Senin, 08 Maret 2021

bantahan bagian 3

Kemudian pada halaman 4 dia menulis : > “Yang penting, saya menyelesaikan studiku dengan sangat memuaskan, hingga saya mendapat ijazah (sertifikat) ilmiah dengan meendapat derajat ijtihad dari salah seorang tokoh yang paling tinggi kedudukannya, yaitu Sayid (?) Muhammad Husain Ali Kasyf al-Ghita.” # Dengan jelas ia menyebutkan bahwa dia mendapat ijazah mujtahid dari Sayid (?) Kasyf al-Ghita’ tapi tidak disebutkan tahun berapa ijazahnya dikeluarkan. Perlu diketahui bahwa Kasyif Ghita’ bukanlah Sayid (bukan keturunan ahlul bait), tetapi Syeikh. Syeikh Kasyif al-Ghita meninggal pada tahun 1373 H. Dalam tradisi Syiah, Sayid adalah keturunan keluarga Nabi,kita dapat dengan mudah membedakan dari surban yang melekat dikepalanya, bila hitam maka ia Sayid.Syeikh Kasyful Githa tidak pernah mengenakan surban hitam dikepalanya,dan memang ia bukanlah sayyid.Para pembaca dapat melihat kebohongan Husein Musawi , yang bahkan tidak bisa mengenali gurunya sendiri yang “katanya” memberinya Ijazah.
Kemudian jika kita bandingkan tahun kelahiran Husain al-Musawi dengan tahun wafatnya Syeikh Kasyf al-Ghita, maka kita menemukan usia Husain al-Musawi tamat dari belajar dan menjadi mujtahid maksimal adalah 24 tahun (1349 – 1373 H = 24 tahun). Jika kita kurangi bahwa ia mendapat gelar 5 tahun sebelum meninggalnya Syeikh Ali Kasyf al-Ghita, yakni tahun 1368 H, maka berarti usianya saat menjadi mujtahid adalah 19 tahun (1349 – 1368 H = 19 tahun),biasanya seorang pelajar agama yang pintar sekalipun rata-rata mencapai gelar mujtahid  dalam usia 35 tahun ke atas. Suatu prestasi yang membanggakan dan luar biasa bila ada yang mencapai gelar mujtahid dalam usia 19 tahun. Tetapi anehnya, selain tidak ada datanya, tidak ada pula satupun ulama dan pelajar serta masyarakat mengetahui ada seorang yang mencapai gelar mujtahid pada usia tersebut dan berasal dari Karbala yang bernama Husain al-Musawi yang mencapai mujtahid dalam usia fantastis, 19 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar