Pernah membaca sebuah kisah drama dalam sebuah buku atau majalah atau mungkin ebook dan semisalnya?
Katakanlah kisah cinta Romi dan Juliet, atau kisah cinta Rama dan Shinta, atau apalah namanya.
Ketika penulis mencoba menggambarkan karakter tokoh Romi dan Juliet atau Rama dan Shinta maka pasti akan berbeda persepsinya dengan yang akan tergambar dibenak pembaca, ini dikenal dengan istilah Hermeneutika
Misalnya penulis menggambarkan tokoh Sinta dengan mata jeli bulu mata lentik dst, tentu ada gambaran Sinta yang dijadikan acuan, yaitu gambaran wanita real atau nyata yang pernah dia lihat atau dia jumpai, bukan sesuatu yang tidak pernah ada. Katakanlah toko Shinta yang dia tuang dalam bukunya adalah wanita yang cantik yang pernah dia sukai bernama Nadia, Artinya orangnya memang ada dan nyata. Namun ketika dibaca oleh si A maka tokoh Shinta pun akan dipersepsikan berbeda pula sesuai apa yang pernah pembaca jumpai dan cintai di dunia nyata, katakanlah dia bernama Leni, sehingga gambaran si A atas tokoh Shinta pada buku itu merupakan wujud Leni gadis idamannya. Disini sudah tercipta dua Shinta yang berbeda. Seperti itulah gambaran penulis kadang dipahami berbeda oleh pembacanya, maka untuk mengetahui siapa Shita yang sebenarnya adalah Shinta yang sesuai karakter yang dimaksudkan oleh penulisnya sendiri yaitu gadis bernama Nadia.
Demikian pula dalam teks agama, tokoh atau kata ganti orang yang tertuang dalam teks agama bisa berbeda pula dengan apa yang dipahami oleh ummatnya apalagi orang diluar ummatnya, bahkan bisa jauh berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh Allah, sehingga bisa menciptakan kesalahan fatal dalam akidah atau keyakinan
Jika dalam karya buku, novel atau majalah, perbedaan gambaran tokoh tidak menjadi masalah malah menjadi seni dalam menjual karya tulisan, tapi akan sangat berbeda jika hal itu terjadi dalam teks teks agama, maka itulah perlu selalu ada rasul atau orang utusan Tuhan di setiap zaman dalam menjaga agar persepsi ummat selalu mendekati atau sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah. Karena itulah perlu adanya rasul rasul penjaga persepsi agar persepsi ummat akan teks teks agama selalu berada pada apa yang dimaksudkan oleh Tuhan, mengapa harus rasul bukan ulama saja? Karena ulama bukan utusan Tuhan, persepsinya atas teks agama pun bisa berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. (Para rasul rasul penolong dalam menjaga persepsi ummat agar selalu mendekati atau sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah inilah yang disebut sebagai Imaman dalam surat Hud 17, waming koblihi kitabu Musa IMAMAN wa rahmatan, dan sebelumnya telah ada kitab Musa, IMAMAN : imam imam, yang berjumlah 12 orang)
Kembali pada kesalahan persepsi atas teks agama, hal inipun terjadi pada surat Hud 17, dimana selama ini ada dua kata ganti dalam surat tersebut yang keliru dipahami ummat, dan itu lumrah disebabkan Hermeneutika tersebut.
Kata ganti tersebut berada pada kalimat "orang yang mempunyai bukti yang nyata" dan "saksi dari Allah"
Karena kesalahan persepsi ini membuat ummat Islam tersesat selama ribuan tahun
Mengabaikan adanya rasul lain yang berada pada sisi nabi Muhammad Saw
Akibatnya? Ya kekufuran
Karena itulah mencari tau makna sebenarnya dari satu teks agama adalah super Fardu, super wajib dari amal apapun, karena satu kesalahan akan membelokkan agama kejalan yang bukan sebenarnya, akibatnya tersesat dari jalan yang lurus
Karena super Fardu maka mengabaikannya adalah super dosa disisi Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar