Ada yang aneh gak ya?
Ketika kita membaca tafsir Ibnu Katsir ayat Hud 17 kita tiba tiba disajikan keadaan orang mukmin dengan fitrahnya?
Padahal dalam ayat Hud 17 disebutkan kata MAN, dalam kalimat afaMan Kana ala bayyinatin Mirobbihi
Apakah orang yang mempunyai bukti yang nyata. Ini kata man tiba tiba ditafsirkan sebagai orang beriman yang mempunyai fitrah
Padahal Man atau orang dalam ayat ini adalah kata ganti atau dhomir, koq bisa kata ganti ini adalah kata ganti orang beriman? Darimana ceritanya?
Bukankah dalam kaidah bahasa, yang namanya kata ganti itu selalu merujuk pada kalimat sebelumnya
Misalnya
Budi pergi ke pasar
Dia membeli ikan dan sayur
Ditemani Iwan naik motor
Kata dia adalah dhomir atau kata ganti pelaku. Nah siapa yang dimaksud dengan "dia" disini? Ya pasti merujuk kepada kalimat sebelumnya, yaitu Budi
Ini logika sederhana sekali yang anak SD saya yakin sudah bisa menebak siapa "dia" dalam kalimat diatas, pasti Budi gak mungkin Iwan bukan?
Nah dalam surat Hud 17 itu ada ayat yang berbunyi
"Apakah sama orang yang mempunyai bukti yang dari Tuhannya dan diikuti pula seorang saksi dari Allah"
Orang yang mempunyai bukti yang nyata harus jelas orangnya agar jelas pula siapa saksi yang mengikutinya bukan?
Lucunya Ibnu Katsir tidak melihat ayat sebelumnnya, dia langsung serta Merta mengartikan orang yang mempunyai bukti yang nyata adalah kaum mukmin yang mempunyai fitrah
Padahal jika mau mengikuti aturan bahasa, yang namanya satu kalimat yang berada ditengah pasti punya ujung pangkal.
Ini ayat 17, itu berarti ada ayat 16, 15, 14, 13 dan 12 sampai ayat pertama
Nah mengapa Ibnu Katsir tidak melihat ayat sebelumnya untuk mengetahui siapa MAN atau orang yang dimaksud dalam Hud 17?
Mengapa saya menyebut dia tidak melihat ayat sebelumnya? Itu karena ayat sebelumnya tidak menyebutkan adanya orang beriman yang dia maksud tersebut. Yang ada hanya orang kafir Quraisy yang didakwahi nabi Muhammad Saw
Lalu dari dasar mana dia bisa mengartikan bahwa orang yang dimaksud dalam kata ganti pelaku itu bukan orang yang disebut dalam kalimat sebelumnya?
Pasti tidak mungkin dia tidak tau akan hal ini, itu artinya ada kesengajaan membelokkan makna ayat Hud 17 ini. Dan tentu ada alasannya, yaitu ingin menyembunyikan bahwa orang yang mempunyai bukti yang nyata adalah nabi Muhammad Saw sebab jika ketahuan siapa orang yang mempunyai bukti yang nyata maka akan ketahuan siapa saksi yang mengikuti nabi
Ini adalah pembelokan agama yang sangat berbahaya. Akibatnya milyaran umat Islam sejak dia menerbitkan kitab ini semua salah memahami ayat Hud 17 yang sebenarnya sangat jelas karena ada ujung pangkalnya.
Tapi mengapa Ibnu Katsir begitu berani sehingga menyebabkan milyaran manusia tersesat?
Ini jelas penyesatan yang terselubung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar