Selasa, 15 Oktober 2019

Rasul saksi gak butuh nubuah baginya

Rasul saksi itu manusia yang diutus tuk jadi saksi, sama kayak tangan dan kaki yang diciptakan Allah jadi saksi bagi perbuatan manusia, dia gak butuh dapat wahyu nubuah. Keberadaan tangan dan kaki gak perlu disiarkan bahwa mereka diutus sebagai saksi bagi manusia, cukup diterangkan salah satu fungsinya dalam al qur'an maka manusia sadar keberadaannya

Senin, 14 Oktober 2019

Kenabian dan Rasul Saksi


Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Perhatikan ayat diatas, yang saya copy paste apa adanya.

Dalam ayat diatas menjelaskan satu objek pembahasan yaitu "bukti yang nyata" dan ada dua orang atau dua pihak yang ikut disebutkan dalam ayat tersebut

Orang pertama adalah "orang yang mempunyai bukti yang nyata"

Lalu orang kedua adalah saksinya yang mengikuti orang pertama

Itu artinya, kedua orang tersebut dihadapkan pada satu konteks pembahasan yang sama yaitu "bukti yang nyata" atau al bayyinat

Orang pertama dalam konteks bukti yang nyata dia sebagai pembawa, atau yang mempunyai

Sedang orang kedua dalam konteks yang sama yaitu "bukti yang nyata" adalah sebagai saksi yang "mengikuti" orang pertama. Sehingga dalam konteks bukti yang nyata orang kedua adalah makmum atau pengikut orang pertama

Nah siapa orang pertama dalam konteks bukti yang nyata dalam Hud 17 diatas?

Mari kita simak surat as saf ayat 6

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Dalam konteks "bukti yang nyata" ternyata al qur'an hanya menyebutkan satu nama yaitu Nabi Muhammad saw, itu artinya pula pembawa "bukti yang nyata", atau yang mempunyai "bukti yang nyata" adalah para Rasul, salah satunya adalah Nabi Muhammad saw. Untuk apa bukti yang nyata? Tentu sebagai alat pembuktian bahwa dia adalah utusan Allah.

Jadi jika kita kembalikan pada surat Hud 17, kita dapati satu konteks yang sama, yaitu sama sama menyebut "bukti yang nyata". Itu artinya dalam konteks "bukti yang nyata", nabi Muhammadlah sebagai orang pertama atau orang yang mempunyai "bukti yang nyata" itu. Menyatakan ada orang lain selain para nabi atau para rasul sebagai orang yang mempunyai "bukti yang nyata" adalah kafir, menentang as saf ayat 6

Jawaban pertama sudah terjawab. Nah lalu siapakah orang kedua yang juga mengikuti orang pertama? Tentu saja bukan jibril sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab ibnu katsir, sebab dalam konteks "bukti yang nyata", Malaikat jibril tidak bisa menjadi saksi apalagi menjadi pengikut nabi Muhammad saw sebab dalam konteks "bukti yang nyata", baik itu kitab atau mukjizat semuanya diturunkan kepada para pada nabi untuk ditunjukkan kepada ummat dan untuk diikuti oleh ummatnya bukan untuk malaikat jibril as atau untuk diikuti malaikat jibril as. Maka yang jadi saksi sekaligus pengikut nabi saw dalam konteks "bukti yang nyata" haruslah ummat nabi itu sendiri.

Siapa dia? Silahkan buka tafsir ibnu katsir, hanya ada tiga nama yang disebutkan sebagai saksi dalam menafsirkan surat Hud ayat 17. Pertama adalah Nabi Muhammad saw, kedua adalah jibril as dan ketiga adalah Imam Ali as

Nah jawaban pertama dan kedua yang diberikan ibnu katsir telah kita ulas diatas yang artinya mustahil untuk jadi saksi dalam konteks "bukti yang nyata"

Maka yang tersisa hanya satu, yaitu Imam Ali as

Sehingga pertanyaan kedua telah terjawab sudah.

Maka jika kita masukkan kedua nama tersebut dari pertanyaan pertama dan kedua akan demikian hasilnya

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang (para nabi salah satunya adalah Nabi Muhammad) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa , IMAMAN, pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Perlu diingat untuk konteks yang lain selain konteks "bukti yang nyata" nabi bisa saja menjadi saksinya tapi khusus dalam konteks "bukti yang nyata" tidak bisa, karena surat as saf ayat 6 telah mempatenkan posisi Nabi sebagai "yang mempunyai bukti yang nyata" berpendapat lain dari itu adalah kafir atau jika ada dalam hadis maka  hadis itu adalah palsu karena bertentangan dengan as saf ayat 6.

Dengan demikian maka Imam Ali as adalah Rasul saksi, sebab saksi dalam Hud 17 adalah saksi utusan Allah

Lalu bagaimana dengan ayat khataman nabi? Bahwa nabi Muhammad saw adalah penutup nabi dan rasul?

Golongan-Golongan yang bersekutu (Al-'Aĥzāb):40 - Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tidak ada masalah, karena kenabian pembawa risalah atau nabi pembawa bukti yang nyata selalu disertai oleh saksinya sebagaimana penjelasan diatas, maka itu artinya setelah nabi Muhammad saw sudah tidak ada lagi nabi atau rasul pembawa bukti yang nyata beserta rasul saksinya.

Itu artinya kerasulan Imam Ali as bukan ada setelah nabi Muhammad saw melainkan satu kesatuan dari kerasulan dan kenabian Muhammad saw itu sendiri

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga dapat diikuti agar anda semua tidak mati dalam keadaan kafir, sebab menolak salah satu rasul hukumnya adalah kafir

Asal Usul Azan .

Salam alaikum wa rahmatollah. Bismillahi Taala.

Dalam artikel pendek ini, dengan izin Allah, kami akan cuba rungkaikan sedikit sebanyak sejarah azan dari sisi pandang Sunni dan membandingkannya dengan hadis-hadis Sahih riwayat Imam-Imam Syiah.

Berikut adalah hadis yang menjadi pegangan saudara Ahlul Sunnah, dan dijadikan dalil sebagai permulaan bagi azan.

Dari Abdullah bin Umar katanya:”Adalah kaum muslimin ketika baru sampai di kota Madinah, berkumpul menunggu waktu sembahyang kerana belum ada cara untuk memberitahu. Pada suatu hari mereka itu bermesyuarat tentang cara pemberitahuan waktu; ada yang mengatakan supaya menggunakan loceng seperti Nasrani dan ada pula yang mengatakan supaya menggunakan trompet seperti Yahudi. Maka berkata Umar bin al-Khattab r.a:” Bukankah lebih baik menyuruh seseorang meneriakkan atau memberitahukan waktu sembahyang?” Bersabda Rasulullah s.a.w:”Hai Bilal, pergilah dan ajaklah orang-orang bersembahyang.” (Sahih, Imam Muslim)

Hadis ini menyatakan bahawa ibadah azan adalah hasil dari buah fikiran Khalifah Umar.

Hadis lain riwayat Abu Dawud mengisahkan bahawa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan :”Ketika cara memanggil kaum Muslimin untuk solat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidur aku bermimpi melihat ada seseorang sedang memegang sebuah loceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual loceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepada aku saja. Orang tersebut malah bertanya,” Untuk apa ? Aku menjawabnya, “Bahawa dengan membunyikan loceng itu, kami dapat memanggil kaum Muslimin untuk menunaikan solat.” Orang itu berkata lagi, “Adakah kau mahu jika ku ajarkan cara yang lebih baik ?” Dan aku menjawab ” Ya !”Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , ” Allahu Akbar, Allahu Akbar..” Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah s.a.w dan menceritakan perihal mimpi itu kepada baginda. Dan baginda bersabda: “Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah di samping Bilal dan ajarkan dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan azan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang.” Lalu aku pun melakukan hal itu bersama Bilal.” Rupanya, mimpi yang serupa dialami pula oleh Umar r.a, beliau juga menceritakannya kepada Rasulullah s.a.w. Baginda s.a.w bersyukur kepada Allah SWT di atas semua petunjuk tersebut.

Tanpa perlu memberi komentar kepada hadis di atas, berkaitan bagaimana sebuah ritual agama yang sebegitu penting adalah buah fikiran seorang manusia ghair maksum, atau mimpi manusia ghair maksum, dan bukan dari Rasulullah(s), ayuh kita membuat perbandingan dengan hadis-hadis dari pintu kota ilmu Rasulullah(s), Aimmah Ahlulbait(as). Kami kutip hadis berikut dari Furu al Kafi. Bab asal azan dan keutamaannya. Analisis hadis oleh Syeikh Nader Zaveri.

Hadis Pertama

علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن عمر بن اذينة، عن زرارة والفضل، عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: لما اسري برسول الله

(صلى الله عليه وآله) إلى السماء فبلغ البيت المعمور وحضرت الصلاة فأذن جبرئيل وأقام فتقدم رسول الله (صلى الله عليه وآله) وصف الملائكة والنبيون خلف محمد (صلى الله عليه وآله)

Ali bin Ibrahim dari ayahnya(Ibrahim bin Hashim) dari Ibn Abi Umair dari Umar bin Udhaya dari Zurarah bin A’yan dan Fadhl dari Abu Jaafar bersabda: “Apabila Rasulullah(s) di bawa Israk Mi’raj, dan sampai di Baitul Makmur, dan waktu solat tiba, Jibrail melakukan azan dan Iqamah, dan Rasulullah(s) menuju ke hadapan. Para malaikat dan Anbiya membuat barisan untuk bersolat di belakang baginda. (Hasan kerana Ibrahim bin Hashim)

Hadis Kedua

علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن حماد، عن منصور بن حازم، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال: لما هبط جبرئيل (عليه السلام) بالاذان على رسول الله (صلى الله عليه وآله) كان رأسه في حجر علي (عليه السلام) فأذن جبرئيل (عليه السلام) وأقام فلما انتبه رسول الله (صلى الله عليه وآله) قال: ياعلي سمعت؟ قال: نعم، قال: حفظت؟ قال: نعم قال: ادع بلالا فعلمه، فدعا علي (عليه السلام) بلالا فعلمه (حسن)

Ali bin Ibrahim dari ayahnya (Ibrahim bin Hashim) dari Ibn Abi Umayr dari Hammad (bin Uthman) dari Mansur bin Hazim dari Abi Abdillah(as) yang bersabda: “Apabila Jibril datang kepada Rasulullah(s) bersama azan, kepala baginda berada di ribaan Ali, jadi Jibril mengucapkan azan dan iqamah(mengajarkannya pada Nabi). Maka apabila Nabi(s) tersedar, baginda bersabda: “Wahai Ali, adakah kamu mendengarnya?” Ali menjawab ya. Baginda bersabda: “Adakah kamu menghafalnya?” Ali menjawab ya. Baginda bersabda: “Panggilkan Bilal dan ajarkan kepadanya.” Maka Ali memanggil Bilal dan mengajarkan kepada beliau. (Hassan kerana Ibrahim bin Hashim)

Maha suci Allah. Solawat ke atas Muhammad dan keluarganya yang disucikan. Persoalannya, yang manakah yang lebih kuat untuk dijadikan pegangan? Yang manakah yang lebih selari dengan Quran dan logik atas kedudukan Rasulullah(s) sebagai pembawa syariat dan penerima wahyu? Inilah persoalan yang perlu difikirkan sendiri oleh para pembaca.

Nasehat

Saat kematianmu terus mendekat, sementara engkau masih terjerat dalam perilaku burukmu dan terbiasa dalam perbuatan tak senonohmu.

Engkau adalah jiwamu, seorang pemberi nasihat yang tidak mengambil pelajaran dari nasihatnya sendiri.

Engkau termasuk kaum munâfiqûn dan bermuka dua. Jika engkau terus menerus dalam keadaan tersebut, maka engkau akan di kumpulkan dengan dua lidah api dan dua wajah dari api.

Oh Tuhan, sadarkan kami dari serangan tidur pulas yang berlarut-larut ini, sadarkan kami kembali dari keaddaan mabuk dan kelalaian ini.

Sinarilah hati kami dengan cahaya keimanan dan rahmatilah keadaan kami. Ulurkan tangan-Mu kepada kami, dan tolonglah kami supaya terlepas dari cakaran iblis dan hawa nafsu, demi hamba-hamba pilihan-Mu, Muhammad dan keluarganya yang suci, semoga shalawat Allah dilimpahkan atas mereka.

بسم اللَّه الرّحمن الرّحيم

يا مقلّب القلوب و الأبصار
Wahai Yang membolak-balikkan hati dan penglihatan!

يا مدبّر اللّيل و النّهار
Wahai Yang mengatur malam dan siang!

يا محوّل الحول و الأحوال
Wahai Yang membuat tahun dan keadaan datang silih berganti!

حوّل حالنا الى احسن الحال
Ubahlah kondisi kami kepada kondisi yang terbaik!.

- Nasehat Imam Khomeini

Minggu, 06 Oktober 2019

Saksi itu mustahil Nabi dan Jibril

Nabi Muhammad tidak mungkin jadi saksi jika ada kaitannya dengan bukti yang nyata karena dalam hal bukti yang nyata untuk posisi nabi Muhammad saw telah final yaitu sebagai pemegang atau pembawa bukti bukan saksi sebagai mana tertuang dalam as saf ayat 6

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Jadi hanya ada dua kemungkinan yaitu jibril atau imam Ali as

Nah jibril sendiri tentu bukan saksi jika dikaitkan dengan bukti yang nyata sebab pertama dia adalah perpanjangan tangan atau penyampai bukti yang nyata kepada nabi, sedang saksi adalah pihak ketiga, diantara pembawa pesan dan penerima pesan

Kedua, saksi yang dimaksud adalah saksi penggugat sebagaimana tertuang dalam hud 18, dan ini gak mungkin jibril

Nabi Hud:18 - Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Maka yang tersisa adalah Imam Ali as