mengolok "mengapa tidak pakai motor mahal, atau pakai mobil?' sehingga olok olokan adalah penistaan pada apa yang disaksikan. Itu artinya mereka menyaksikan nabi datang bersama seseorang dan seseorang itu mereka jadikan bahan olok-olokan, dengan mengatakan mengapa bukan malaikat?

Untuk itulah penafsiran penafsiran pada sesuatu yang telah jelas baik secara fakta rentetan ayat dan fakta sejarah sejatinya hanyalah sebuah alasan semata demi menolak kebenaran itu sendiri

Pengampunan (At-Tawbah):66 - Tidak perlu kalian mencari cari alasan, karena kamu kafir sesudah beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar