Rabu, 27 November 2019

Kesalahan Persepsi dapat membelokkan agama

Pernah membaca sebuah kisah drama dalam sebuah buku atau majalah atau mungkin ebook dan semisalnya?

Katakanlah kisah cinta Romi dan Juliet, atau kisah cinta Rama dan Shinta, atau apalah namanya. 

Ketika penulis mencoba menggambarkan karakter tokoh Romi dan Juliet atau Rama dan Shinta maka pasti akan berbeda persepsinya dengan yang akan tergambar dibenak pembaca, ini dikenal dengan istilah Hermeneutika

Misalnya penulis menggambarkan tokoh Sinta dengan mata jeli bulu mata lentik dst, tentu ada gambaran Sinta yang dijadikan acuan, yaitu gambaran wanita real atau nyata yang pernah dia lihat atau dia jumpai, bukan sesuatu yang tidak pernah ada. Katakanlah toko Shinta yang dia tuang dalam bukunya adalah wanita yang cantik yang pernah dia sukai bernama Nadia, Artinya orangnya memang ada dan nyata. Namun ketika dibaca oleh si A maka tokoh Shinta pun akan dipersepsikan berbeda pula sesuai apa yang pernah pembaca jumpai dan cintai di dunia nyata, katakanlah dia bernama Leni, sehingga gambaran si A atas tokoh Shinta pada buku itu merupakan wujud Leni gadis idamannya. Disini sudah tercipta dua Shinta yang berbeda. Seperti itulah gambaran penulis kadang dipahami berbeda oleh pembacanya, maka untuk mengetahui siapa Shita yang sebenarnya adalah Shinta yang sesuai karakter yang dimaksudkan oleh penulisnya sendiri yaitu gadis bernama Nadia.

Demikian pula dalam teks agama, tokoh atau kata ganti orang yang tertuang dalam teks agama bisa berbeda pula dengan apa yang dipahami oleh ummatnya apalagi orang diluar ummatnya, bahkan bisa jauh berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh Allah, sehingga bisa menciptakan kesalahan fatal dalam akidah atau keyakinan

Jika dalam karya buku, novel atau majalah, perbedaan gambaran tokoh tidak menjadi masalah malah menjadi seni dalam menjual karya tulisan, tapi akan sangat berbeda jika hal itu terjadi dalam teks teks agama, maka itulah perlu selalu ada rasul atau orang utusan Tuhan di setiap zaman dalam menjaga agar persepsi ummat selalu mendekati atau sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah. Karena itulah perlu adanya rasul rasul penjaga persepsi agar persepsi ummat akan teks teks agama selalu berada pada apa yang dimaksudkan oleh Tuhan, mengapa harus rasul bukan ulama saja? Karena ulama bukan utusan Tuhan, persepsinya atas teks agama pun bisa berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. (Para rasul rasul penolong dalam menjaga persepsi ummat agar selalu mendekati atau sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah inilah yang disebut sebagai Imaman dalam surat Hud 17, waming koblihi kitabu Musa IMAMAN wa rahmatan, dan sebelumnya telah ada kitab Musa, IMAMAN : imam imam, yang berjumlah 12 orang)

Kembali pada kesalahan persepsi atas teks agama, hal inipun terjadi pada surat Hud 17, dimana selama ini ada dua kata ganti dalam surat tersebut yang keliru dipahami ummat, dan itu lumrah disebabkan Hermeneutika tersebut.

Kata ganti tersebut berada pada kalimat "orang yang mempunyai bukti yang nyata" dan "saksi dari Allah"

Karena kesalahan persepsi ini membuat ummat Islam tersesat selama ribuan tahun
Mengabaikan adanya rasul lain yang berada pada sisi nabi Muhammad Saw
Akibatnya? Ya kekufuran

Karena itulah mencari tau makna sebenarnya dari satu teks agama adalah super Fardu, super wajib dari amal apapun, karena satu kesalahan akan membelokkan agama kejalan yang bukan sebenarnya, akibatnya tersesat dari jalan yang lurus

Karena super Fardu maka mengabaikannya adalah super dosa disisi Allah

Senin, 25 November 2019

Ya ayyuhannas



Mengapa pada periode Makkah belum ada satupun ayat yang berbunyi ya ayyuhal ladzina amanu wahai orang-orang yang beriman? Mengapa masih ya ayyuhannas? Wahai manusia? Padahal saat itu sudah ada orang orang yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya?

Pertama
Itu karena Allah belum mengakui keimanan mereka, lah koq ada seperti itu? Ya ada lah, contohnya nih

Jamuan (Al-Mā'idah):41 - Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

Kamar-kamar (Al-Ĥujurāt):14 - Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Itu artinya pada periode Makkah mereka belum diakui keimanannya oleh Allah

Kedua karena ada ayat ini

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Dalam ayat ini akan ditafsirkan salah, seperti tafsiran diatas, salahnya dimana? Pada saat menafsirkan kata 'orang yang mempunyai bukti yang nyata' orang dalam kalimat ini akan diartikan ummat Islam atau kaum mukminin, sehingga seolah olah emang benar, padahal salah, salahnya dimana? Salahnya terlihat ketika kita membaca ayat sebelumnya dari ayat 12, dimana Allah sedang menyampaikan kisah dakwah nabi di Makkah dimana pada saat itu umat Islam belum diakui keimanannya oleh Allah maka tidak mungkin orang yang belum terbukti keimanannya dihadapan Allah bisa mempunyai bukti yang nyata dari Allah, lah yg terbukti beriman saja belum mengapa sudah bisa membuktikan diri sebagai orang yang memiliki bukti dari Allah, apa bukti nya? Sedang dia saja belum terbukti beriman bukan?

Nah makanya mustahil umat Islam yang dimaksud sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata dari Allah dalam ayat Hud 17 karena mereka sendiri masih belum mempunyai bukti sebagai orang beriman, lah bagaimana bisa membuktikan diri sebagai orang beriman jika diakui oleh Allah saja belum?

Makanya kenapa Allah belum mau mengakui mereka sebagai orang beriman pada periode Makkah? Itu karena Ayat Hud 17 akan diselewengkan dari makna sebenarnya maka Allah menahan pengakuan itu demi menolak pengakuan mereka kelak sebagai ummat yang mempunyai bukti yang nyata dalam Hud 17 sebab akan berdampak buruk bagi agama dan ummat itu sendiri, apa dampak buruknya? Ummat kehilangan rasul saksi, yang seharusnya mereka imani, sehingga mereka berada dalam kekafiran yang nyata, akibatnya mereka akan salah menjalankan agama yang seharusnya menjadi Rahmat bagi semesta alam, ini mereka malah jadi musibah bagi semesta alam karena meninggalkan rasul saksi yang harus mereka imani

Untuk itulah mustahil umat Islam sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata dalam surat Hud ayat 17 diatas,  sebab terbukti sebagai orang beriman saja belum, koq sudah berani beraninya mengklaim diri sebagai pemilik bukti yang nyata dari Allah?
Terbukti beriman saja belum loh masa sudah bisa menjadi pemilik bukti yang nyata dari Allah? 😂

Nah lalu siapa orang yang mempunyai bukti yang nyata dalam Hud 17? Ya hanya Nabi Muhammad Saw seorang, sebagaimana yang dinyatakan dalam as saf ayat 6

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Maka itulah tafsiran yang tepat dari Hud 17 adalah seperti ini

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Rasul Saksi; Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa, Imaman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Maka berimanlah saudara ku sebelum terlambat

Syarat saksi dalam Hud 17



Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Rasul saksi: Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa, IMAMAN dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Siapakah rasul saksi yang dimaksud, dalam ayat itu menjelaskan nabi Muhammad Saw berdakwah mengajukan bukti yang nyata kepada kaum kafir Quraisy, lalu diikuti seorang saksi dari Allah dialah Imam Ali as

Mengapa imam Ali as?

Pertama, didalam ayat itu disebutkan bahwa nabi berdakwah kepada kaum kafir Quraisy maka saksi tidak mungkin berasal dari kafir Quraisy sebab jika dia masih kafir saat sebelum Islam maka siapa yang menempati posisi sebagai saksi saat orang itu mulai didakwahi? Sedang ayatnya jelas, saat nabi berdakwah kepada kaum kafir Quraisy maka dia diikuti seorang saksi itu artinya saksi ini bukan dari golongan kaum kafir Quraisy melainkan dia sudah beriman sejak awal mula nabi menerima wahyu dan sudah Islam saat mengikuti nabi berdakwah, jadi dia bukan ada setelah nabi berdakwah padanya, sebab jika dia baru ada setelah didakwahi dari kekafirannya maka posisi saksi jadi kosong saat dia pertama didakwahi

Itu artinya dia sudah beriman sejak awal mula nabi menerima Wahyu, karena itulah gak disebut saksi dari Allah atau utusan Allah yang bertugas jadi saksi

Itu artinya pula selain Imam Ali as maka tidak ada yang bisa mengisi posisi ini sebab mereka semua pernah kafir

Karena itulah tidak ada pilihan lain selain Imam Ali as

Segeralah bertobat dan beriman wahai sodaraku

Minggu, 24 November 2019

Siapakah orang yang mempunyai bukti yang nyata dalam Hud 17

Apakah sama mobil toyota Rush dan mobil Mitsubishi Expander? Tentu tidak sama

Atau apakah sama antara motor Yamaha Fino dan Honda Vario? Tentu tidak sama

Itu artinya untuk membandingkan sesuatu maka musti harus wujud dahulu apa yang mau diperbandingkan, tidak mungkin wujudnya saja belum ada lantas mau dibanding bandingkan bukan?

Atau misalnya seperti ini, Motor Honda Vario baru dalam rancangan, baru dalam bentuk rangka, mesinnya belum jadi, itu artinya belum dirakit menjadi sebuah motor Honda Vario, nah bagaimana mungkin motor yang belum wujud menjadi sebuah motor hendak diperbandingkan dengan motor yang jelas jelas sudah mengaspal di jalan raya? Tentu tidak mungkin kecuali orang itu gila. Misalnya dengan mengatakan, apakah sama motor Honda Vario dengan Yamaha Fino? 

Lantas orang bertanya, motor Honda Vario yang seperti apa mas bro? Ow belum jadi motor nya baru dirakit

Lalu orang akan berkata, lah motornya belum wujud nyata koq sudah dibanding bandingkan dengan yang sudah jelas jelas ada? Lucu sekali

Nah dalam ayat Hud 17 Semua ulama mengatakan bahwa ayat itu adalah ayat yang membandingkan antara kaum mukminin yang mempunyai bukti yang nyata dan kaum kafir yang tidak mempunyai bukti yang nyata.

Padahal fakta ayatnya yang dimulai dari Hud 12 tidak pernah Allah menyinggung soal kaum mukminin, sebab memang pada masa periode Makkah Allah tidak pernah menganggap ada kaum mukminin, sebab itulah tidak pernah ada ayat pada periode Makkah yang memakai kata ya ayyuhal ladzina amanu atau wahai orang orang yang beriman melainkan baru berbunyi ya ayyuhannas, wahai manusia. Itu artinya jikapun telah ada orang uang yang masuk Islam belum dianggap beriman oleh Allah, ibarat motor Vario diatas baru jadi rangka motornya, mesin baru tahap pembuatan dipabrik mesin.

Nah surat Hud 17 itu adalah sambungan dari ayat Hud 12 s/d 16 Dimana situasinya pada masa periode Makkah, awal awal dakwah nabi di Makkah dengan membawa bukti yang nyata (Al Qur'an) kepada kaum kafir Quraisy. Itu artinya wujud kaum mukmin belum ada, sekalipun mungkin sudah ada lima atau enam orang yang telah masuk Islam tapi semuanya belum dianggap sebagai orang beriman oleh Allah dengan dibuktikan tidak pernah ada ayat yang turun menyebut mereka sebagai orang yang beriman

Sedangkan Hud 17 adalah ayat yang membandingkan sesuatu yang sudah ada.

Nah bagaimana mungkin para mufassir memasukkan kaum mukminin sebagai arti dari kata ganti orang dalam mengartikan ayat Hud 17 padahal adanya mereka saja belum diakui ada oleh Allah?

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang (kaum mukmin???) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Ini artinya sama saja dengan membandingkan motor Vario belum jadi dengan motor yang sudah jadi tapi selalu ugal ugalan di jalan, ya sangat tidak masuk akal

Maka sangat tidak mungkin Allah melakukan kebodohan seperti itu. Itu artinya tidak mungkin yang dimaksud dalam Hud 17 adalah perbandingan antara kaum mukminin dengan kaum kafir Quraisy, sebab kaum mukmin belum eksis atau belum ada, melainkan baru Islam, sedang Islam saja belum tentu beriman, dan Allah itu Maha sempurna tidak mungkin membandingkan sesuatu yang belum sempurna dengan sesuatu yang telah sempurna, yaitu kaum kafir Quraisy yang telah sempurna kekafirannya dihadapan Allah. Artinya tidak akan disebut kafir seseorang dihadapan Allah jika kekafirannya belum seutuhnya kafir.

Nah itu artinya sesuatu yang belum ada tidak mungkin dijadikan bahan pertimbangan.

Maka harus sesuatu yang wujud dahulu barulah bisa diperbanding bandingkan

Lalu apa yang sudah wujud? Rasul dan kaum kafir ditambah saksi, hanya ketiga objek inilah yang wujud ketika masa periode awal Makkah, maka hanya ketiga objek inilah yang bisa diperbandingkan, sedang yang masih dalam proses pabrikasi atau proses perakitan tidak mungkin masuk dalam perbandingan.

Umat Islam yang telah masuk Islam pada awal periode ini masuk dalam kategori produk yang baru dirakit, belum eksis secara sempurna, Maka mustahil Allah jadikan bahan perbandingan

Maka tafsiran yang benar dalam ayat Hud 17 adalah seharusnya seperti ini

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Rasul saksi) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Ada tiga objek, yang dijadikan bahan pertimbangan, pertama Nabi Muhammad Saw kedua orang kafir Quraisy dan ketiga saksi yang mengikuti.

Itu artinya saksi disini pasti saksi yang sempurna juga, karena telah masuk dalam perbandingan diatas,. artinya saksi ini sudah ada dan beriman dengan sempurna. Nah siapa dia?

Dalam sejarah siapakah laki laki yang pertama tama beriman pada nabi Muhammad Saw dan selalu mengikutinya? Ya imam Ali as

Maka dialah rasul saksi dalam Hud 17, tidak mungkin yang lain karena yang lain baru beralih dari kekafiran menuju iman, dan baru tahap pengerjaan

Itu artinya imam Ali as telah sempurna keimanannya, tidak mungkin manusia biasa yang baru belajar Islam dan iman, harus manusia yang telah sempurna iman dan Islamnya maka tidak bisa manusia biasa karena manusia biasa baru ditempah atau baru mau dirakit. Karena itulah dia musti utusan Allah maka itulah ayatnya berbunyi syahidun minHu atau saksi dari Allah, yaitu utusan Allah

Maka utusan Allah dalam ayat ini ada dua orang, satu pembawa bukti dan satu adalah saksinya

Lalu soal bukti yang nyata itu sendiri

Bukti yang nyata adalah tentu bukti yang sempurna, sebab tidak mungkin akan menjadi Bukti yang nyata jika tidak sempurna. Maka jika diibaratkan mesin maka ini adalah mesin yang sempurna, maka tidak mungkin akan dipasangkan diatas rangka bodi motor atau mobil yang tidak sempurna. Karena itulah tidak mungkin orang yang mempunyai bukti yang nyata adalah orang yang tidak sempurna melainkan wajib manusia sempurna karena itulah orang yang mempunyai bukti yang nyata dalam Hud 17 wajib seorang yang sempurna atau Rasulullah Saw

Kamis, 21 November 2019

5 orang musuh utama islam

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Tabut drpd api mengandungi dua belas lelaki. Enam terdiri daripada org yg terdahulu dn enam lagi terdiri daripada orang yang terkemudian berada di Neraka Jahannam, peringkat terbawah, di dalam Tabut (peti besi) yang bertutup di atasnya dengan batu besar. Apabila Allah ingin memanaskan Neraka Jahannam, Dia akan membuka batu besar tersebut daripada Tabut. Lantas Neraka Jahanam menjadi lebih panas lagi”.
        bersabda Rasulullah Saw. dn kalian menjadi saksi tentang enam org yang terdahulu adalah anak lelaki Adam yg telah membunuh saudaranya, ketua segala Fir‘aun yg telah berhujah dgn nabi Ibrahim tentang Tuhannya, dua lelaki drpd Bani Isra’il yg telah mengubah Kitab dn Sunnah mereka. Salah seorang drpd mereka mengyahudikan Yahudi, sementara seorang lagi menasranikan Nasrani, pembunuh unta betina (al-Naqah) dan pembunuh Nabi Yahya bin Zakaria.
       Adapun org yg terkemudian adalah Dajjal dn lima org yg membuat perjanjian di hadapan Ka‘bah *(Ashab al-Sahifah)* bagi menentang khalifah Allah yg sah.  mereka melahirkan penentangan ke atas khalifah Allah selepasku.

Rabu, 20 November 2019

Mengapa saya Syiah?



Itu karena saya gak mau sudah sholat siang malam seumur hidup, ruku' sujud tiap hari tapi ujung ujungnya neraka. Lah koq bisa? Ya bisalah dan itu pasti, soalnya sepanjang sejarah umat Islam, kita telah tertipu. 

Barang-barang yang berguna (Al-Mā`ūn):4 - Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

Selama ini yang kita ketahui rasul dalam Islam itu hanya ada seorang rasul saja yaitu Nabi Muhammad Saw, padahal ternyata ada dua rasul yang diutus Allah dalam membawakan agama Islam ke Jazirah Arab, sama kayak ketika Musa as diutus tidak sendirian melainkan bersama Harun as. Demikian pula Nabi Muhammad Saw tidak diutus sendirian melainkan bersama Imam Ali as 

What?!!! Apa?! Waduh sesat ini! SESATTT! 
KAFIRRR INI! gitu kan tanggapan kalian? Ya iyalah karena selama ini kita telah diajarkan pemahaman yang salah. Salahnya dimana? 

Salahnya ada pada dua ayat ini

Pertama pada ayat ini

Golongan-Golongan yang bersekutu (Al-'Aĥzāb):40 - Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Sehingga kita langsung menetapkan bahwa tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad Saw sehingga mustahil ada nabi setelah nabi Muhammad Saw, ingat dan catat, SETELAH ya, ayat menyatakan setelah, bukan yang lain.

Maka bagaimana jika rasul itu bukan ada setelah Nabi Muhammad Saw melainkan beserta Nabi Muhammad Saw, diutus bersama nabi bukan setelahnya, ini jelas tidak melanggar ayat diatas kerena tidak datang setelah nabi melainkan beserta Nabi Muhammad Saw.

Kesalahan kedua pada ayat ini

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Pada ayat ini Nabi Muhammad Saw ditempatkan pada posisi saksi. Ayat ini berbicara dengan kata ganti orang, tidak secara langsung menyebutkan nama,. Sehingga bisa diartikan siapa saja, resikonya bisa salah dalam mengartikan kata ganti tersebut

Kata ganti yang dimaksud itu adalah, pertama
"Orang yang mempunyai bukti yang nyata" ini siapa orangnya? Harus jelas dan diketahui siapa dia
Kedua adalah "saksi dari Allah" saksi disini tidak jelas siapa dia, yang ielas hanya satu, dia adalah utusan Allah yang diutus tuk menjadi saksi, lalu dia siapa? 

Karena merujuk pada ayat al Ahsab ayat 40 diatas bahwa tidak ada lagi nabi yang lain selain nabi Muhammad Saw maka ummat sepakat menempatkan Nabi Muhammad Saw di posisi saksi dalam ayat diatas

Nah karena Nabi Muhammad Saw sudah ditempatkan pada posisi saksi maka tinggal satu posisi yang belum terisi yaitu siapa orang yang mempunyai bukti yang nyata tersebut.

Maka karena tidak memakai akal yang jernih dan analisa yang super cerdas, maka dengan ceroboh dan semena mena menempatkan ummat sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata, sekalipun melawan surat as saf ayat 6  dan melawan rentetan ayat diatasnya sendiri yaitu ayat Hud 12 s/d Ayat 16

Mari kita lihat ayat 12 s/d ayat 16

Nabi Hud:12 - Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.

Nabi Hud:13 - Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Nabi Hud:14 - Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?

Nabi Hud:15 - Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

Nabi Hud:16 - Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam rentetan ayat ini terlihat jelas bahwa Allah SWT sedang mengisahkan kisah awal dakwah  Nabi Saw di Makkah, dimana Makkah masih diselimuti orang orang kafir Quraisy dan tidak pernah selama masa dakwah Makkah  turun ayat yang berbunyi ya ayyuhal ladzina amanu melainkan baru berbunyi ya ayyuhannas, wahai manusia. Dan dalam rentetan ayat tersebut tidak menyebutkan adanya orang orang beriman melainkan mereka masih dalam keadaan kafir dan membantah nabi dengan mengatakan bukti yang nyata yaitu Al Qur'an yang dibawakan oleh nabi semata mata adalah buatan nabi sendiri

Itu artinya belum ada orang orang beriman, ini artinya kisah ini baru awal awal yang paling awal dari dakwah nabi

Sampai masuk pada ayat Hud 17 masih sama, orang kafir Quraisy juga belum beriman bahkan mereka masih kafir beserta sekutu sekutunya, hal ini bisa dilihat dari penggalan ayat Hud 17

Nabi Hud:17 -  Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Nah jika mereka masih kafir lalu orang beriman yang dimasukkan dalam penggalan ayat diatasnya datangnya darimana?

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang (KAUM MUKMIN) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. 

Apakah kaum mukmin yang dimaksud adalah kaum mukmin non Arab? Ini tidak mungkin, lalu siapa? Sedang orang kafir Quraisy menurut ayat yang sama masih kafir. 

Itu artinya ada kesalahan fatal dalam menafsirkan ayat ini sehingga menghilangkan satu rasul yang seharusnya ada, yaitu rasul saksi.

Mari kita coba benarkan kesalahan itu.

Karena dari ayat Hud 12 s/d 16 hanya ada nabi dan kaum Quraisy yang kafir maka orang yang dimaksud sebagai "orang yang mempunyai bukti yang nyata" itu tidak mungkin ada yang lain selain Nabi Muhammad Saw karena memang hanya dialah yang membawa Al Qur'an sebagai bukti yang nyata dari Allah kepada kaum Quraisy, apalagi namanya dengan jelas disebut dalam as saf ayat 6

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Sehingga kita harus membenahi kesalahan penafsiran atas Hud 17 tersebut, dengan menempatkan Nabi Muhammad Saw pada posisi sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata, dan kita hapus kalimat yang ada tanda kurungnya karena itu juga adalah satu kesalahan yang lain

Mari kita sama sama letakkan, semoga memberikan informasi yang semakin menarik dan jelas


Nabi Hud:17 - Apakah orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Nah karena Nabi telah ditempatkan pada posisi yang benar maka posisinya yang semula salah yaitu sebagai saksi menjadi kosong padahal saksi tersebut juga adalah seorang rasul, Maka itu artinya ada dua rasul yang diutus kepada kaum Quraisy, ini bisa dilihat dalam perkataan kaum Quraisy itu sendiri dengan mengatakan mengapa tidak datang bersamanya seorang malaikat? Itu artinya nabi Muhammad Saw datang bersama seseorang tapi bukan malaikat

Nabi Hud:12 - Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia SEORANG MALAIKAT?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.

Nah orang inilah yang sebagai saksi dari Allah tetapi dia bukan malaikat, sehingga kaum Quraisy menertawakan Nabi Muhammad Saw yang bukannya datang bersama malaikat tapi justru datang bersama ponakannya sendiri, siapa lagi jika bukan Imam Ali as?

Wajar ditertawakan karena nabi Muhammad Saw mengklaim diri sebagai utusan Allah tapi koq datang bukan bersama malaikat tapi hanya datang bersama ponakannya sendiri? 

Inilah makna ayat Hud 12 diatas, yang artinya saksi yang dimaksud dalam Hud 17 adalah Imam Ali as

Wayatluhu syahidun minHu, dan dia diikuti pula oleh seorang saksi dari Allah, ya imam Ali as adalah saksi dari Allah

Nah saksi saksi ini selalu ada dalam setiap kenabian makanya Allah menyatakan sama seperti ketika Musa diutus

Waming koblihi kitabu Musa, IMAMAN warahmatan

Nabi Hud:17 - dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab MUSA, IMAMAN dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Nah Nabi Musa as dan Nabi Muhammad Saw sebagai pemilik bukti yang nyata dan Nabi Harun as dan imam Ali as adalah saksi dari Allah

Nah saksi saksi ini yang akan dipanggil untuk memberikan kesaksian dalam persidangan kelak diakhirat

Nabi Hud:18 - Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para SAKSI akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Sehingga jika kita rangkai semuanya maka akan menjadi demikian

Nabi Hud:17 - Apakah orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Imam Ali as) dari Allah (sama seperti orang yang tidak mempunyai bukti yang nyata dan tidak pula diikuti oleh seorang saksi dari Allah?, Maka tidak sama) 
dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa, IMAMAN dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Itu artinya Imam Ali as adalah seorang rasul juga yang ditugaskan sebagai saksi yang mengikuti Nabi Muhammad Saw

Jika kita menolaknya maka konsekuensinya adalah kafir

Nah karena tidak mau kafir itulah maka saya menjadi Syiah Ali as atau pendukung  atau  pengikut Imam Ali as, menjadi pengikut Imam Ali as jelas juga pengikut Nabi Muhammad Saw.

Sudah jelas bukan mengapa saya Syiah? 

Itu karena selain Syiah bisa dipastikan dia telah kafir, mengkufuri adanya rasul saksi dalam Hud 17, maka semua amal ibadah menjadi sia sia semata

Senin, 18 November 2019

MENCARI SAHABAT MENURUT IMAM ALI AS


            

"Hati bertemu dengan hati, semua mencari sumber kecocokan. Siapa saja yang hendak mencari sahabat tanpa kesalahan, niscaya ia akan hidup sebatang kara. Dan barang siapa yang ingin mencari pendamping hidup sempurna tanpa kekurangan, niscaya ia akan hidup membujang. Dan barang siapa yang berusaha mencari saudara tanpa problema, niscaya ia akan hidup dalam pencarian yang tiada akhirnya. Barang siapa yang hendak mencari kerabat yg ideal dan sempurna, niscaya ia akan lalui seluruh hidupnya dalam permusuhan."

"Maka, bersabarlah menanggung perihnya kesalahan orang lain, agar kita dapat mengembalikan keseimbangan dalam hidup ini. Camkanlah... Jika engkau ingin hidup bahagia, jangan menafsirkan segala sesuatu, jangan pula terlalu kritis pada segala hal, serta jangan terlalu jeli meneliti segala sesuatu. Sebab jika seseorang jeli meneliti asal usul berlian, ia akan mendapati ternyata berlian itu bermula dari bongkahan batu hitam!"

* Sayyidina Imam Ali bin Abi Thalib as karamallahu wajhah*

Minggu, 17 November 2019

Ummat islam itu mustahil mempunyai bukti yang nyata.



Dalam Hud 17, yang menjadi kesalahan fatal dalam memahami ayat itu terletak pada kalimat

Afaman Kana ala bayyinatin, apakah sama orang yang mempunyai bukti yang nyata

Wayatluhu syahidun minHu, dan dia diikuti pula oleh seorang saksi dari Allah (rasul saksi)

Dalam mengartikan orang yang mempunyai bukti yang nyata, para mufassir mengartikan bahwa orang tersebut adalah ummat Islam, dan saksi yang dimaksudkan adalah Nabi Muhammad Saw

Sehingga didapatkan terjemahannya sebagai berikut

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Ini adalah kesalahan fatal, sebab selain bertentangan dengan as saf ayat 6 yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai bukti yang nyata itu adalah nabi Muhammad Saw juga  karena di akhir ayat ada perkataan, " Dan barangsiapa diantara mereka (orang orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang KAFIR kepada Al Qur'an maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. Artinya bagi siapa yang kafir kepada Al Qur'an atau yang menolak Al Qur'an maka tempatnya di neraka, itu artinya pula barang siapa yang menolak isi Hud 17 dan apa yang dijelaskan didalamnya maka ia sama saja kafir kepada Al Qur'an, karena Hud 17 dan apa apa yang dijelaskan didalamnya juga adalah bagian dari Al Qur'an.

Lalu apa yang ada didalam Hud 17 itu? Yaitu satu keterangan bahwa ada orang yang mempunyai bukti yang nyata dan dia diikuti pula oleh seorang saksi dari Allah atau rasul saksi, barang siapa yang menolaknya maka sama saja menolak Al Qur'an atau kafir terhadap Al Qur'an dan neraka tempat kembalinya

Lalu siapa orang yang mempunyai bukti yang nyata itu yang tidak boleh ditolak keberadaannya karena sama saja menolak isi Hud 17 dan itu artinya sama saja telah menolak Al Qur'an? 

Jika orang yang dimaksud sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata itu adalah ummat Islam atau orang Islam, maka haram bagi siapa pun menolaknya kecuali dia pasti akan dianggap menolak keterangan Hud 17 dan itu artinya sama saja telah menolak Al Qur'an, maka tempat kembalinya adalah neraka

Maka ini mustahil karena akan sangat berbahaya bagi keselamatan manusia, sebab hukumnya menjadi wajib bagi siapapun harus mengakui orang islam sebagai pemilik bukti yang nyata, itu artinya pasti dia dalam kebenaran tidak mungkin dalam kesesatan. Sebab orang sesat pasti tidak memiliki bukti yang nyata dari Allah. Maka orang itu jika menyeru harus didengar jika tidak maka sama saja telah menolaknya dan sama saja telah menolak isi Al Qur'an

Dan jika orang itu mengajak pada satu jalan harus didengarkan dan diikuti karena jika tidak maka sama saja telah menolak isi Al Qur'an

Kemudian jika orang itu mengatur, membimbing maka harus ditaati jika tidak maka itu sama saja telah menolak isi Al Qur'an

Maka bagaimana jika orang itu ternyata kafir, dzalim, aniaya? Hanya karena dia orang yang sudah mengaku Islam lantas wajib diikuti? Maka ini adalah kesalahan yang sangat fatal

Maka mustahil diikuti, ditaati, dan dipatuhi kecuali dia adalah orang yang maksum, suci dari semua kemungkinan kesalahan, kedzaliman dan aniaya. Maka mustahil dia munusia biasa melainkan pasti orang itu adalah Rasul. 

Nah inilah yang dimaksud dalam as saf ayat 6 bahwa orang yang mempunyai bukti yang nyata itu adalah Nabi Muhammad Saw, bukan ummat Islam secara umum!

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Lalu siapakah rasul saksi yang mengikutinya? Ya tiada lain adalah Imam Ali as karena tidak mungkin Jibril as sebab ada satu konsekuensi, yaitu dia harus pengikut, sebab ada kata "dan diikuti" seorang saksi dari Allah

Dan diikuti artinya dia adalah pengikut Nabi Muhammad Saw, ya siapa lagi selain Imam Ali as yang sejak kecil dan paling pertama menjadi pengikut Nabi Muhammad Saw?

Menolaknya sama saja itu artinya telah KAFIR kepada isi Al Qur'an dan nerakalah tempat kembalinya. Sudah siapkah anda? Maka Islam hakiki itu adalah Islam yang mengakui nabi Muhammad Saw sebagai pemilik atau yang. Mempunyai bukti yang nyata dan Imam Ali as sebagai rasul saksi yang mengikutinya, selainnya adalah kafir terhadap Al Qur'an.

Sabtu, 16 November 2019

Ummat Islam mustahil sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata

Banyak yang berkata, "jangan seenaknya kafir kafirin orang dong", lah gimana kalo emang seperti itu bunyi ayatnya, coba perhatikan yang saya beri tanda huruf kapital

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Imam Ali as) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa, imaman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang KAFIR kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan MANUSIA TIDAK BERIMAN.

TIDAK BERIMAN ya artinya Kafir, karena yang disebut "tidak beriman" sudah Allah sebutkan salah satu contohnya yaitu "Dan barangsiapa diantara mereka (orang orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang KAFIR kepada Al Qur'an"

Sebutan tidak beriman mengacu pada orang yang kafir pada Al Qur'an. Jadi ayat ini jelas menyatakan yang menolak Al Qur'an atau tidak beriman padanya adalah KAFIR, tidak ada cerita lain selainnya. 

Nah itu artinya seseorang termasuk kafir jika menolak realita atau kenyataan Hud 17 itu sendiri karena ayat Hud 17 merupakan bagian dari Al Qur'an itu sendiri. Itu artinya juga termasuk kafir pula bagi mereka yang menolak hal hal yang disampaikan atau dibicarakan didalam Hud 17 itu sendiri.

Apa yang dibicarakan dalam Hud 17?  Yaitu bahwa ada orang yang mempunyai bukti yang nyata dan orang itu diikuti pula seorang saksi dari Allah atau saksi utusan Allah (Rasul), menolak hal ini adalah kafir karena sama saja menolak Hud 17 dan sama saja menolak Al Qur'an, maka dia adalah orang yang tidak beriman.

Itu artinya jika orang yang dimaksud sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata adalah ummat Islam, maka menolaknya adalah kafir, artinya menolak ummat islam sebagai pemilik bukti yang nyata akan disebut kafir, karena dialah yang dimaksud sebagai orang yang mempunyai bukti yang nyata dan menolak kenyataan ini adalah kafir, karena hukumnya menolak pernyataan Allah dalam Al Qur'an adalah? Ya kafir.

Itu konsekuensinya. Maka jika ada orang Islam yang sudah mempunyai bukti yang nyata datang kepada seseorang yang lain kemudian dia ditolak maka hukumnya kafir. Ini konsekuensinya karena dia sudah mempunyai bukti yang nyata maka, menolaknya sama saja menolak penyataan Allah.

Itu artinya jika umat Islam datang kepada manusia yang lain lalu dia berkata, "apakah kamu belum membaca Hud 17 bahwa kamilah yang mempunyai bukti yang nyata, maka terimalah kami, ikuti kemaun kami, taat dan patuh, jika tidak maka kamu telah kafir karena menolak realita bahwa kami memiliki bukti yang nyata dan ini sudah diumumkan Allah swt. 

Bagaimana jika orang itu ternyata dzalim, aniaya, pendusta lagi khianat apakah tetap harus diikuti dan ditaati hanya karena dia mempunyai bukti yang nyata, dan jika ditolak maka sama saja menolak klaim Tuhan dan akibatnya bisa kafir?

Tentu tidak mungkin, karena itu orang yang dimaksud dalam Hud 17 sebagai orang yang mempunyai bukti tentulah harus para nabi, sebab dia tidak mungkin dzalim kepada manusia.

Kamis, 14 November 2019

istri nabi (15 November 2018)

Istri nabi Nuh dan Luth di neraka, apakah para nabi itu salah memilih istri?

lihat istri itu dari konteks al qur'an, hunna libasu lakum, wa antum liasu lahuna, kamu pakaian bagi mereka (istri) dan mereka adalah pakaian bagi kalian, al baqarah 187

Maka sebagai pakaian, ada kalanya kita harus memakai pakaian yang bisa diterima ditempat dimana kita berada, sekalipun pakaian itu tidak sesuai dengan standar ideal kita sendiri, hal itu bisa dilakukan sebagai suatu siasat dalam membangun ikatan sosial dan politik. Maka demikian lah para nabi menikahi wanita wanita yang sebenarnya mereka tau kekafiran mereka, tapi itu harus dilakukan agar bisa diterima dalam komunitas dimana mereka berdakwa

Demikian pula istri istri nabi Muhammad saw yang bernama Aisyah dan Hafsah dianggap sesat oleh syiah 12 rasul saksi, setelah wafatnya nabi, karena menolak mengakui hak dan kedaulatan Allah yang harusnya hanya berada dipundak para rasul salah satunya Imam Ali as

Apakah Nabi Salah memilih istri istri? Tidak, melainkan nabi sudah tau akan kelakuan mereka kelak, dan nabi menikahi mereka demi tujuan ikatan sosial dan politik terhadap kaum Quraiz karena keduanya adalah putri dari dua tokoh kaum quraiz yang disegani

Jadi istri kafir bagi seorang nabi tidak menjadi aib bagi mereka, karena tugas mereka ya membentuk sosial dan politik islam, dan istri adalah salah satu jalan dalam menempuh semua jalan demi tercapainya tujuan

Selasa, 12 November 2019

Menyembunyikan kesaksian dari Allah

Ribut soal cadar dan celana cingkrang, alasannya karena Sunnah. 

Itu soal ibadah atau Amaliah namanya

Dan yang namanya Amaliah ibadah setinggi apapun dan sedalam apapun tetap tertolak selama dirimu masih kafir. 

Ya saya tegas dan gak nutup nutupin, karena haram menutup nutupi kebenaran jika mengetahuinya

Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَاۤ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَا لْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّا سِ فِى الْكِتٰبِ ۙ اُولٰٓئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَ ۙ 
innallaziina yaktumuuna maaa anzalnaa minal-bayyinaati wal-hudaa mim ba'di maa bayyannaahu lin-naasi fil-kitaabi ulaaa`ika yal'anuhumullohu wa yal'anuhumul-laa'inuun

"Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur'an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 159)

Makanya dengan jelas dan terang saya katakan kalian masih KAFIR saudara saudariku jika masih tidak mau menerima kenyataan bahwa Imam Ali as adalah rasul saksi yang diturunkan tuk mengikuti nabi Muhammad Saw, atau disebut juga syahidatan minallah, kesaksian dari Allah

Allah SWT berfirman:

اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَا لْاَ سْبَا طَ كَا نُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْـتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَا دَةً عِنْدَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَا فِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
am taquuluuna inna ibroohiima wa ismaa'iila wa is-haaqo wa ya'quuba wal-asbaatho kaanuu huudan au nashooroo, qul a antum a'lamu amillaah, wa man azhlamu mim mang katama syahaadatan 'indahuu minalloh, wa mallohu bighoofilin 'ammaa ta'maluun

"Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, Kamukah yang lebih tahu atau Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan KESAKSIAN dari Allah yang ada padanya? Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 140)

Kesaksian dari Allah adalah orang yang ditugaskan menjadi saksi dari Allah yang diturunkan bersama para Nabi syariat atau Rasul pembawa syariat

Allah SWT berfirman:

اَفَمَنْ كَا نَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰۤى اِمَا مًا وَّرَحْمَةً ۗ اُولٰٓئِكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَ حْزَا بِ فَا لنَّا رُ مَوْعِدُهٗ ۚ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يُؤْمِنُوْنَ
a fa mang kaana 'alaa bayyinatim mir robbihii wa yatluuhu syaahidum min-hu wa ming qoblihii kitaabu muusaaa imaamaw wa rohmah, ulaaa`ika yu`minuuna bih, wa may yakfur bihii minal-ahzaabi fan-naaru mau'iduhuu fa laa taku fii miryatim min-hu innahul-haqqu mir robbika wa laakinna aksaron-naasi laa yu`minuun

"Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang (Rasulullah Saw) yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya (Imam Ali as) dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa IMAMAN dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). Barang siapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok (orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman."
(QS. Hud 11: Ayat 17)

Sanggahan:
Alah mas bro, itu kan sudah dijelaskan bahwa nabi juga bisa jadi saksi misalnya pada ayat ini

Allah SWT berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّا سِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَاۤ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۗ وَاِ نْ كَا نَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَا نَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِا لنَّا سِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
wa kazaalika ja'alnaakum ummataw wasathol litakuunuu syuhadaaa`a 'alan-naasi wa yakuunar-rosuulu 'alaikum syahiidaa, wa maa ja'alnal-qiblatallatii kunta 'alaihaaa illaa lina'lama may yattabi'ur-rosuula mim may yangqolibu 'alaa 'aqibaiih, wa ing kaanat lakabiirotan illaa 'alallaziina hadalloh, wa maa kaanallohu liyudhii'a iimaanakum, innalloha bin-naasi laro`uufur rohiim

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 143)

Jawaban: 
Iya Nabi Muhammad Saw pun bisa jadi saksi tapi bukan dalam konteks bukti yang nyata, karena dalam konteks bukti yang nyata telah final dan jelas, hanya Nabi Muhammad Saw lah yang berperan sebagai pembawa bukti yang nyata (As saf 6)

Allah SWT berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰٮةِ وَمُبَشِّرًا بِۢرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗۤ اَحْمَدُ ۗ فَلَمَّا جَآءَهُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ قَا لُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
wa iz qoola 'iisabnu maryama yaa baniii isrooo`iila innii rosuulullohi ilaikum mushoddiqol limaa baina yadayya minat-taurooti wa mubasysyirom birosuuliy ya`tii mim ba'dismuhuuu ahmad, fa lammaa jaaa`ahum bil-bayyinaati qooluu haazaa sihrum mubiin

"Dan (ingatlah) ketika 'Isa putra Maryam berkata, Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata."
(QS. As-Saff 61: Ayat 6)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Sedang Nabi Muhammad Saw menjadi saksi itu dalam konteks yang berbeda yaitu dalam konteks perbuatan manusia bukan dalam konteks bukti yang nyata, sebab beliau dalam konteks bukti yang nyata itu berperan sebagai pembawa, bukan saksi, sedangkan saksi dalam konteks bukti yang nyata pada ayat Hud 17 adalah juga sebagai pengikut, atau ummat ini ditunjukkan dengan kalimat 'dan diikuti' pula seorang saksi dari Allah, jadi rasul saksi adalah makmum, pengikut Rasul Pembawa bukti, jadi tidak mungkin Nabi Muhamad Saw maupun Jibril as karena keduanya bukan makmum atau ummat

Jadi saudara saudari ku, kalian masih kafir, jadi tegakkan dulu keimanan mu barulah beralih kepada bab Amaliah ibadah, jika tidak maka sampai kapanpun dan sampai di manapun, kalian masih tetap kafir

Sabtu, 09 November 2019

Bab Adab


Imam Ali as berkata "Adab merupakan kesempurnaan seseorang" (Ghurar al Hikam, hadis 998)

Diriwayatkan dari Imam Ali as, "Wahai mukmin, sesungguhnya ilmu dan adab merupakan nilai dirimu. Oleh karenanya, hendaknya engkau bersungguh sungguh mempelajari keduanya. Apapun yang menambah ilmu dan adabmu, ia akan menambah pula harga dirimu" (Misykat al-Anwar, hadis 135)

Rasulullah saw bersabda, "Adab yang baik merupakan hiasan Akal" (Bihar al-Anwar,Jilid 77, hal.131, hadis 41)

Imam Ali as berkata, "Segala sesuatu membutuhkan akal, sedangkan akal membutuhkan adab" (Ghurar al-Hikam, hadis 6911)

Diriwayatkan dari Imam Ali as, "Duduklah bersama ulama, niscaya ilmumu bertambah, adabmu menjadi lebih baik, dan jiwamu mejadi suci" (Ghurar al-Hikam, hadis 4786)

Imam Shadiq as berkata,"Ayahku mendidikku dengan tiga hal, yaitu dia mengatakan kepadaku, "Hai anakku, barangsiapa berteman dengan teman yang buruk, niscaya dia tidak selamat, barangsiapa tidak mengendalikan perkataannya, niscaya dia akan menyesal, dan barangsiapa memasuki tempat tempat yang buruk niscaya dia akan dituduh" (Tuhaf al-'Uqul, hadis 376)

Mereka yang mengaku pecinta ahlulbait nabi tp tidak memiliki adab yang baik dalam bertutur kata, bersikap dan berbuat maka boleh jadi dia bukan jadi hiasan bagi ahlulbait melainkan menjadi aib bagi ahlulbait itu sendiri. 

Ini cambuk bagi diri sendiri :'(

Rabu, 06 November 2019

Pengukur Keislaman dan Keimanan


Islam dibentuk dengan satu dasar utama yaitu Al-Qur'an, selebihnya adalah asesoris pendukung (hadis, tarikh dll) sehingga siapa saja yang mengaku islam harus menjadikan Al-qur'an sebagai dalil utama dalam menilai kebenaran keislamannya. Al qur'an sebagai pondasi umat islam memiliki nilai penting dalam mengukur kebenaran akidah (keyakinan) setiap manusia yang mengaku beriman, karenanya Allah sebagai pemilik al qur'an tentu akan menerapkan satu aturan yang mengikat al-qur'an itu sendiri demi menjaga al qur'an agar senantiasa suci dari gangguan manusia yang dapat mencemari kesusian nilai ukur tersebut. contoh timbangan emas yang sangat peka, akan diberikan tutupan agar tidak terkontaminasi oleh faktor luar demi mengukur keakuratan berat emas tersebut. begitupun al-qur'an sebagai pengukur keimanan seseorang telah Allah tutup dari faktor luar agar tidak terkontaminasi oleh faktor X, faktor kotor yang dapat mencemari kesucian Al-qur'an itu sendiri.

Innahu laqur'anun karim 
fi kitabimmaknun
la yamassuhu illal muthohharun (al waqiah 77-79)

ini adalah al-qur'an yang sangat mulia
dalam kitab yang terpelihara
Tidak menyentuhnya kecuali orang orang yang disucikan

Ini adalah tutupan yang Allah berlakukan bagi al-qur'an, bahwa tidak ada yang berhak menyentuh al-qur'an kecuali orang orang yang telah disucikan. tentu ada maksudnya jika ada sebuah larangan, karena Allah tidak pernah berbuat sia sia, begitupun larangan dalam menyentuh al qur'an kecuali bagi yang telah disucikan. dan larangan itu Allah dahulukan dengan sebuah sumpah yang sangat besar

Fala Uqsimu bimawaqiim Nujum 
wainnahu laqasamul lau ta'lamuna Adhzim (al-waqiah 75-76)

Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya Nujum = Bintang bintang
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang Besar kalau kamu mengetahui

Sumpah yang Besar mendahului larangan menyentuh Al qur'an, dan ini adalah sumpahNya Sang Pencipta, tentu bukan sumpah yang main main ataupun sia sia belaka, sebagaimana jika anda bersumpah, maka tentu memiliki suatu makna yang sangat besar, begitupun dengan Allah dalam bersumpah tentu memiliki arti yang begitu besar bagiNya, apalagi sumpah itu dikatakan sumpah yang BESAR olehNya, maka menjadi besar kuadrat!! dua kali besar, besar dalam pengertianNya dan Besar dalam ungkapan penyampaianNya kepada Manusia. Ada apa gerangan? 

Banyak yang beranggapan bahwa menyentuh yang dimaksud adalah menyentuh secara fisik, menyentuh lembaran lembaran qur'an, padahal telah jelas bahwa Allah tidak pernah menurunkan al qur'an dalam bentuk lembaran kertas yang bisa dipegang 

 ﴾ Al An'am:7 ﴿
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata"

Allah tidak pernah menurunkan ayat dalam bentuk tulisan diatas kertas, sehingga larangan menyentuh qur'an tentu bukan menyentuh dalam bentuk benda fisiknya mmelainkan menyentuh secara maknawi, yaitu larangan menyentuh atau ikut campur dalam urusan menafsirkan, mena'wilkan al-qur'an kecuali mereka adalah orang orang yang telah disucikan olehNya. 

Apa konsekwensinya bagi mereka yang tidak disucikan tapi berani menyentuh al-qur'an?? ya seperti sumpah yang besar diatas, pasti memiliki konsekwensi yang besar pula.

wa ammalladzina fi qulubihim maradun fadzadthum rijsa ila rijsihim, wamatuwahum kafirun
dan adapun orang orang yang ada penyakit didalam hatinya, dengan surat itu bertambah kekotoran (jiwa) mereka disamping kekotoran (yang telah ada) dan mereka akan mati dalam keadaan kafir. at taubah 125

dalam terjemahan yang umum akan kita jumpai artinya sebagai berikut

﴾ At Taubah:125 ﴿
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. 

padahal kata kafir dalam ayat itu hanya terdapat pada akhir ayat saja dan tidak ada disebutkan dibagian tengah ayat, perhatikan : wa ammalladzina fi qulubuhum maradun fadzadathum Rijsa ila Rijsihim wamatuwahum KAFIRUN.

RIJSA ILA RIJSIHIM diartikan kafir disamping kekafiran yang telah ada, padahal kata Rijsa artinya adalah KOTOR bukan kafir.

apa maksudnya Allah menyampaikan ayat ini?? ini adalah jawaban Allah atas sumpahNya yang besar diatas, bahwa jika orang yang tidak suci (Kotor jiwanya) menyentuh al -qur'an maka hanya akan menambah kekotoran jiwanya diatas kekotoran yang memang sudah ada, dan karena itulah dia akan mati dalam keadaan kafir.

Ibarat anda memiliki sebuah gelas yang bersih lalu anda meletakkan satu sendok minyak kotor didasar gelas tersebut, ketika anda memasukkan air kedalam gelas, maka minyak tadi akan naik dan semakin mengotori permukaan dinding gelas, dan jika air itu tumpah maka akan mengikutsertakan minyak tersebut ikut tumpah dan mengotori sekitarnya. begitupun jika orang yang tidak suci ingin ikut campur dalam urusan qur'an maka akan semakin mengotori jiwanya dan akan mengotori jiwa orang yang mengikuti pemikirannya. inilah penyebab islam terpecah pecah dan terbagi bagi, karena semuanya mengaku berhak terhadap al qur'an, masing masing melahirkan pemahaman pemahamannya sendiri dengan dalih al qur'an, terbagi bagi atas firqoh firqoh, bermazhab mazhab lalu bermusuh musuahan. Maka dengan nama al-qur'an mereka meproklamirkan jihad! memfitnah atas nama agama, inilah cikal baka kehancuran manusia, dan apa jawaban Allah? wamatuwahum KAFIRUN mereka akan mati dalam keadaan KAFIR.

 ﴾ Al Mu'minun:53 ﴿
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).

lalu
siapakah yang disucikan itu? yang berhak atas al qur'an? innama yuridullahu ankumu RIJSA ahlal bait wayuthohirukum tathiro, sesungguhnya Aku berkehendak mensucikan Rijsa (KOTOR) darimu wahai ahlul dan mensucikan kalian sesuci sucinya. (al ahzab 33),  merekalah yang berhak dalam menyentuh al-qur'an, merekalah yang berhak menjadi tolak ukur keimanan, kebenaran, merekalah yang berhak ikut campur dalam urusan al qur'an, dalam urusan melahirkan ajaran alqur'an, tafsiran alqur'an, bukan oyang lain, karena yang lain tidak disucikan olehNya. maka sudahkah kalian menjadikan ahlul bait sebagai sandaran dalam urusan al qur'an? urusan agama? jika belum maka lihatlah sumpah Allah yang Besar diatas, itu bukan sumpah yang main main, bukan sumpah yang sia sia. 
 ﴾ Al Waaqi'ah:76 ﴿
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. 
inilah bukti dari sumpah Allah tersebut, sumpah yang besar jika kalian sadar akan bahaya dibalik seenaknya menyentuh al qur'an, bisa mengakibatkan peperangan, pembunuhan atas nama al qur'an. wamatuwahum kafirun, dan akan mati dalam keadaan kafir.

semoga kita kembali keaturan Allah dalam menjadikan ahlul bait sebagai pedoman dalam beragama.

semoga bermanfaat, wassalam
 Hamka.Arsad.S.Pd.I

Senin, 04 November 2019

Mau tau Syiah? baca saja Hud 17 dan As saf ayat 6



Yakin tidak sama Surat Hud 17 dan As saf ayat 6?

Dalam ayat hud 17 dinyatakan bahwa ada 2 sosok utusan dalam ayat tersebut

Pertama adalah sang pembawa bukti yg nyata dan kedua adalah saksi yang mengikutinya, keduanya adalah utusanNya

Nabi Hud:17 - Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang (INI SOSOK PERTAMA) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (INI SOSOK KEDUA) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

SOSOK PERTAMA, dan KEDUA adalah mutasyabihat, samar samar, siapa sebenarnya mereka karena tidak secara eksplisit disebutkan oleh Allah dalam ayat tersebut, maka secara hukum harus dilihat pada ayat yang lain yang lebih muhkamat (yang lebih jelas dan tegas) dalam menyebutkan namanya dengan konteks yang serupa atau sama.

Untuk itu kita wajib meletakkan konteksnya terlebih dahulu. Dalam konteks apa ayat tersebut (Hud 17) bercerita? Yaitu dalam konteks "Bukti yang nyata" bahwa dalam konteks ini ada 2 orang yang bertugas, pertama, orang yang bertugas membawa bukti yang nyata dan yang kedua adalah orang yang bertugas sebagai saksi sekaligus pengikut orang pertama yang ditugaskan sebagai pembawa bukti. Hal itu dapat dilihat dalam petikan kata yang saya tuliskan dalam huruf kapital

Nabi Hud:17 - Apakah orang-orang (.....) yang ada mempunyai BUKTI YANG NYATA (Al Quran) dari Tuhannya, dan DIIKUTI pula oleh seorang saksi (????) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

MAKA wajib kita mencari konteks yang sama pula dalam Al  Qur'an untuk menjawab teka teki Hud 17.

Konteks yang sama dapat kita temukan dalam surat as saf ayat 6

Satu barisan (Aş-Şaf):6 - Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya AHMAD (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa BUKTI-BUKTI YANG NYATA, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

dalam ayat ini ada satu nama yang disebut sebagai orang yang diutus sebagai pembawa bukti yang nyata, yaitu Muhammad Saw. Maka ini menjawab pertanyaan pertama dalam Hud 17

Nabi Hud:17 - Apakah  orang (Nabi Muhammad Saw) yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (???) dari Allah (sama dengan orang yang tidak mempunyai bukti yang nyata dan tidak pula diikuti seorang saksi dariNya?)
dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

Maka sesuai as saf ayat 6, posisi saksi dalam Hud 17 tidak mungkin lagi ditempati oleh Nabi Muhammad Saw

Lalu siapa kah saksi yang sekaligus dia juga adalah pengikut nabi Muhammad Saw? Dalam tafsir Ibnu Katsir hanya ada 3 nama yang disebukan dalam menjawab siapa saksi dalam Hud 17,  pertama nabi Muhammad Saw, kedua, Jibril as dan ketiga adalah imam Ali as.

Untuk nama nabi Muhammad Saw berdasar as saf ayat 6 sudah tidak bisa menempati posisi saksi dalam konteks "Bukti yang nyata" karena telah final bahwa posisi nabi adalah sebagai pembawa bukti atau yang mempunyai bukti yang nyata bukan saksi. maka tersisa dua nama yaitu Jibril as dan Imam Ali as

Jibril as dalam konteks "bukti yang nyata' juga tidak bisa menempati posisi saksi, sebab saksi dalam konteks Hud 17 mengandung kewajiban yang lain didalamnya yaitu dia selain sebagai saksi juga adalah sebagai pengikut sang pembawa bukti, sedang dalam konteks "Bukti yang nyata" Jibril  bukanlah pengikut atau ummat nabi Muhammad Saw, maka yang tersisa hanya satu nama yaitu imam Ali as.

Maka sosok kedua yang juga adalah utusan Allah adalah Imam Ali as.

Sehingga sudah jelas siapa Imam Ali as bukan? Dia adalah sang rasul juga yang ditugaskan sebagai saksi dan sekaligus menjadi pengikut sang pembawa bukti yang nyata yaitu nabi Muhammad Saw

Maka wajib mengikutinya setelah nabi Muhammad Saw wafat, karena itulah pengikutnya disebut sebagai Syiah Ali as, atau pengikut Imam Ali as

Apa hukumnya bagi yang menolak menjadi pengikutnya setelah ketiadaan nabi? Ya kafir pada Hud 17 dan as saf ayat 6. Ini konsekuensi logisnya