Senin, 29 Maret 2021

Hak memerintah hanya milik Allah


Tempat yang tertinggi (Al-'A`rāf):54 - Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan MEMERINTAH hanyalah HAK Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. 

Semesta Alam termasuk alam manusia

Maka yang berhak memerintah Manusia hanyalah hak Allah. Dan hak itu Allah delegasikan kepada para Rasul Nya saja sebagai pemimpin dan pemerintah atas namaNya di muka bumi

Maka setelah rasul satu wafat maka wajib ada rasul pengganti untuk meneruskan pendelegasian Hak Tuhan itu

Jika tidak maka tidak ada yang berhak memerintah, karena itu HAK Allah

Maka ini satu keniscayaan harus ada Rasul lain untuk memegang Hak Allah, sebab dalam sejarah apapun tidak pernah Allah menyerahkan Hak memerintah manusia atas namaNya  selain kepada para rasul

Maka siapakah rasul setelah nabi Muhammad Saw? Ya imam Ali as

Pendamping Nabi dalam berdakwah

Rasul memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi. Ia mulai dari keluarganya, Bani Hasyim. Di saat itu ia bertanya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia menjadi pendampingku dan pengganti setelahku?” Ali mengangkat tangannya. Rasul menolaknya. Lalu bertanya lagi, namun Ali juga yang menjawab, selain ia tidak ada yang menjawab. Rasul tetap menolaknya. Hingga ketiga kalinya baru Rasul menerima Ali dan berkata
“Inilah PENDAMPINGKU dan pengganti setelahku. Maka patuhlah padanya.”
(lihat: Tafsir Thabari, jil. 19, hal. 419; Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 319 – 321, cet. Darul Ma’arif Mesir; Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 216; Tarikh Al Kamil – Ibnu Atsir Syafi’i, jil. 2, hal. 62 & 63, cet. Dar Al Hadzir – Beiriut;Tarikh Al Kamil – Ibnu Atsir, jil. 2, hal. 24; Kanzul Ummal, jil. 15, hal. 115, hadits 334, cet. ke-2 Haidarabad;Musnad Ahmad bin Hanbal, jil. 5, hal. 41 & 42; Sirah Al Halbi, jil. 1, hal. 321)

apa tugas pendamping nabi? Ya mengikuti nabi, tuk apa? Sebagai saksi dakwah beliau

Itulah rasul saksi, saksi dari Allah

Siapa? Ya imam Ali as

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (pendamping nabi : Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Untuk apa? Untuk menjadi saksi kelak di kemudian hari bahwa nabi telah berdakwah kepada mereka, agar mereka tidak dapat membantah Allah jika dilempar ke neraka akibat kedurhakaan mereka

Wanita (An-Nisā'):165 - (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Saking Maha bijaksananya,  Allah akan bertanya kepada mereka

Binatang Ternak (Al-'An`ām):130 - Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri, (bahwa belum datang rasul tersebut)", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Lalu apa jawaban Allah menghadapi tipuan mereka? Apakah Allah lantas mengatakan "TIDAK KALIAN DUSTA!"?? Tidak seperti itu 

Allah akan memanggil nabi Muhammad Saw dan saksinya

Wanita (An-Nisā'):41 - Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).

Eng ing eng... Tradaa nabi Muhammad Saw muncul dengan para saksinya, yang menjadi saksi pada setiap zamannya

Imam Ali as menjadi pendampingnya dan saksi pada zaman nabi Muhammad Saw, berdiri dan mengatakan "mereka dusta!' 

Nabi Hud:18 - Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah BERDUSTA terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Inilah tujuan adanya rasul saksi

Bahwa Allah pun tidak main hakim sendiri, tapi mengedepankan tatanan hukum yang adil, maka itulah Dia telah menyiapkan rasul saksi pada setiap kenabian, pada setiap ummat di setiap zaman, untuk menyaksikan kaum mana saja yang belum sampai agama Allah pada mereka, agar kelak ketika mereka ditanya, dan berkata benar benar belum sampai maka Allah tidak berhak menghukum mereka

Dan siapa yang akan menjadi Saksi pada mereka? Ya rasul saksi pada masanya

Demikian pula rasul saksi inilah yang menjadi tempat membayar zakat sesuai at Taubah ayat 103

Pengampunan (At-Tawbah):103 - Ambillah zakat dari sebagian harta MEREKA (ummat), dengan zakat itu KAMU (Rasul/ rasul saksi) MEMBERSIHKAN dan MENSUCIKAN MEREKA (ummat) dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ini keniscayaan, sebab hanya rasul rasul sajalah yang bisa membersihkan dan mensucikan ummat, selainnya tidak bisa

Sapi Betina (Al-Baqarah):129 - Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta MENSUCIKAN MEREKA (ummat). Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Karena itu, jika tidak ada rasul saksi pada setiap ummat maka otomatis tidak ada yang bisa membersihkan dan mensucikan ummat, itu artinya fungsi zakat pada ayat itu tidak terpenuhi dan gugurlah ayat itu. Dan ini mustahil. Maka kehadiran rasul saksi menjadi wajib karena jika tidak maka syariat zakat menjadi gugur

Minggu, 28 Maret 2021

Mengapa Imam Ali as tidak menuntut di dunia

Dari berbagai pertanyaan seputar, "mengapa imam Ali as tidak menggugat abu bakar jika memang Sayyidah Fatimah as benar meninggal karena abu bakar?"

Pertama sudah saya sampaikan, Allah menyatakan agar "biarkanlah" atas kesewenang-wenangan penguasa, atau kembali jika sudah punya kekuatan yang cukup semisal nabi Muhammad Saw kembali ke Makkah setelah kuat dan power full

Kedua, ada hak ayahnya disana yang lebih berhak menuntut, baru suaminya dan anak anaknya

Ketiga, lapor pengaduan dan gugatannya nanti kemana? Ke khalifah yang dia sendiri sebagai tersangkanya? Lalu diadili dengan Qhadi yang diangkat oleh tersangka itu pula (abu bakar)?

Ini letak keadilan objektifitasnya dimana?

Siapa yang bisa jamin Qadhi itu akan jujur dan adil dalam menetapkan keputusan? Sedang dia sendiri diangkat oleh khalifah yang sekaligus sebagai terlapor?

Ke empat, saksi kunci dalam perkara ini adalah Nabi Muhammad Saw sendiri dan Allah 

Sebab meninggalnya Sayyidah Fatimah as karena abu bakar dan pasukannya mendobrak pintu gara gara mau memaksa imam Ali as untuk berbaiat, dan imam Ali as menolaknya karena abu bakar bukan khalifah yang sah, nah yang paling tau sah atau tidaknya abu bakar sebagai Khalifah itu siapa? Ya nabi Muhammad Saw dan Allah

Maka ngapain mau ajukan gugatan di dunia ini jika saksi kuncinya ada di akhirat? Makanya akan sia sia saja, mending dibiarkan saja dulu sampai mati barulah disana akan dilakukan persidangannya atas kematian Sayyidah Fatimah as dengan tersangka adalah abu bakar dan segerombolan kawanannya yang haus darah

Makanya imam Ali as tidak menggugatnya di dunia tapi nanti di akhirat setelah ayahnya yang menuntutnya duluan atas hak Seoang ayah atas putrinya

Lalu kenapa tidak mencoba? Untuk apa dicoba jika saksi kuncinya tidak di dunia?🤭

Terlebih abu bakar bukan sosok yang taat syariat, buktinya dalam at Taubah 109 bayar zakat harus kepada rasul, malah dia tentang dan bantai sahabat sahabat lain gara gara mereka enggan memberikan zakat kepadanya sebab tidak sesuai aturan at Taubah 109, koq malah dianggap taat syariat? Tuh at Taubah 109 dia lawan malah🤭

Belum lagi duplikasi Al Qur'an tanpa izin ahli warisnya, parah 🤭

Pertanyaan lainnya, mengapa imam Ali as tidak melakukan perlawanan dengan mengangkat pedang saat tau istrinya meninggal karena dianiaya? Itu namanya melakukan aksi diluar tatanan hukum yang telah nabi tegakkan, akan menjadi Sunnah yang buruk dikemudian hari. Seorang imam harus meninggalkan Sunnah yang baik yaitu tidak merusak tatanan hukum sekalipun dirinya atau istrinya atau anaknya yang teraniaya demi tetap tegaknya tatanan hukum dan sosial yang telah dibangun dengan susah payah oleh nabi Muhammad Saw

Perbuatan diluar hukum merusak hukum

Tau gak cara menghancurkan hukum? Jawabannya : Perbuatan diluar hukum yang kemudian dijadikan sunnah

Islam adalah agama hukum, diutusnya nabi untuk menegakkan hukum

Lalu bagaimana strategi iblis untuk menghancurkan hukum yang susah paya dibangun nabi?

Runtuhkan hukum itu dengan aniaya dan kematian Putri nabi

Bisa dibaca jika imam Ali as main gebuk diluar hukum? Maka runtuhlah agama hukum (Islam) itu sendiri

Makanya dalam Al Qur'an Allah telah berkali kali tegaskan, "biarkanlah" jika penguasa yang tau ayat Allah bertindak sewenang-wenang, biar Dia sendiri yang akan membalasnya di akhirat

Jika tidak maka akan runtuh seluruh hukum Islam itu sendiri, karena ada Sunnah bertindak di luar hukum jika imam Ali as melakukan tindakan main hakim sendiri

Jadi sudah tau skenario siapa untuk menganiaya Putri nabi? Ya skenario iblis demi menghancurkan hukum (agama) Islam yang susah payah dibangun nabi, dan sudah tau siapa kaki tangannya? Ya abu bakar dan Umar

hak hukum umum lebih utama dari hak individu

Kedua, dalam tatanan masyarakat yang telah berhukum maka mengedepankan hak hukum umum lebih utama dari hak individu

Makanya imam Ali as tidak mencontohkan main gebuk seenaknya atas kematian Sayyidah Fatimah as, tetapi mengedepankan proses hukum agar berjalan

Karena jika mencontohkan hal demikian maka hukum akan runtuh dan tatanan sosial akan hancur, ketika semua orang mengadopsi main gebuk seenaknya atas setiap perkara yang dihadapi maka hancurlah tatanan hukum dan sosial.

Maka karena mereka yang menganiaya adalah mereka juga yang berkuasa dalam hukum maka serahkan ke pengadilan Allah kelak

Makanya Allah nyatakan agar biarkanlah nanti Dia sendiri yang mengadili, agar tatanan hukum berdiri

penguasa sewenang-wenang, maka biarkanlah

Kalo penguasa berbuat sewenang-wenang maka biarkanlah

Itu PERINTAH Allah

Masa sih? Nih baca, agak panjang sih😁

Bukit (Aţ-Ţūr):30 - Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya".

Apa yang dimaksud dalam ayat ini? Ini adalah bentuk kesewenang-wenangan mereka, mereka telah membuat siasat untuk mencelakakan Nabi, karena mereka penguasa kota Makkah

Bukit (Aţ-Ţūr):31 - Katakanlah: "Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu".

Bukit (Aţ-Ţūr):32 - Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?

Bukit (Aţ-Ţūr):33 - Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.

Bukit (Aţ-Ţūr):34 - Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.

Mereka ini telah mendapatkan atau telah ditunjukkan ayat Al Qur'an oleh nabi, telah didakwahi

Maka orang orang seperti ini, jika mereka masih aniaya sewenang-wenang maka BIARKANLAH

Bukit (Aţ-Ţūr):45 - Maka BIARKANLAH mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan,

Nabi disuruh melawan mereka ketika sodara kaum muslimin dianiayai didepan umum? Tidak, biarkan lah kata Allah

Bukit (Aţ-Ţūr):46 - (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong.

Biarkan sampai mereka menemui Allah

Nah sama dengan imam Ali as yang mendapat kesewenang-wenangan dari penguasa abu bakar yang memaksa dirinya berbaiat sampai Sayyidah Fatimah as wafat karena kena dorongan pintu saat rumah imam Ali as didobrak

Maka apa kata Allah? Biarkanlah, sampai kapan? Sampai mereka bertemu Allah

Ini perintah Allah maka imam Ali as membiarkan mereka berbuat sesukanya

Mengapa? Karena mereka ini Penguasa dan telah tau ayat Allah, maka yang mereka lakukan adalah melawan Allah dan yang lebih berhak memberikan hukuman adalah Allah

Makanya jika berhadapan dengan penguasa dan mereka aniaya dan sewenang-wenang, maka biarkanlah

Karena rugi jika dituntaskan di dunia, mereka keenakan, makanya semua imam imam pada masanya membiarkan diri mereka dianiaya, sebab yang menganiaya tau ayat Allah dan lebih bagus mereka di azab di akhirat, rasanya akan lebih dahsyat

Jumat, 26 Maret 2021

Maafkanlah dan Biarkanlah

Kalo anak perempuan mu teraniaya atau terbunuh akibat kesewenangan yang mengakibatkan kematian yang tak terduga, yang paling berhak menghukumnya itu kamu sebagai bapaknya atau suaminya?

Tentu kamu lebih berhak ketimbang suaminya, karena yang namanya anak adalah hak orangtuanya, sampai kapanpun, suami hanya dititipkan untuk menjaga, merawat menggantikan orang tuanya. Jika cerai maka anak akan dikembalikan kepada orang tuanya, itu artinya anak selalu menjadi milik orang tuanya

Maka jika ada yang menganiaya dirinya, maka orang tuanya lebih berhak menentukan hukuman ketimbang suaminya, sampai kapan pun aturan ini berlaku

Untuk itulah ketika Sayyidah Fatimah as dianiaya dan sampai wafat karena hal itu, maka yang berhak memberikan dan memutuskan hukuman apa yang pantas untuk para pelakunya adalah ayahnya, siapa? Ya Nabi Muhammad Saw, makanya imam Ali as tidak mau melangkahi hak itu, biarkan nanti mereka akan bertemu langsung dengan ayahnya. 

Terlebih para pelakunya adalah orang yang tau agama, tau ayat ayat Allah

Untuk tipe manusia seperti ini maka Allah sampaikan "biarkanlah" itu artinya biarkan saja nanti Dia sendiri yang akan mengganjarnya, sebab ketika seseorang telah sampai padanya seruan Allah lalu dia masih berbuat seenaknya, maka yang dia lawan itu adalah Allah, ayat Allah yang dia abaikan dan hinakan, maka ketika ada orang yang menghina dirimu, siapa yang lebih berhak menghukumnya? Kamu ataukah wakilmu? Ya kamulah yang berhak, makanya untuk tipe manusia manusia yang telah menerima ayat ayat Allah, kitab Allah, tapi masih seenaknya, maka bagi mereka Allah katakan "maafkanlah dan biarkanlah" bukan lagi hakmu untuk marah dan menghukumnya

Sapi Betina (Al-Baqarah):109 - Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka MAAFKANLAH dan BIARKANLAH mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Maafkanlah, itu artinya sudah gak usah kau yang ambil pusing, itu bukan lagi rana hakmu,  itu hakKu, maka maafkanlah, sebab dia bukan lagi menjadi urusanmu tapi menjadi UrusanKu

Dan Biarkanlah, biarkan saja dia seenaknya, toh kepada diriKu juga dia akan kembali

Santuyyy kata anak kekinian, seloww,, biar nanti dia akan melihat akibatnya

Makanya imam Ali as berlapang dada menerima kenyataan yang terjadi di hadapannya karena hak ayah lebih utama dari hak suami, dan Hak Allah lebih utama ketimbang hak semua mahluk

Makanya ketika nabi Muhammad Saw telah menyampaikan ayat Allah kepada kaum kafir Quraisy dan masih seenaknya maka nabi diperintahkan biarkan, tinggalkan, pergi ke Madinah

Demikian pula ketika Musa as telah menyampaikan ayat Allah kepada Fir'aun tapi masih seenaknya, maka nabi Musa as diberikan perintah, tinggalkan, itu bukan lagi urusannya

Semua orang yang telah sampai kepadanya ayat Allah tapi masih seenaknya, maka tinggalkanlah, biarkanlah, karena itu sudah bukan lagi hakmu, tapi HakNya untuk memberikan hukumanNya

Jadi imam Ali as membiarkan saja mereka berbuat sesukanya, lakukanlah, karena ayat telah sampai kepada kalian, maka yang kalian lakukan sudah menjadi hak Allah dalam membalasnya bukan lagi manusia

Kamis, 25 Maret 2021

agama Sunni

Yang lucu dari agama Sunni itu adalah abu bakar yang membangkang ayat Allah, eh imam Ali as yang disalahkan 🤭 (maaf saya bilang agama Sunni karena emang bukan Islam🤭)

Jadi maunya mereka itu Imam Ali as harus merebut kekuasaan yang telah diamanatkan kepadanya, jika tidak maka sama saja bermaksiat kepada Allah

Padahal ada dua cara para Rasul menghadapi penguasa yang zalim

Pertama, ada dua jenis penguasa, penguasa kafir yang buta agama dan penguasa yang tidak buta agama, atau tau ayat Allah

Kedua, penguasa yang kafir dan buta agama akan dinasehati dulu dengan ayat Allah, berkali kali baru setelah itu tinggalkan saja 

Seperti Musa as kepada Fir'aun yang dinasehati tapi membangkang, setelah mendapat ayat Allah maka tinggalkan

Atau seperti Nabi Muhammad Saw kepada penguasa Quraisy di Makkah, setelah diingatkan dengan ayat Allah ya tinggalkan jika tidak mau dengar, makanya nabi mendiamkan Quraisy dan pergi ke Madinah
 
Atau kembali lagi setelah memiliki cukup kekuatan pasukan, jika tidak maka mendiamkan dan meninggalkan adalah jalan para Rasul

Atau seperti ashabul Kahfi yang tidak mengingatkan penguasa sama sekali dan mendiamkan mereka berbuat sesukanya lalu meninggalkannya dan kembali jika penguasa itu telah mati

Semua ini adalah sunnahNya

Sapi Betina (Al-Baqarah):109 - ..... Maka maafkanlah dan BIARKANLAH mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Jamuan (Al-Mā'idah):13 - (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Membiarkan itu bagian dari perintah Allah terlebih-lebih kepada orang orang yang telah mendapatkan kitab, atau yang telah mengetahui ayat ayat Allah semisal Firaun telah diingatkan dengan ayat Allah, kaum kafir Quraisy pun demikian maka biarkanlah

Nah sama seperti imam Ali as kepada abu bakar yang melanggar ketetapan Allah bahwa hak memerintah itu hanyalah hak Allah dan Allah hanya mendelegasikan hak Nya itu kepada manusia pilihanNya yaitu dari para Rasul dan Imam seperti Ibrahim as

Selainnya maka tidak punya hak sama sekali kecuali ada nas dari nabi bahwa dia mewarisi hak itu dari nabi, atau mereka yang secara khusus diwariskan kitab suci para nabi, sebab kitab suci sebagai pemandu maka siapa yang diwariskan kitab suci sejatinya dia diwariskan hak memerintah dan memimpin ummat

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Untuk orang orang yang seperti abu bakar yang telah tau hukum dan ayat Allah maka biarkanlah, karena apalagi yang mau diingatkan? Dia telah paham ayat Allah sama seperti kaum kafir Quraisy dan Fir'aun, telah tau ada ayat Allah maka tinggalkanlah

Demikianlah imam Ali as membiarkan saja abu bakar seenaknya, karena kelak dia akan berurusan dengan Allah

Rabu, 17 Maret 2021

Sunnah Nabi Muhammad Saw



Menyerahkan akhir hayatnya kepangkuan imam Ali as

Ummu Salamah meriwayatkan:
"Aku bersumpah bahwa Ali adalah yang paling dekat dengan Rasulullah saww. Kami mengunjungi beliau saww di suatu pagi. Beliau saww berkata: 'Apakah Ali telah datang? Apakah Ali telah datang.......' berkali-kali.
Fatimahpun berkata: 'Sepertinya Anda menyuruhnya ada suatu keperluan?'
Kemudian ia -Ali- datang. Aku mengira bahwa beliau saw ada urusan pribadi kepadanya -Ali. Karena itu kami semua keluar dari ruangan dan berdiri di pintu. Aku yang paling dekat dari semuanya di dekat pintu.
Tampak Nabi saww merebahkan diri beliau kepada Ali sambil tangan kirinya bermunajat. Lalu beliau saww wafat pada hari itu. Karena itu, Ali adalah yang paling dekat orang kepada beliau saww."
[Mustadrak al Hakim. Jilid 3. Hlm 139; Talkhish Mustadrak Dzahabii. Jilid 3. Hlm 138]

Bukan yang lainnya, tapi hanya kepangkuan imam Ali as

Kematian adalah sarana menuju keharibaan Allah, tanpa mati manusia tidak bisa meninggalkan alam fana, dinia atau dunia, dinia adalah rendah, menuju alam yang tinggi, 'aliya, maka nabi meletakkan dirinya kepada imam Ali as diakhir hidupnya sebagai sarana berpindah dari alam rendah menuju alam yang tinggi, jiwa, ruh nabi, cahaya nabi bermi'raj selamanya melalui pangkuan imam Ali as

Ketika nabi bermi'raj pertama kali dalam peristiwa isra mi'raj beliau meninggalkan Makkah menuju Baitul Aqsha dan dari sana beliau mi'raj ke alam yang tinggi Sidratul Muntaha, itu adalah jalan naiknya, Baitul Aqsha

Dan untuk jalan naik selamanya nabi bermi'raj melalui pangkuan imam Ali as, beliaulah Baitul maqdis yang sebenarnya, darinya lahir manusia manusia suci

Hanya dirinya yang bisa menjadi tempat mi'raj terakhir nabi menuju alam Aliya yang tinggi, alam yang mulia selamanya

Nabi menyerahkan dirinya dipangkuan imam Ali as untuk mi'raj dari alam dunia (dinia) rendah menuju alam yang tinggi adalah sebagai Sunnahnya agar ummat mau mengikuti langkahnya, menyerahkan diri mereka kepada imam Ali as untuk berpindah dari alam hina menuju kemuliaan hidup selamanya.

Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):31 - Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ikutilah Sunnah Nabi Muhammad Saw jika kalian benar benar mencintai Allah, dan Sunnah nabi Muhammad Saw untuk bermi'raj dari alam hina menuju alam kemuliaan adalah menyerahkan dirinya kepangkuan imam Ali as

Itulah jalan menuju kemuliaan

Senin, 15 Maret 2021

hak Imam Ali as atas Al Qur'an

Coba perhatikan hadis ini baik baik
Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Ketika nabi melakukan sesuatu maka itu adalah Wahyu Allah, nah ketika nabi menyerahkan lembaran lembaran Al Qur'an yang telah dicatatkan selama hidupnya kepada imam Ali as, itu artinya itulah kemauan Allah SWT, Allah yang menginginkan agar lembaran lembaran Al Qur'an itu diserahkan kepadanya, selain untuk dijaga juga sebagai ahli waris Al Qur'an dari Allah setelah nabi Muhammad Saw tiada

Untuk apa? Agar ummat menjadikan imam Ali as sebagai tempat rujukan dalam persoalan kehidupan mereka karena Al Qur'an diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia.

Tiada yang lain, yang boleh mengambil fungsi itu, karena fungsi itu telah diletakkan kedalam Al Qur'an dan Al Qur'an diwariskan kepada imam Ali as

Fungsi inilah yang disebut khalifah

Maka itulah ketika abu bakar memaksa diri jadi khalfah, maka ummat ramai ramai menolaknya, dengan cara menolak membayar zakat kepadanya karena memang bertentangan dengan at Taubah ayat 103, bahwa yang berhak atas pengumpulan zakat adalah rasul, karena ada fungsi mensucikan dan membersihkan diri yang hanya bisa dilakukan oleh para rasul

Dengan ayat ini pula meniscayakan adanya rasul selain nabi Muhammad Saw, dialah yang kemudian diwariskan Al Qur'an nabi

Selain itu, Al Qur'an nabi diwariskan kepada imam Ali as juga sebagai barang bukti kelak di akhirat, bahwa nabi telah menyampaikan Al Qur'an kepada ummat dengan dibuktikan dengan catatan catatan itu, maka catatan catatan itu tidak boleh berkurang sedikitpun, karena akan merusak barang bukti

Maka harus diserahkan kepada Rasul yang bertugas sebagai saksi dakawah nabi Muhammad

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Nabi Muhammad) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Saksi inilah yang akan berkata dalam Hud 18

Nabi Hud:18 - Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Jadi Allah itu sangat sempurna, telah menyiapkan para saksi, dan para saksi akan hadir dengan barang bukti yang valid

Makanya Al Qur'an diserahkan kepada imam Ali sebagai saksi dan pewaris (pemegang) barang bukti

Wanita (An-Nisā'):41 - Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat (pada masanya) dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).

Lebah (An-Naĥl):84 - Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat (pada masanya masing masing) seorang saksi (rasul), kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir (untuk membela diri) dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta maaf.

Ketiga, penyerahan Al Qur'an itu sebagai Sunnah Nabi Muhammad Saw, bahwa Al Qur'an nya dia serahkan kepada imam Ali as yang harus dilakukan pula oleh mereka yang mengaku ummatnya.

Ketika ajal kalian dekat, maka tuliskan wasiat agar ahli warismu melaksanakan, yaitu serahkan Al Qur'an yang biasa kalian pakai sela ini kepada imam Ali as, agar dia menjadi saksi atas keimanan dan keislaman mu

Sebab para saksi akan dipanggil untuk bersaksi, jika kamu tidak melakukan hal ini maka bagaimana imam Ali as dan 11 imam yang lain akan bersaksi atas dirimu?

Maka itulah, tulis diatas kertas lalu tempelkan wasiat itu diatas sampul Al Qur'anmu agar kelak imam Ali as dan 11 imam yang lainnya bisa bersaksi bahwa dirimu bagian dari ummat  Muhammad Saw

Ilegal harus direbut

Katain al Qur'an abu bakar dan Usman sebagai ilegal tapi memakainya sebagai hujjah? 

Ada yang namanya ilegal logging, ilegal fishing

Barang barang ilegal ini harus disita negara dan dijual untuk diserahkan kepada kas negara. Ketika telah menjadi milik negara, masuk kas negara apa masih tetap jadi ilegal? Ya tidak, hasil sudah menjadi legal

Demikian pula duplikat Al Qur'an ilegal yang dibuat oleh abu bakar tanpa izin nabi, harus disita untuk diserahkan kepada pemilik ahli warisnya, siapa? Ya imam Ali as

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Maka ketika telah diserahkan kepada imam Ali as maka telah menjadi legal

Artinya sandarkan pemahaman isinya kepada imam Ali as maka duplikat tadi menjadi legal

Nabi saja yang menerima Wahyu mewariskan Al Qur'annya untuk imam Ali as

Masa abu bakar, Umar dan Usman yang menduplikasikannya menolak Sunnah nabi? Ternyata memang benar mereka menolak Sunnah Nabi Muhammad Saw

Seharusnya, abu bakar, Umar dan Usman ketika telah berhasil menduplikasi al Qur'an secara ilegal, begitu mendekati kematian seharusnya menyerahkan Al Qur'an tersebut kepada imam Ali as, agar menjadi legal, namun hal itu tidak dilakukannya. 

Maka kalian saya ingatkan, begitu mendekati masa usia kalian telah sampai, lakukan Sunnah nabi ini, serahkan Al Qur'an yang ada pada diri diri kalian kepada imam Ali as

Berwasiatlah kepada anak anak anda, istri istri anda, bahwa Al Qur'an yang biasa kalian baca "saya serahkan kepada imam Ali as"

Biarkan anak anak dan istri istri anda yang akan berfikir, mengapa ayah mereka menyerahkan Al Qur'annya kepada imam Ali as

Agar kelak anak anak anda menjadi pecinta ahlul bait disaat anda tidak lagi bersama mereka

Bila anda bukan pecinta dan pendukung imam Ali as setidaknya salah satu dari anak anda menjadi pendukungnya, sebagai penolong mu di akhirat nanti

Ini sebenarnya Sunnah terakhir yang ingin nabi ajarkan kepada ummatnya, agar jika mereka sewaktu hidupnya bukan pendukung imam Ali as, setidaknya ada salah satu dari anak anaknya yang menjadi pendukungnya, sebagai penolongnya kelak di akhirat nanti

Berwasiatlah, paling bagus lagi jika kamu bisa menyiapkan bekal bagi ahli warismu agar mereka bisa menyerahkan Al Qur'an mu kepada imam Ali as dipusara imam Ali as

Dengan begitu semua amal dari bacaan Al Quran mu akan legal dihadapan Allah dan memiliki nilai disisNya

Senakal nakalnya kalian, sebejat bejatnya kalian, harus punya satu kitab Al Qur'an yang biasa kalian baca, dan atau paling tidak pernah kalian baca baik isinya dan terjemahannya, dan jadikan itu sebagai wasiat terakhir mu, " saya serahkan Al Qur'an ini kepada imam Ali as, jika kalian mampu, bawa sampai ke pusara Imam Ali as" Sampaikan dan bila perlu tulis di selembar kertas dan tempel di sampulnya, atau tulis di bagian sampul dalamnya, agar menjadikan wasiat bagi ahli waris mu untuk dilaksanakan, sebab:

Itu tiketmu kelak di akhirat untuk selamat!

Malaikat pencatat taunya Al Qur'an diwariskan kepada imam Ali as



Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Kira kira kalo ada orang yang bikin duplikatnya lalu memakainya, dan mengamalkan isinya, dicatat pahala sama malaikat atau kagak? 

Ya kagak lah🤭 sia sia

Sama kayak kau bikin dupulikat sertifikat tanah dan rumah mewah lalu bawa ke bank buat minjam dana 1 milyar, dikasih kagak? Jangankan satu milyar, lah 50.000 aja bakalan gak dikasih koq nak🤣🤣

Kecuali Lo bisa bawa sertifikat aslinya atau jika yang pegang gak mau kasih ya mohonlah kepada dirinya agar dia mau sama sama ke bank buat bicara sama petugas bank dan buat tanda tangan

Bukankah begitu?

Lah kau pikir malaikat itu bego apa?

Dia lebih tertib dari petugas bank nak, mana mau dia tulis pahala dari amalan Al Qur'an yang hanya duplikatnya tanpa bukti aslinya atau tanpa keikutsertaan pewarisnya?

Bahkan besok di akhirat pun kau harus datang dengan Imam Ali dan ahlul baitnya sebagai pewaris Al Qur'an, jika kagak ya gak akan dipanggil

Dipanggil saja kagak, gimana mau dilayani?🤭

Memperjalankan di waktu malam (Al-'Isrā'):71 - (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami PANGGIL tiap umat dengan IMAMNYA (pemimpinnya); dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.

amalmu akan sia sia

Ada orang datang ke bank, bawa duplikat sertifikat rumah dan tanah

Sama bank dikasih pinjaman gak? Ada manfaatnya gak duplikat itu? 

Ya kagak ada gunanya

Caranya gimana agar bisa bermanfaat? Ya dihekter atau diklip duplikat itu dengan sertifikat aslinya

Tapi yang aslinya ada di rumah bang Ali, mana dia gak mau kasih pula, ya iyalah, jangankan dirimu, abu bakar dan Umar saja gak dikasih koq, masa kamu mau dikasih?🤭

Lalu gimana nih duplikatnya?

Ya minta dong ke bang Ali, jika gak mau kasih aslinya ya mohon dong ke dia agar dia mau ikut ke bank buat tanda tangan

Gitu loh nak

Jadi nabi Muhammad Saw menyerahkan, mewariskan Al Qur'an ke imam Ali as itu buat imam Ali as dan keluarganya

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Lah lalu duplikatnya ini gimana? 
Ya gak ada gunanya jika tidak menyertakan aslinya

Apa imam Ali as mau kasih aslinya sama kamu? Cieee kepedeaaan! Abu bakar dan Umar aja gak dikasih koq

Lalu gimana?

Ya minta imam Ali as sama sama datang ke kehidupan mu agar Al Qur'an duplikat mu bermanfaat dunia dan akhirat

Makanya disebutkan

Memperjalankan di waktu malam (Al-'Isrā'):71 - (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan IMAMNYA (pemimpinnya); dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.

KAMU harus datang sama imam Ali as biar ibadahmu dari Al Qur'an duplikat bisa bermanfaat, jika kagak ya percuma lah nak

sia sia duplikat tanpa disertai pemiliknya

Kamu dikasih sertifikat tanah dan rumah sama mamak kau, lalu ada orang yang bikin duplikatnya tanpa izin mamak kau dan tanpa izin dari mu. Itu sopan gak?

Bahkan teman teman mu sudah keberatan
"Janganlah bang, adow aku takut sekali lah ini" berkali kali diingatkan tapi kau kepala batu

"Alah gak apa apa, santuy bro, mamaknya sudah mati, gak apa apa kita bikin duplikatnya"

Ini sopan gak?

Nah al Qur'an telah diwariskan nabi kepada imam Ali as

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Bahkan abu bakar pun tidak dikasih, lalu Umar mengusulkan untuk membuat duplikasinya, sama, isinya sama, tapi sopan gak?

Bahkan sudah dilarang sama sahabat sahabat yang lain

Zaid melaporkan,
Abu Bakr memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran alYamama yang menelan 
korban para sahabat sebagai shuhada. Kami melihat saat ‘Umar ibnul Khattab bersamanya. 
Abu Bakr mulai berkata," ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam 
pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari para penghafal AlQur'an 
(qurra'),4 dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai 
akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat 
agar dikeluarkan perintah pengumpulan semua Al-Qur'an." Abu Bakr menambahkan, "Saya 
katakan pada 'Umar, 'BAGAIMANA MUNGKIN KAMI MELAKUKAN SATU TINDAKAN YANG NABI MUHAMMAD TIDAK PERNAH MELAKUKAN?' 'Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji terlepas 
dari segalanya dan ia tidak berhenti menjawab sikap KEBERATAN KAMI sehingga Allah memberi 
kedamaian untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa. Zaid! 
Anda seorang pemuda cerdik pandai, dan anda sudah terbiasa menulis wahyu pada Nabi 
Muhammad, dan kami tidak melihat satu kelemahan pada diri anda. Carilah semua Al-Qur'an 
agar dapat dirangkum seluruhnya." Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami me-
mindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka 
perintahkan pada saya sekarang. Kami bertanya pada mereka, ‘Kenapa kalian berpendapat 
melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?' Abu Bakr dan ‘Umar 
BERSIKERAS mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malah akan membawa kebaikan. 
Mereka tak HENTI-HENTI menenangkan rasa KEBERATAN yang ada hingga akhirnya Allah 
menenangkan kami melakukan tugas itu, seperti Allah menenangkan hati Abu Bakr dan 
‘Umar. ( Al-Bukhari, sahih , Jam'i Al-Qur'an, hadith, no. 4986; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif)

Baca coba yang ditandai huruf kapital, tak henti hentinya abu bakar dan Umar berusaha meyakinkan keberatan para sahabat yang tentunya juga tak henti hentinya diingatkan, tapi dasar bandot tua, keras kepala dan bandel

Ngeyeeeeelnya ampun ampunan, maka dibuatlah duplikasi Al Qur'an, padahal gak boleh karena nabi gak pernah membuat duplikasinya, hanya yang diserahkan kepada imam Ali as lah Al Qur'an yang sah milik nabi

Lalu yang diduplikasi ini gimana hukumnya? Ya legal, gak sah, walaupun isinya sama

Ya persis kayak sertifikat rumah mu yang diduplikasi, isinya sama, ya katakanlah seperti itu, sama tapi nilainya beda, satu legal dan punya manfaat yang satunya lagi ilegal dan gak bermanfaat kecuali sekedar pemberitahuan bahwa ada sertifikat yang asli

Sama seperti kamu bawa copyan sertifikat ke bank bisa bermanfaat gak? Ya kagak, kecuali disertakan yang aslinya. 

Lalu mana aslinya? Ya datang dong ke rumah pemilik sertifikat

Masa nanya, "mana Al Qur'an nabi yang diserahkan kepada imam Ali as kalo memang ada?" Lah ke rumah imam Ali as lah nak, kesana,. Bertamu dong dengan sopan, takzim, penuh kecintaan dan loyalitas

Masa Lo petangtang petenteng nanya "Woi Mana Al Qur'an nabi, sini saya mau lihat!!" Masa gitu? Yang sopan, kasih salam, cium tangan, Salim, ini keluarga nabi, ke rumahnya dong kalo mau lihat Al Qur'an nabi yang asli

Kalo sudah disana maka lihat lah gimana Budi pekerti mereka, kasih sayang mereka, ajaran ajaran mereka maka kau akan temukan Al Qur'an asli disana

Sambil bawa Al Qur'an duplikatnya, dan cocokkan satu demi sata maka kau akan temukan Al Qur'an asli warisan nabi

Jangan teriak teriak depan rumahnya "woi mana Al Qur'an nabi!" Kagak sopan, bisa dikepret Jibril loh! Mau Lo dikepret sama malaikat Jibril? 

Kalo gak mau, ya yang sopan, datang ke rumah ahlul bait nabi, bertamu, bila perlu jadi pelayannya dan resapi kehidupan mereka maka disanalah kau temukan Al Qur'an yang asli, asli dari nabi

Karena Al Qur'an itu untuk diamalkan, dan yang dapat mengamalkan Al Qur'an ya yang memilikinya dong, siapa? Ya Ahlul bait

Makanya nabi bersabda aku tinggalkan (wariskan) dua yang berat, pertama adalah Al Qur'an kedua adalah ahlul bait ku

Karena ahlul bait nabi inilah yang diwariskan Al Qur'an dan mereka telah mengamalkan semuanya, maka datangi mereka secara sopan dan penuh takzim, cium tangan mereka dan jadilah pelayannya, maka kau akan bertemu Al Qur'an yang asli dan dengannya kamu bisa memperoleh manfaatnya, yaitu Jannah dunia wal akhirat

Tanpa itu ya Al Qur'an mu hanya duplikatnya gak bermanfaat sama sekali, kecuali sekedar pemberitahuan bahwa ada sertifikat aslinya, dimana? Dalam diri dan kehidupan Ahlu bait nabi

Duplikasi tanpa izin

Kamu dikasih sertifikat tanah dan rumah sama mamak kau, lalu ada orang yang bikin duplikatnya tanpa izin mamak kau dan tanpa izin dari mu. Itu sopan gak?

Bahkan teman teman mu sudah keberatan
"Janganlah bang, adow aku takut sekali lah ini" berkali kali diingatkan tapi kau kepala batu

"Alah gak apa apa, santuy bro, mamaknya sudah mati, gak apa apa kita bikin duplikatnya"

Ini sopan gak?

Nah al Qur'an telah diwariskan nabi kepada imam Ali as

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Bahkan abu bakar pun tidak dikasih, lalu Umar mengusulkan untuk membuat duplikasinya, sama, isinya sama, tapi sopan gak?

Bahkan sudah dilarang sama sahabat sahabat yang lain

Zaid melaporkan,
Abu Bakr memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran alYamama yang menelan 
korban para sahabat sebagai shuhada. Kami melihat saat ‘Umar ibnul Khattab bersamanya. 
Abu Bakr mulai berkata," ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam 
pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari para penghafal AlQur'an 
(qurra'),4 dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai 
akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat 
agar dikeluarkan perintah pengumpulan semua Al-Qur'an." Abu Bakr menambahkan, "Saya 
katakan pada 'Umar, 'BAGAIMANA MUNGKIN KAMI MELAKUKAN SATU TINDAKAN YANG NABI MUHAMMAD TIDAK PERNAH MELAKUKAN?' 'Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji terlepas 
dari segalanya dan ia tidak berhenti menjawab sikap KEBERATAN KAMI sehingga Allah memberi 
kedamaian untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa. Zaid! 
Anda seorang pemuda cerdik pandai, dan anda sudah terbiasa menulis wahyu pada Nabi 
Muhammad, dan kami tidak melihat satu kelemahan pada diri anda. Carilah semua Al-Qur'an 
agar dapat dirangkum seluruhnya." Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami me-
mindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka 
perintahkan pada saya sekarang. Kami bertanya pada mereka, ‘Kenapa kalian berpendapat 
melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?' Abu Bakr dan ‘Umar 
BERSIKERAS mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malah akan membawa kebaikan. 
Mereka tak HENTI-HENTI menenangkan rasa KEBERATAN yang ada hingga akhirnya Allah 
menenangkan kami melakukan tugas itu, seperti Allah menenangkan hati Abu Bakr dan 
‘Umar. ( Al-Bukhari, sahih , Jam'i Al-Qur'an, hadith, no. 4986; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif)

Baca coba yang ditandai huruf kapital, tak henti hentinya abu bakar dan Umar berusaha meyakinkan keberatan para sahabat yang tentunya juga tak henti hentinya diingatkan, tapi dasar bandot tua, keras kepala dan bandel

Ngeyeeeeelnya ampun ampunan, maka dibuatlah duplikasi Al Qur'an, padahal gak boleh karena nabi gak pernah membuat duplikasinya, hanya yang diserahkan kepada imam Ali as lah Al Qur'an yang sah milik nabi

Lalu yang diduplikasi ini gimana hukumnya? Ya legal, gak sah, walaupun isinya sama

Ya persis kayak sertifikat rumah mu yang diduplikasi, isinya sama, ya katakanlah seperti itu, sama tapi nilainya beda, satu legal dan punya manfaat yang satunya lagi ilegal dan gak bermanfaat kecuali sekedar pemberitahuan bahwa ada sertifikat yang asli

Sama seperti kamu bawa copyan sertifikat ke bank bisa bermanfaat gak? Ya kagak, kecuali disertakan yang aslinya. 

Lalu mana aslinya? Ya datang dong ke rumah pemilik sertifikat

Masa nanya, "mana Al Qur'an nabi yang diserahkan kepada imam Ali as kalo memang ada?" Lah ke rumah imam Ali as lah nak, kesana,. Bertamu dong dengan sopan, takzim, penuh kecintaan dan loyalitas

Masa Lo petangtang petenteng nanya "Woi Mana Al Qur'an nabi, sini saya mau lihat!!" Masa gitu? Yang sopan, kasih salam, cium tangan, Salim, ini keluarga nabi, ke rumahnya dong kalo mau lihat Al Qur'an nabi yang asli

Kalo sudah disana maka lihat lah gimana Budi pekerti mereka, kasih sayang mereka, ajaran ajaran mereka maka kau akan temukan Al Qur'an asli disana

Sambil bawa Al Qur'an duplikatnya, dan cocokkan satu demi sata maka kau akan temukan Al Qur'an asli warisan nabi

Jangan teriak teriak depan rumahnya "woi mana Al Qur'an nabi!" Kagak sopan, bisa dikepret Jibril loh! Mau Lo dikepret sama malaikat Jibril? 

Kalo gak mau, ya yang sopan, datang ke rumah ahlul bait nabi, bertamu, bila perlu jadi pelayannya dan resapi kehidupan mereka maka disanalah kau temukan Al Qur'an yang asli, asli dari nabi

Karena Al Qur'an itu untuk diamalkan, dan yang dapat mengamalkan Al Qur'an ya yang memilikinya dong, siapa? Ya Ahlul bait

Makanya nabi bersabda aku tinggalkan (wariskan) dua yang berat, pertama adalah Al Qur'an kedua adalah ahlul bait ku

Karena ahlul bait nabi inilah yang diwariskan Al Qur'an dan mereka telah mengamalkan semuanya, maka datangi mereka secara sopan dan penuh takzim, cium tangan mereka dan jadilah pelayannya, maka kau akan bertemu Al Qur'an yang asli dan dengannya kamu bisa memperoleh manfaatnya, yaitu Jannah dunia wal akhirat

Tanpa itu ya Al Qur'an mu hanya duplikatnya gak bermanfaat sama sekali, kecuali sekedar pemberitahuan bahwa ada sertifikat aslinya, dimana? Dalam diri dan kehidupan Ahlu bait nabi

masih tentang Al Qur'an

Coba perhatikan hadis dari Zaid bin Tsabit dibawah ini

Zaid melaporkan,
Abu Bakr memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran alYamama yang menelan 
korban para sahabat sebagai shuhada. Kami melihat saat ‘Umar ibnul Khattab bersamanya. 
Abu Bakr mulai berkata," ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam   pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari para penghafal AlQur'an 
(qurra'),4 dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai 
akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat 
agar dikeluarkan perintah pengumpulan semua Al-Qur'an." Abu Bakr menambahkan, "Saya 
katakan pada 'Umar, 'BAGAIMANA MUNGKIN KAMI MELAKUKAN SATU TINDAKAN YANG NABI MUHAMMAD TIDAK PERNAH MELAKUKAN?' 'Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji TERLEPAS 
DARI SEGALANYA (apa maksudnya ini?) dan ia tidak berhenti menjawab sikap KEBERATAN KAMI sehingga Allah memberi 
kedamaian untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa. Zaid! 
Anda seorang pemuda cerdik pandai, dan anda sudah terbiasa menulis wahyu pada Nabi 
Muhammad, dan kami tidak melihat satu kelemahan pada diri anda. CARILAH SEMUA AL-QUR'AN agar DAPAT DIRANGKUM SELURUHNYA." Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami memindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang. Kami bertanya pada MEREKA (Abu bakar dan Umar), ‘KENAPA KALIAN BERPENDAPAT MELAKUKAN SESUATU YANG TIDAK PERNAH DILAKUKAN OLEH NABI MUHAMMAD?' Abu Bakr dan ‘Umar 
BERSIKERAS mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malah akan membawa kebaikan. 
Mereka tak HENTI-HENTINYA menenangkan rasa keberatan yang ada hingga akhirnya Allah 
menenangkan kami melakukan tugas itu, seperti Allah menenangkan hati Abu Bakr dan 
‘Umar.⁵

Catatan kaki
5.  Al-Bukhari, sahih , Jam'i Al-Qur'an, hadith, no. 4986; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif,

Perhatikan, para sahabat nabi sangat keberatan, sangat sangat keberatan, KEBERATAN yang diulang berkali-kali dan tak henti hentinya disampaikan, ini artinya benar benar satu perkara yang sangat melengggar ketentuan Allah dan NabiNya. Tapi abu bakar dan Umar tak henti hentinya pula bersikeras meyakinkan bahwa ini tidak apa apa

Ini ada apa? Koq para sahabat lain tak henti hentinya ketakutan dan keberatan serta tak henti hentinya pula mengingatkan bahwa hal ini tidak pernah dilakukan nabi Muhammad Saw? Itu artinya apa yang diperintahkan oleh Abu bakar dan Umar dalam menduplikasi Al Qur'an adalah ilegal, nista, terlarang dan tidak pernah dicontohkan Nabi Muhammad Saw.

Itu artinya Al Qur'an ini sama seperti sertifikat, BPKB, atau surat akta.

Yang hanya tidak boleh diduplikasi

Lalu gimana ummat bisa dapat petunjuk jika tidak boleh diduplikasi? Ya baca ditempat

Artinya baca dirumah pemilik sertifikat, atau BPKB jika mau melihat isi sertifikat atau BPKB tersebut. Bukan malah membuat duplikasinya tanpa izin. Inilah keberatan para sahabat nabi atas usulan Umar dan Abu bakar

Itu artinya Allah dan NabiNya hanya mau ummat ini membaca Al Qur'an ketempat dimana Al Qur'an ini diwariskan

Dikutip dari Az-Sanjani [Tarikh. Hm 66]:
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berwasiat pada Ali:
“Hai Ali, al-Qur’an ada di belakang tempat tidurku,
(tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas.
Ambil dan kumpulkanlah. ………"
Ali menuju ke tempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning.
[Zarkashi. al Burhan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 235, 237-238, 256, 258; Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran. Jilid 1. Hlm 212-213, 216]

Itu artinya jika seseorang ingin membaca Al Qur'an dan mendapatkan petunjuk darinya maka datang lah ke rumah imam Ali as. Karena Al Qur'an nabi Muhammad Saw telah diwariskan kepada imam Ali as sebagai rasul saksinya

Inilah yang ingin dilakukan oleh Abu bakar dan Umar dengan membuat duplikasi Al Qur'an agar orang tidak perlu lagi mendatangi imam Ali as karena duplikasi Al Qur'an telah ada ditangan mereka

Isinya mungkin saja sama, tapi tujuan Allah dan NabiNya tidak terlaksana

Apa tujuan Allah dan NabiNya? Ingin agar orang hanya datang pada imam Ali as jika mau mendapatkan petunjuk, menyalin atau menduplikat Al Qur'an tentu dengan segenap penjelasan tafsirannya agar manusia tidak salah dalam memahami Al Qur'an.

Sebab Al Qur'an jika masuk kedalam jiwa yang kotor hanya akan menyebabkan kekotoran di dalam hatinya

Pengampunan (At-Tawbah):125 - Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekotoran hati mereka, disamping kekotorannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.

Makanya Al Qur'an harus dipahami lewat jalur yang suci agar tidak malah membuat kekafiran bagi pembacanya

Shahih Muslim

Pertama : Hadits Zaid bin Arqam (shahih)

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan Syuja’ bin Makhlad, keduanya dari Ibnu ‘Ulayyah: telah berkata Zuhair: telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim: telah menceritakan kepadaku Abu Hayyan: telah menceritakan kepadaku Yazid bin Hayyan, ia berkata: “Aku pergi ke Zaid bin Arqam bersama Hushain bin Sabrah dan ‘Umar bin Muslim. Setelah kami duduk. Hushain berkata kepada Zaid bin Arqam: ‘Wahai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Engkau telah melihat Rasulullah i, engkau mendengar sabda beliau, engkau bertempur menyertai beliau, dan engkau telah shalat di belakang beliau. Sungguh, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak wahai Zaid. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada kami -wahai Zaid– apa yang engkau dengar dari Rasulullah !’ Zaid bin Arqam berkata : ‘Wahai keponakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah i. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu, maka terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah engkau memaksaku untuk menyampaikannya.’ Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan: ‘Pada suatu hari Rasulullah i berdiri berkhutbah di suatu sumber (mata air) yang disebut Khumm yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau bersabda:

أَمَّا بَعْدُ أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ

‘Amma ba’d. Ketahuilah wahai saudara-saudara sekalian bahwa aku adalah manusia (seperti kalian). Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat pencabut nyawa) akan datang, lalu aku menjawabnya. Aku akan meninggalkan di tengah kalian Tsaqalain (dua hal yang berat), yaitu: Pertama, Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, karena itu ambillah kitabullah dan berpegang teguhlah kalian kepadanya.’ Beliau menghimbau dan mendorong untuk mengikuti Kitabullah. Kemudian beliau melanjutkan: ‘(Kedua), dan ahlulbaitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlubaitku’ – beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali – . Maka Hushain bertanya kepada Zaid bin Arqam: ‘Wahai Zaid, siapakah ahlulbait Rasulullah i? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlulbaitnya?’ Zaid bin Arqam menjawab: ‘Istri-istri beliau  memang ahlulbaitnya, namun ahlul-bait beliau adalah orang-orang yang diharamkan menerima zakat sepeninggal beliau.’ Hushain berkata: ‘Siapakah mereka itu?’ Zaid menjawab: ‘Mereka adalah keluarga ‘Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas.’ Hushain berkata: ‘Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat?’ Zaid menjawab: ‘Ya.’

fakta mereka sedang tidak baik baik saja

Berkali kali saya membaca tulisan prof Dr MM Al'Azami pada penjelasan soal pembukuan Al Qur'an zaman Abu bakar, Umar dan zaman Usman ketika mushaf Al Qur'an resmi diterbitkan dan disebarkan keseluruh pelosok pemerintahan

Tidak ada nama imam Ali as dilibatkan dalam proses pembukuan Al Qur'an

Mengapa?

Katanya Abu bakar Umar Utsman gak ada masalah dengan Imam Ali as tapi koq gak dilibatkan dalam urusan maha penting itu?

Urusan Al Qur'an itu adalah urusan maha penting, mengapa abu bakar Umar dan Usman tidak menjadikan imam Ali as sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan atau paling tidak dimintai pendapatnya?

Coba lihat dalam petikan ini

Ibn Sirin, (w. 110 H.) 
meriwayatkan,

Ketika 'Uthman memutuskan untuk menyatukan Al-Qur'an, dia mengumpulkan 
panitia yang terdiri dari dua belas orang dari kedua-dua suku Quraish dan Ansar. Di 
antara mereka adalah Ubayy bin Ka'b dan Zaid bin Thabit⁸

Identitas dua betas orang ini bisa dilacak melalui beberapa sumber. AI Mu'arrij as-Sadusi 
menyatakan, "Mushaf yang baru disiapkan diperlihatkan pada 
(1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk 
dibaca ulang;"⁹ dia menambahkan 
(2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin Naufal.¹⁰ Yang lain termasuk 
(3) Zaid bin Thabit, 
(4) Ubayy bin Ka'b, 
(5) 'Abdullah bin az-Zubair, 
(6) 'Abrur-Rahman bin Hisham, dan 
(7) Kathir bin Aflah.¹¹ Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: 
(8) Anas bin Malik, 
(9) ' Abdullah bin 'Abbas, dan 
(10) Malik bin Abi 'Amir.¹² Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya 
(11) 'Abdullah bin `Umar, dan 
(12) 'Abdullah bin 'Amr bin al-'As.¹³

Tidak ada satupun nama imam Ali as sejak zaman Abu bakar Umar dan Utsman, ini pastinya ada perselisihan, sehingga Imam Ali as tidak dilibatkan sama sekali

Jadi anggapan kalian bahwa mereka tidak berselisih itu hanyalah upaya menutup nutupi kenyataan yang sebenarnya

mereka sedang tidak baik baik saja kawan, ada perselisihan hebat yang sedang terjadi

Catatan kaki
8. Ibn Sa'd, Tabaqat , iii/2:62. perlu dicatat bahwa Ibn Sirin menggunakan kata 
(mengumpulkan).
9. AI-Mu'arrij as-Sadusi, Kitab Hadhfin min Nasb Quraish, hlm. 35. 
10. Ibid,hlm 42.
11. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 20, 25-26. 
12. lbn Hajar, Fathur Bari, ix 19.
13. AI-Baqillani, al-Intisar (ringkasan), hlm. 358.

Fakta hadis, bahwa duplikasi al Qur'an telah musnah sebagian


Hadis ini sangat menarik sekali

Zaid melaporkan,
Abu Bakr memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran alYamama yang menelan korban para sahabat sebagai shuhada. Kami melihat saat ‘Umar ibnul Khattab bersamanya. Abu Bakr mulai berkata," ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam pertempuran al-Yamama telah MENELAN KORBAN BEGITU BESAR dari para penghafal AlQur'an (qurra'), dan kami KHAWATIR hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan MUSNAH.
(Al-Bukhari, sahih , Jam'i Al-Qur'an, hadith, no. 4986; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif)

PERHATIKAN kata kata berikut

1. pertempuran al-Yamama telah MENELAN KORBAN BEGITU BESAR dari para penghafal AlQur'an 
2. kami KHAWATIR
3. kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan MUSNAH.

Perhatikan kata Zaid bin Tsabit

"kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan MUSNAH."

Ini sebagai bukti bahwa memang sebagian Al Qur'an telah musnah, kenapa? 
1. Korban perang Al Yamama itu sangat besar menelan korban para penghafal Al Qur'an
 
Itu artinya jika ada 100 penghapal al Qur'an maka "sebagian besar" artinya 70% telah mati dalam pertempuran, maka sisanya hanya 30%

Kedua, tidak ada penghapal al Qur'an secara utuh 30 juz, mengapa? Karena mereka masuk Islam berbeda beda, ada yang masuk Islam di tahun pertama Islam, ada yang pertengahan dan ada yang akhir, otomatis jumlah hapalan pun berbeda, normalnya orang akan menghapal apa yang dia dengar langsung, otomatis ketika dia belum masuk Islam maka surat Al Qur'an yang telah turun sebelum dia masuk Islam kemungkinan tidak dia hapal, maka itulah abu bakar memerintahkan Umar dan Zaid bin Tsabit untuk menunggu di gerbang masjid untuk mencari siapa yang punya sepotong hapalan atau catatan Al Qur'an, artinya jika ada yang hapal 30 juz maka orang itu pasti langsung dipanggil untuk dijadikan sumber duplikasi Al Qur'an, faktanya? Abu bakar malah memerintahkan Umar dan Zaid bin Tsabit untuk mencari sepotong demi sepotong ayat Al Qur'an di masjid dari jamaah masjid yang mengaku menghafal atau mencatat sepotong ayat tersebut, itu artinya tidak ada yang hafal 30 juz saat itu.

Abu Bakr mengatakan pada 'Umar dan Zaid, "Duduklah di depan pintu gerbang Masjid 
Nabawi. Jika ada orang membawa (memberi tahu) anda tentang SEPOTONG ayat dari Kitab 
Allah dengan dua orang saksi, maka tulislah"
(Ibn Abi Dawud, al-Mashafi, hlm. 6. Lihat juga Ibn Hajar, Farhul Bari, ix: 14.)

2. Khawatir, ini adalah tanda bahwa harapan terpenuhinya Al Qur'an secara utuh sudah sagat mengkhawatirkan, penyebabnya ya karena banyak penghapal yang mati, otomatis sumber rujukan menjadi semakin sendikit

Sebagai akibatnya? Ya separuh Al Qur'an tidak dapat terdokumentasi

Sehingga duplikasi Al Qur'an yang ada saat ini adalah hasil duplikasi dari 30% para penghapal sepotong demi sepotong al Qur'an

Maka hasilnya adalah duplikasi 30% Al Qur'an yang ada dihadapan kita saat ini

Ini fakta hadis loh

Atau bisa juga seperti ini;

Dalam hadis itu disebutkan

"dan kami KHAWATIR hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'an akan MUSNAH."

"Jika terjadi peperangan yang serupa maka dikhawatirkan sebagian Al Qur'an akan Musnah"

Coba cermati hadis ini baik baik,  telah mati sebagian besar penghapal

Lalu abu bakar berkata

Jika terjadi peperangan yang serupa maka dikhawatirkan sebagian Al Qur'an akan Musnah"

Kenyataan Pertama :
Ini artinya Al Qur'an yang tersisa dari wafatnya para penghapal Al Qur'an adalah tinggal 75% saja, atau yang musnah akibat perang Yamamah sudah mencapai 25%, sehingga dia khawatir, sebab jika terjadi pertempuran yang serupa maka genap yang musnah menjadi  50%, Maka itulah dia berkata

"Jika terjadi peperangan yang serupa maka dikhawatirkan sebagian Al Qur'an (50%) akan Musnah" 

Karena memang tinggal 75%, sebab 25% yang lain telah diaggap musnah akibat kematian dalam perang.

Ini adalah pandangan logis dari hilangnya para penghapal, atau konsekwensi logis dari hilangnya para penghapal akibat perang

Kenyataan kedua:
Bagaimana bisa duplikasi bisa utuh jika 25% sumber duplikasinya ikut terbawa mati? Maka itulah duplikasi Al Qur'an saat ini memang tinggal 75% saja

Lalu kemana imam Ali as? Pasti itu yang ditanyakan sebagian orang, kenapa beliau tidak ikut membantu? Coba perhatikan, sepanjang hadis yang saya baca dari penelitian Prof Dr MM Al'Azami, tidak ada nama imam Ali as dalam proses pembukuan Al Qur'an zaman abu bakar dan Umar, ini jelas sebagai bukti bahwa Imam Ali as dan abu bakar terjadi konflik. 

Sebab bagiamana bisa abu bakar tidak melibatkan imam Ali as dalam usahanya untuk membukukan Al Qur'an dari para penghapal Al Qur'an jika tidak ada konflik diantara mereka? Sedang dia tahu bahwa imam Ali as lah orang yang paling pantas dilibatkan sebab dialah manusia pertama yang menyertai nabi sejak awal sampai akhir hidupnya.

Ini bukti bahwa imam Ali as dan abu bakar ada konflik. Sehingga Imam Ali as tidak dilibatkan oleh Abu bakar dalam usahanya dalam mengumpulkan Al Qur'an, penyebabnya hanya satu, konflik

Tentang Al Qur'an



"Abu Bakr mengatakan pada 'Umar dan Zaid, "Duduklah di depan pintu gerbang Masjid 
Nabawi. Jika ada orang membawa (memberi tahu) anda tentang sepotong ayat dari Kitab 
Allah dengan dua orang saksi, maka tulislah"
(Ibn Abi Dawud, al-Mashafi, hlm. 6. Lihat juga Ibn Hajar, Farhul Bari, ix: 14.)

Mengapa begitu repot mencari siapa yang mempunyai sepotong dua potong ayat Al  Qur'an jika telah jelas siapa siapa saja para pencatat Al Qur'an zaman nabi?

Berikut potongan penjelasan Prof Dr MM Al 'Azami:

"Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang 
enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, 
Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah 
bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, `Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd,'Abdullah bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al'Ala bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin al-Khattab, 'Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan. (Untuk lebih jelas harap dilihat M.M, A'zami, Kuttab an-Nabi)

Nama nama ini zaman itu tentu orang orangnya masih hidup dan dua diantaranya adalah abu bakar dan Umar itu sendiri, sudah pasti mereka mengenal ke 63 penulis yang lainnya. Mengapa abu bakar sendiri malah meminta Zaid bin Tsabit untuk mencari orang orang yang mempunyai tulisan Al Qur'an atau hapalan? Mengapa dia sendiri tidak mengeluarkan catatannya yang dulu nabi pernah menjadikan dirinya sebagai salah satu penulis Al Qur'an? Kemana catatannya itu? Tidak ada pada mereka? Tentu saja tidak ada, sebab catatan catatan itu ada pada nabi sebab jika catatan catatan itu ada pada mereka maka sudah pasti abu bakar tinggal menyebutkan satu persatu nama nama pencatat Al Qur'an dan mendatangi rumah mereka untuk mengumpulkan catatan itu, dan selesai, tinggal dibukukan.

Kenyataannya? Tidak demikian, itu artinya mereka tidak memegang catatan itu kecuali hadirin yang tidak secara khusus dijadikan pencatat Wahyu hanya saja mereka ikut mencatat Wahyu saat nabi membacakan ayat Al Qur'an dihadapan mereka. Dari sanalah Al Qur'an bisa diduplikasi yang hasilnya bisa kita pegang hari ini

Itu artinya duplikasi pertama Al Qur'an melalui jalur hafalan dan tulisan tulisan catatan sahabat nabi bukan dari dokumen nabi sendiri, hasilnya ya tentu tidak bisa dijamin selengkap dokumen nabi itu sendiri karena bukan hasil salinan langsung.

Sekalipun demikian, bahwa Al Qur'an sekarang adalah duplikasi dari hapalan para sahabat dan tulisan sahabat, tetap diterima sebagai Al Qur'an, Krn biarpun tidak selengkap Al Qur'an yang ditulis oleh 65 penulis tapi tetap adalah ayat Allah

Sama kayak nasi satu loyang yang tersedia hanya sepiring maka nasi sepiring itulah yang kita terima sebagai konsekwensi yang ada.

Lalu kemana Al Qur'an yang merupakan dokumen Nabi? Tentu disimpan nabi sebagai bentuk pertanggungjawaban beliau kelak di akhirat sebagai barang bukti telah menyampaikan Wahyu kepada ummat, saksinya adalah imam Ali as

Lalu bagaimana ummat bisa membaca Wahyu yang disampaikan nabi jika dokumen itu disimpan nabi?

Penjelasannya seperti ini

Al Qur'an itu saat diwahyukan dari Jibril kepada  nabi dan nabi menyampaikan kepada ummat maka ada 3 catatan yang terjadi saat itu

Pertama dicatat oleh para sahabat nabi yang ditunjuk oleh nabi sebagai juru tulisnya

Kedua, dicatat oleh para malaikat di malail a'la dan disimpan dalam kitab kitab yang dimuliakan

:

فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ بِأَيْدِي سَفَرَةٍ كِرامٍ بَرَرَةٍ

di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. ('Abasa: 13-16)

Catatan yang ditulis oleh malaikat ini disebut juga lembaran lembaran yang disucikan yang isinya adalah semua isi kitab kitab termasuk Al Qur'an

{فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ}

di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus. (Al-Bayyinah: 3)

Ketiga, dicatat oleh ummat secara mandiri, sebagai pegangannya masing masing

Nah yang dicatat oleh ummat secara mandiri inilah yang dikumpulkan menjadi mushaf yang saat ini kita pegang yang prosesnya panjang dan berlika liku, dan telah disepakati baik Sunni maupun syiah sebagai Al Qur'an yang tersedia dari zaman sahabat nabi

Sedangkan Al Qur'an yang dicatat oleh malaikat di malail a'la adalah catatan Al Qur'an yang akan digunakan untuk membimbing ummat setelah ketiadaan nabi, dimana catatan ini hanya bisa dibaca oleh para rasul saksi. Hal ini pun telah dikenal oleh ahli kitab, bahwa ada para malaikat pencatat yang mencatat semua kejadian termasuk ayat apa saja yang diturunkan kepada para nabi, hal inilah yang diminta oleh ahli kitab dan kaum musyrikin sebagai Al bayyinat atau bukti bahwa nabi Muhammad Saw adalah seorang nabi, bahwa jika nabi Muhammad Saw benar benar nabi maka dia harus bisa mendatangkan seorang rasul yang dapat membacakan lembaran lembaran yang disucikan tersebut. Sebab mereka mau memastikan apakah Al kitab yang ada ditangan mereka masih otentik 100% sama seperti yang dicatat malaikat pencatat saat nabi Musa as menerima Wahyu ataukah sudah tidak otentik 100%? Mengapa mereka memaksa nabi melakukan hal itu? Itu karena nabi selalu mendakwahkan bahwa kitab mereka telah mengalami perubahan, maka itulah mereka minta bukti tuduhan tersebut jika nabi benar atas tuduhan itu

Pembuktian (Al-Bayyinah):1 - Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

Pembuktian (Al-Bayyinah):2 - (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Imam Ali as) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (di malail a'la),

Mengapa rasul yang dimaksud dalam ayat ini adalah imam Ali as? Itu karena orang kafir Quraisy dan ahli kitab menolak beriman, atas dakwah nabi Muhammad dan Al Qur'an yang dibawakannya, sebelum datang kepada mereka satu bukti yang kuat yaitu seorang rasul yang membacakan lembaran lembaran yang disucikan di malail a'la. Itu artinya rasul yang mereka mintakan kepada nabi bukan nabi Muhammad Saw itu sendiri sebab nabi Muhammad itulah yang mereka tolak, masa itu pula yang mereka minta supaya beriman kepada nabi Muhammad?  

Untuk itulah nabi memanggil imam Ali as untuk membacakan lembaran lembaran yang disucikan yang berada di alam malail 'ala, yang isinya adalah semua kitab kitab

Pembuktian (Al-Bayyinah):3 - di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus (termasuk Al Qur'an)

Setelah dibacakan catatan para Malaikat di malail a'la itulah maka mereka yakin bahwa benar kitab yang ada pada mereka, yang diwariskan dari generasi generasi sebelumnya telah terjadi perubahan disana sini, maka itulah mereka berpecah belah dan sebagian beriman kepada nabi Muhammad Saw 

Pembuktian (Al-Bayyinah):4 - Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

Yang beriman kepada nabi setelah kejadian diatas terekam dalam ayat ini

Pembuktian (Al-Bayyinah):7 - Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Dari sinilah jika ummat mau meminta bacaan Al Qur'an bisa meminta kepada imam Ali as agar dibacakan di alam malail 'ala.

Untuk itulah 6 bulan setelah nabi Muhammad Saw wafat, imam Ali as tidak keluar rumah salah satu penyebabnya adalah imam Ali sedang menyelesaikan penulisan Al Qur'an yang beliau baca langsung dari malail a'la untuk diserahkan kepada ummat, Ketika telah selesai abu bakar yang saat itu sebagai Khalifah menolaknya sebab sudah punya Al Qur'an hasil pengumpulan dari hafalan dan catatan sahabat, karena penolakan itulah maka Al Qur'an itu disimpan oleh imam Ali as sebagai bukti telah menyampaikan Al Qur'an yang otentik sesuai apa yang ditulis di malail a'la, yang nantinya akan dibawa oleh imam Mahdi as di akhir zaman

Dan sebagai hasilnya Al Qur'an yang dirampungkan oleh abu bakar dan Usman itulah yang dipakai ummat sampai hari ini karena tidak ada pilihan lain, sebab pilihan lain itu telah disimpan sebagai bentuk bukti penolakan

Senin, 08 Maret 2021

Bantahan bagian 7

Masih banyak lagi kisah aneh yang diimajinasikan oleh si penulis buku ini. Tetapi buku ini begitu sangat laris manis dikalangan para penggemar berita bohong, pengikut agama Salafi ,bahkan begitu dibangga-banggakan di berbagai situs anti syiah mereka yang sangat menggemari berbagai berita bohong.
Demikianlah,para pengikut agama Salafi yang begitu menggemari berbagai berita bohong ini kemudian menyebarluaskan cacian dan makian terhadap para pengikut syiah ahlul bait.Ada lagi sebuah fotobergambar orang-orang syiah yang sedang manasik haji kemudian mereka berikan komentar berisi kata-kata yang sangat profokatif: “Lihatlah Orang-orang Syiah Punya Kabah Sendiri di Iran.”Para penggemar berita bohong ini lupa atau pura-pura lupa bahwa ratusan ribu orang-orang syiah tiap tahunnya melakukan ziarah keharomain , Makkah dan Madinah dengan niat Umroh atau haji.
Berita-berita dusta memang sejak berabad-abad lalu biasa dialamatkan kepada para pengikut syiah, seperti sebuah web menyebutkan , di Bandung ada seorang wanita bercadar terkena sakit kelamin gara2 kebanyakan mut`ah. saya bilang, mana ada wabita syiah bercadar? Yang bercadar itu justeru para penganut sekte sesat Salafi yang paling getol menyebarkan gosip-gosip bohong seputar syiah. si penyebar kebohongan lupa bahwa dalam syiah tidak disyaratkan menggunakan cadar.Para pembaca sekalian bisa lihat sendiri di maqam-maqam para Imam syiah, sama sekali tidak akan pernah ditemukan wanita syiah bercadar.

Akhirnya saya tutup pembelaan ini dengan menyitir firman Allah berikut ini : (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (QS. 24:15)

Bantahan bagian 6

Perhatikanlah pula bagaimana   dia menyebut nama ulama besar Syiah Sayid Muhammad Jawad Mughniyah, padahal yang benar adalah “SYEIKH MUHAMMAD JAWAD MUGHNIYAH” karena beliau juga bukan keturunan ahlul bait. Masih banyak lagi kesalahan penyebutan nama dan gelar seperti menyebut Sayid Ali Gharwi (lihat halaman 26), padahal seharusnya Mirza Ali Ghuruwi. Bila mereka kaum fanatik wahabi berdalih bahwa kesalahan dalam penulisan adalah hal biasa,maka bagaimana mungkin kesalahan tersebut terjadi terus menerus, dan berkali-kali, ,apalagi buku tersebut sudah masuk ke cetakan ke empat.Biasanya bila ada kesalahan ketik, pada cetakan ke dua pasti sudah diperbaiki penerbit. 
Anehnya lagi di halaman 111 dia menulis “SAYID MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADUQ”, siapa orang ini tidak ada seorang syiah pun yang pernah mengenalnya, , Apakah maksudnya Syeikh Shaduq yang bernama asli Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih al-Qummi (gelarnya Syeikh Shaduq ) , ataukah maksudnya adalah Allamah Sayid Muhammad Baqir Ash-Shadr, salah seorang marja’ syiah di Najaf, atau apakah tokoh fiktif ini hanyaa rekaan Husein Almusawi? ataukah tokoh ini teman hayalan beliau,karena penghayal seperti Husein Almusawi biasanya punya banyak teman khayalan.

Bantahan bagian 5

Dan lebih mengherankan lagi adalah pengakuannya bertemu Sayid Daldar Ali . Husain al-Musawi menulis pada halaman 131-132, sbb : > “Ketika saya berkunjung ke India saya bertemu dengan Sayid Daldar Ali. Dia memperlihatkan kepada saya kitabnya yang berjudul Asas al-ushul.” # Ini adalah kebohongan nyata yang tidak bisa disembunyikan lagi oleh Husain al-Musawi. Bagaimana mungkin ia bertemu dengan Sayid Daldar Ali yang hidup pada abad ke 19 dan wafat pada tahun 1820 M/ 1235 H (lihat kitab ‘Adz-Dzari’ah Ila Tasanif al-Syiah’). Ini berarti, Sayid Daldar Ali telah meninggal selama 110-114 tahun sebelum lahirnya Husain al-Musawi ( 1930 M ). Bagaimana mungkin Husain al-Musawi bertemu dengan sayid Daldar Ali padahal ia sendiri belum lahir pada tahun wafatnya Sayid Daldar Ali, bahkan ayah dan kakeknya pun mungkin belum lahir…???? Jika dia memang bertemu dengan Sayid Daldar Ali, berarti setidaknya Husain al-Musawi lahir pada tahun 1800 M. Jika dia lahir tahun 1800 M, bagaimana mungkin usianya lebih muda dari Ahmad Ash-Shafi an-Najafi yang lahir pada tahun 1895 M..??? dan bagaimana mungkin dia belajar kepada Syeikh Kasyf Ghita yang lahir pada tahun 1877 M..?? bagaimana dia bertemu dengan Sayid Khui di tahun 1992 (berarti usianya 192 tahun)? bagaimana mungkin dia mengikuti Revolusi Iran pada tahun 1979 (berarti usianya 179 tahun) ..???

Bantahan bagian 4

Tapi hal itu masih lumayan. Sebab, tidak hanya sampai disitu, bahkan Husain al-Musawi yang mengaku mujtahid syiah ini, tidak bisa membedakan imam-imam syiah. Dia kesulitan membedakan nama Imam-imam syiah , karena terkadang memiliki panggilan yang sama. Perhatikan pernyataanya berikut ini : 4. Pada halaman 18, ia menulis : > Amirul mukminin as berkata # Ternyata Husain al-Musawi tidak mengenal Imam-imam Syiah. Diatas ia menulis AMIRUL MUKMININ berkata”. Perlu diketahui, gelar AMIRUL MUKMININ itu diperuntukkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib saja (imam pertama syiah). Setelah kita periksa ke kitab ar-Raudhah al-Kafi, ternyata tidak terdapat kata “Amirul Mukminin”, tetapi yang ada adalah “ABUL HASAN”. Di bawah ini saya tuliskan riwayatnya sbb : وَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الصُّوفِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ بَكْرٍ الْوَاسِطِيُّ قَالَ قَالَ لِي أَبُو الْحَسَنِ ( عليه السلام ) لَوْ مَيَّزْتُ شِيعَتِي لَمْ أَجِدْهُمْ إِلَّا وَاصِفَةً وَ لَوِ امْتَحَنْتُهُمْ لَمَا وَجَدْتُهُمْ إِلَّا مُرْتَدِّينَ وَ لَوْ تَمَحَّصْتُهُمْ لَمَا خَلَصَ مِنَ الْأَلْفِ وَاحِدٌ وَ لَوْ غَرْبَلْتُهُمْ غَرْبَلَةً لَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ إِلَّا مَا كَانَ لِي إِنَّهُمْ طَالَ مَا اتَّكَوْا عَلَى الْأَرَائِكِ فَقَالُوا نَحْنُ شِيعَةُ عَلِيٍّ إِنَّمَا شِيعَةُ عَلِيٍّ مَنْ صَدَّقَ قَوْلَهُ فِعْلُهُ . “Dengan sanad-sanad ini, dari Muhammad bin Sulaiman, dari Ibrahim bin Abdillah al-Sufi berkata: meyampaikan kepadaku Musa bin Bakr al-Wasiti berkata : “Abu al-Hasan berkata kepadaku (Qala li Abul Hasan) dan seterusnya,bunyi teks lengkap hadist ini bisa dilihat di ar-Raudhat al-Kafi hadis no 290) # Perhatikan, hadits di atas menyebutkan ABUL HASAN as, bukan Amirul Mukminin. Ketahuilah Abul Hasan adalah panggilan utk beberapa imam syiah yang memiliki anak sulung bernama Hasan , diantaranya adalah Imam Ali bin Abi Thalib as (imam pertama), Imam Ali Zainal Abidin as (imam keempat), Imam Musa al-Kadzhim (imam ketujuh), Imam Ali ar-Ridha (imam kedelapan), dan Imam Ali al-Hadi (imam kesepuluh). Sekarang siapakah Abul Hasan yang dimaksud oleh hadits di atas??? Jawabnya adalah bahwa hadits diatas berasal dari Imam Musa al-Kadzhim bukan dari Amirul mukminin Imam Ali bin Abi Thalib Sebab, hadits tersebut diriwayatkan oleh Musa bin Bakr al-Wasithi, dan beliau hidup sezaman dengan Imam Musa al-Kadzhim as (imam ketujuh syiah). Bagaimana mungkin, Husain al-Musawi yang mengaku mujtahid ini, sarjana Syiah di usia yang paling muda , tidak mengenal imamnya sendiri yang anak-anak usia sekolah dasar di Iran saja sudah sangat mengenal para imam mereka????

bantahan bagian 3

Kemudian pada halaman 4 dia menulis : > “Yang penting, saya menyelesaikan studiku dengan sangat memuaskan, hingga saya mendapat ijazah (sertifikat) ilmiah dengan meendapat derajat ijtihad dari salah seorang tokoh yang paling tinggi kedudukannya, yaitu Sayid (?) Muhammad Husain Ali Kasyf al-Ghita.” # Dengan jelas ia menyebutkan bahwa dia mendapat ijazah mujtahid dari Sayid (?) Kasyf al-Ghita’ tapi tidak disebutkan tahun berapa ijazahnya dikeluarkan. Perlu diketahui bahwa Kasyif Ghita’ bukanlah Sayid (bukan keturunan ahlul bait), tetapi Syeikh. Syeikh Kasyif al-Ghita meninggal pada tahun 1373 H. Dalam tradisi Syiah, Sayid adalah keturunan keluarga Nabi,kita dapat dengan mudah membedakan dari surban yang melekat dikepalanya, bila hitam maka ia Sayid.Syeikh Kasyful Githa tidak pernah mengenakan surban hitam dikepalanya,dan memang ia bukanlah sayyid.Para pembaca dapat melihat kebohongan Husein Musawi , yang bahkan tidak bisa mengenali gurunya sendiri yang “katanya” memberinya Ijazah.
Kemudian jika kita bandingkan tahun kelahiran Husain al-Musawi dengan tahun wafatnya Syeikh Kasyf al-Ghita, maka kita menemukan usia Husain al-Musawi tamat dari belajar dan menjadi mujtahid maksimal adalah 24 tahun (1349 – 1373 H = 24 tahun). Jika kita kurangi bahwa ia mendapat gelar 5 tahun sebelum meninggalnya Syeikh Ali Kasyf al-Ghita, yakni tahun 1368 H, maka berarti usianya saat menjadi mujtahid adalah 19 tahun (1349 – 1368 H = 19 tahun),biasanya seorang pelajar agama yang pintar sekalipun rata-rata mencapai gelar mujtahid  dalam usia 35 tahun ke atas. Suatu prestasi yang membanggakan dan luar biasa bila ada yang mencapai gelar mujtahid dalam usia 19 tahun. Tetapi anehnya, selain tidak ada datanya, tidak ada pula satupun ulama dan pelajar serta masyarakat mengetahui ada seorang yang mencapai gelar mujtahid pada usia tersebut dan berasal dari Karbala yang bernama Husain al-Musawi yang mencapai mujtahid dalam usia fantastis, 19 tahun.

Bantahan bagian 2

Husain Musawi Alkadzdzab  menulis pada halaman 94 : > “Diakhir pembahasan tentang khumus ini saya tidak melewatkan perkataan temanku yang mulia, seorang penyair jempolan dan brilian, Ahmad Ash-Shafi an-Najafi Rahimahullah. Saya mengenalnya setelah saya meraih gelar mujtahid. Kami menjadi teman yang sangat kental walaupun terdapat perbedaan umur yang sangat mencolok, dimana dia tiga puluh lima tahun lebih tua dari umurku.” (Mengapa Saya Keluar dari Syiah, 2008, hal. 94). # Perlu diketahui bahwa Ahmad Ash-Shafi an-Najafi dilahirkan pada tahun 1895 M/ 1313-14 H dan wafat pada tahun 1397 H. Jika kita bandingkan dengan umur yang disebutkan oleh Husain al-Musawi bahwa Ahmad Ash-Shafi an-Najafi itu lebih tua 35 tahun dari dirinya, maka kita menemukan tahun kelahirn Husain al-Musawi adalah tahun 1930 M atau 1349 H, dengan perhitungan sbb : – 1895 M + 35 = 1930 M – 1314 H + 35 = 1349 H Kemudian, bandingkan dengan halaman 68 Husain Musawi menyebutkan bahwa ia bertemu dengan Sayid Syarafudin al-Musawi (Pengarang Kitab al-Muraja’at atau Dialog Sunnah Syiah) di Najaf, Irak. Husain Musawi menulis pada halaman 68 : > “Suatu hari di kota Najaf datang berita kepada saya bahwa yang mulia Sayid Abdul Husain Syarafuddin al-Musawi sampai ke Baghdad, dan sampai ke Hauzah (kota ilmu) untuk bertemu dengan yang mulia Imam Ali Kasyif al-Ghita. Sayid Syarafuddin adalah orang yang sangat dihormati dikalangan orang-orang syiah, baik dari kalangan awam maupun orang-orang khusus. Terutama setelah terbitnya kitab-kitab yang dia karang yaitu kitab Muraja’at dan kitab Nash wal Ijtihad.” (lihat hal. 68) # Perlu diketahui bahwa Sayid Syarafuddin al-Musawi datang ke Najaf pada tahun 1355 H (buku al-Muraja’at diterbitkan pertama kali juga tahun 1355 H). Jika kita bandingkan tahun kelahiran Husain al-Musawi dengan kedatangan Sayid syarafuddin al-Musawi maka usianya pada saat itu masih 6 tahun (1349 H – 1355 H = 6 tahun).sementara pada Bab PENDAHULUAN (halaman 2), Husain al-Musawi menyebutkan bahwa ia datang ke Najaf pada usia remaja setelah menyelesaikan pendidikannya di Karbala.Bagaimana mungkin ia ada di Najaf pada saat itu dan menjadi pelajar tingkat tinggi (kelas bahtsul kharij) pada usia 6 tahun…????

Bantahan soal buku Mengapa saya keluar dari syiah bag 1 dari akun Ki Akbar

Buku tulisan Husein al-Musawi al-Kadzab , yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul :Mengapa Saya Keluar Dari Syiah,memang cukup populer dikalangan orang-orang Salafi yang sangat menggemari berita bohong.Buku ini sudah cetak ulang sebanyak empat kali. 
Buku ini ditulis oleh seorang yang mengaku bernama Sayid Husain al-Musawi. Dari namanya, ia mengaku seorang sayid, keturunan Nabi saaw dan mengaku pula telah menjadi mujtahid dengan menyelesaikan pendidikannya di hauzah Najaf Irak katanya dibawah asuhan Sayid  Muhamamad Husain Ali Kasyf al-Ghita (lihat hal.4). Ia mengaku lahir di Karbala dari keluarga syiah yang taat beragama, serta mengawali pendidikannya hingga remaja di kota tempat Imam Husain syahid tersebut (lihat hal. 2). Buku ini terdiri dari 153 halaman yang dimulai dengan kata pengantar oleh Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi yang mengaku pakar aliran syiah. Dengan pengantar tersebut, buku ini semakin kelihatan “prestisiusnya.
Ada sebuah pepatah “Sepandai-pandai tupai melompat, sekali-kali jatuh juga” dan “sepandai-pandai menyembunyikan bangkai akhirnya akan tercium juga”. Pepatah ini kelihatannya sesuai untuk penulis buku ini.Bahkan bukan hanya sekali-kali saja dia jatuh tetapi seringkali dia jatuh pada berbagai kesalahan dalam tulisannya. Kita akan lihat bahwa buku ini tidak lebih merupakan dongeng imajiner seorang penulis untuk menciptakan profokasi kepada umat Islam. 
Buku yang sangat digemari kaum pendusta penggemar berita bohong, atau orang-orang yang mungkin jujur tapi terlsalu bodoh hingga mudah termakan hasudan kaum pendengki.Buku ini tidak menuliskan secara jelas siapa sebenarnya Husain al-Musawi yang mengaku sayid ini. Tidak juga diketahui kapan dia lahir dan darimana silsilah keluarganya, pendidikan dan guru-gurunya baik di Karbala’ maupun di Najaf (Irak). Tradisi mujtahid di dunia syiah adalah banyak menulis , tetapi si mujtahid gadungan yang satu ini bahkan tidak diketahui karya-karya yang ditulisnya selain buku ini. Terlebih setelah kita mendapatkan beberapa kejanggalan yang sangat mencolok dari buku yang ditulisnya ini. Kejanggalan sosok pengarang terlihat saat kita melanjutkan bacaan menelusuri buku ini kata-kata demi kata, paragraf demi paragraf, dan halaman demi halaman. Selanjutnya saya yang bukan ulama ini, akan  akan membongkar sebagian dari kebohongan demi kebohongannya dalam buku tersebut yang katanya ditulis oleh ulama .Selanjutmya untuk mempermudah, tulisan asli Husain al-Musawi saya beri tanda >; sedangkan untuk tanggapan saya gunakan tanda #

Sabtu, 06 Maret 2021

Jaminan Allah atas Al Qur'an


Ada yang namanya ayat Al Qur'an dan ada yang namanya media duplikasi ayat Al Qur'an, misalnya kertas, kulit dan hapalan atau ingatan manusia

Al-Ĥijr:9 - Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar MEMELIHARANYA.

Mana yang Allah jamin terpelihara? Apakah ayat Al Qur'annya atau media duplikasinya?

Tentu ayat Al Qur'annya, sebab jika Allah mau menjaga media duplikasinya maka pasti akan dikira sihir yang nyata

Binatang Ternak (Al-'An`ām):7 - Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".

Karena apa? Karena kertas itu akan ikut terpelihara, abadi, tidak akan bisa hangus dibakar, tidak akan teroksidasi hingga lapuk, tidak akan basah hingga tulisannya pudar karena ketika Allah mengatakan 

"dan sesungguhnya Kami benar-benar MEMELIHARANYA."

Maka benar benar akan terpelihara

Maka ketika Al Qur'an itu turun dengan media duplikasinya seperti kertas maka pasti media tersebut akan benar benar terpelihara dan Dia sendiri yang akan memeliharanya

Tapi karena tidak diturunkan dengan kertas maka itu artinya media duplikasinya tidak dijamin terpelihara

Maka ketika ayat Al Qur'an itu terduplikasi didalam ingatan (hapalan) maka Al Qur'an tersebut bisa hilang dari ingatan, atau lupa

Jika ditulis pada kertas maka bisa lapuk dan dimakan usia, atau terbakar dan musnah

Tapi Al Qur'an harus melalui media, tidak bisa tidak harus dicatat diatas kertas ataupun kulit, tapi kertas atau kulit itu bisa musnah, lapuk dimakan zaman, maka itu artinya ayat Al Qur'an tidak dapat benar benar terpelihara, misalnya tiba tiba semua manusia mati karena wabah, atau perang nuklir lalu manusia semuanya mati, lalu dimana keterpeliharaanya jika kemudian ayat Al Qur'an musnah karena media duplikasinya juga musnah?

Itu artinya agar janji Allah yang menjamin Al Qur'an tetap terpelihara maka harus membutuhkan media yang abadi, atau paling tidak, tidak boleh ikut musnah ketika semua manusia musnah, jika tidak maka ayat diatas tidak terbukti, sebab pada akhirnya Al Qur'an tidak terpelihara karena ikut musnah bersama manusia dan kertas sebagai media duplikatnya

Maka untuk menjamin keterpeliharaanya diatas maka Allah pun memberikan jaminan kebadian kepada media Al Qur'an itu sendiri

Caranya? Coba perhatikan apa yang menyebabkan kertas dan kulit lapuk? Manusia lupa dan mati? Tinta mengering, memudar dan hilang bersama lapuknya kertas?

Waktu

Masa/Waktu (Al-`Aşr):1 - Demi masa.

Masa/Waktu (Al-`Aşr):2 - Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Manusia benar benar dalam kerugian karena waktu

Ya waktu adalah penyebabnya

Maka Allah telah menjamin bahwa ayat Al Qur'an benar benar terpelihara diatas media duplikasinya

Dimana? Di tempat yang waktu tidak bisa membuatnya lapuk karena disana sehari bagaikan 1000 tahun di bumi. Jadi ketika Al Qur'an berada disana maka dia abadi

Sajdah (As-Sajdah):5 - Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu

Al Qur'an baru sekitar 1442 tahun ditrunkan di dunia, dan selama itu pulalah ayat Al Qur'an dan medianya masih utuh seutuhnya seperti sedia kala ketika pertama kali dicatat dimasa nabi oleh 65 juri tulisanya.

Bahkan tintanya masih baru sekali, seakan baru dicatat kemarin

Dimana? Dialam ghaib, 

Dialam sana sehari kadarnya sama dengan 1000 tahun di bumi.

Ketika nabi Muhammad Saw wafat, imam Ali as memindahkan semua dokumen nabi ke alam ghoib sebagai jaminan keterpeliharaanya dari Allah agar tidak lapuk dimakan usia

Lalu bagaimana cara kita membacanya?

Nah minta kepada Para Rasul untuk membacakannya dan kita menuliskan kembali ke media kita masing masing, ini seperti membuka aplikasi media penyimpanan awan (Cloud) zaman sekarang, ketika dibutuhkan maka masuk ke aplikasi media penyimpanan Awan (Cloud) dan tinggal dibaca disana

Sama seperti Al Qur'an, tersimpan di media penyimpanan Cloud (alam ghoib), masuklah kesana dan baca, tapi itu membutuhkan orang yang bisa membaca media dialam ghoib

Siapa dia?

Nah ini disampaikan oleh Al Qur'an didalam surat Al Bayyinah

Pembuktian (Al-Bayyinah):1 - Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

Pembuktian (Al-Bayyinah):2 - (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Imam Ali as) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (di malail 'ala),

Pembuktian (Al-Bayyinah):3 - di dalamnya terdapat Kitab-kitab yang lurus (termasuk Al Qur'an)

Coba perhatikan, orang kafir musyrik dan ahli kitab menolak beriman sebelum datang al Bayyinah (atau bukti yang nyata : mukjizat)
Apa itu Al bayyinat? Dijawab oleh Al Qur'an

"Seorang rasul yang membacakan"
Artinya

Mereka sudah diajak masuk Islam oleh nabi, diajak dengan menyampaikan Al Qur'an tapi mereka menolak masuk Islam kecuali nabi bisa mendatangkan Al Bayynat, yaitu seorang rasul yang membacakan lembaran lembaran yang disucikan dimana? Di malail a'la

فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ بِأَيْدِي سَفَرَةٍ كِرامٍ بَرَرَةٍ

di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. ('Abasa: 13-16)

Di alam malaikat, 

Jadi nabi harus bisa mendatangkan rasul yang bisa membacakan lembaran lembaran yang disucikan di alam malaikat atau alam malail a'la

Jika mampu maka mereka baru bisa beriman dan menerima ajakan nabi Muhammad Saw dan Al Qur'an

Dan ketika rasul itu membacakan lembaran lembaran yang disucikan yang didalamnya terdapat semua kitab kitab yaitu Taurat Zabur Injil dan Al Qur'an barulah mereka tersadar karena selama ini kitab yang mereka pegang tidak sama persis dengan Taurat yang berada di alam malail 'ala, maka mereka berpecah belah

Pembuktian (Al-Bayyinah):4 - Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

Nah siapa rasul yang membacakan lembaran lembaran yang disucikan itu yang didalamnya terdapat semua kitab kitab suci termasuk Al Qur'an? Ya imam Ali as

Jadi ketika nabi menyampaikan Al Qur'an, secara teknisnya, ada tiga duplikasi, pertama dicatat oleh 65 penulis resmi nabi dan disimpan nabi, kedua dicatat oleh para sahabat nabi dan dihafal, ketiga adalah dicatat malaikat dan disimpan di malail a'la sebagai tempat penyimpanan semua kitab kitab terdahulu

Yang dicatat oleh 65 pencatat itu adalah dokumen suci yang oleh imam Ali as dipindahkan ke alam ghoib, dan yang tecatat oleh para sahabat dan ingatan yang kemudian terduplikasi di zaman abu bakar, dan Usman, yang kita kenal sampai sekarang

Maka jika ummat mau memeriksa ingatan hapalan dan catatan catatan mereka, seharusnya mereka datang kepada imam Ali as untuk dibacakan Al Qur'an yang berada di malail a'la atau yang berada di alam ghoib

Tapi mereka tidak lakukan hal itu malah membuat duplikasinya sendiri berdasarkan ingatan dan catatan catatan para sahabat nabi, maka yang hadir saat ini dihadapan kita adalah Al Qur'an yang terduplikasi dari potongan potongan catatan dan ingatan, hasilnya apakah 100% sama dengan al Qur'an yang ada di malail a'la dan yang tercatat secara resmi di zaman nabi oleh 68 pencatat? Hanya imam Ali as dan 11 rasul saksi yang mengetahuinya, karena hanya merekalah yang bisa membaca penyimpanan awan (Cloud) kitab kitab

Pertanyaannya, untuk apa imam Ali as memindahkan catatan Al Qur'an atau dokumen nabi ke alam ghoib? Itu selain awet dan akan ditampilkan imam Mahdi as di akhir zaman, juga sebagai barang bukti kelak di akhirat bahwa nabi telah menyampaikan Al Qur'an kepada ummat yang ditulis sendiri oleh 65 penulis

Gak lucu kan, ketika Musa as dipanggil mempertanggungjawabkan apa yang telah ditugaskan kepadanya dia membawa Taurat asli yang dia terima

Tapi nabi Muhammad malah bawa Al Qur'an yang diduplikasi oleh abu bakar dan Usman ? Makanya pasti nabi akan hadir bersama Al Qur'an yang dicatat oleh 65 pencatat sebagai bukti bahwa dia telah menyampaikan risalah

Lalu siapa saksinya? Imam Ali as sebagai rasul saksinya (Hud 17)