Seorang anak itu memegang kedaulatan orang tuanya. Makanya nama ayah atau ibu biasanya disematkan pada nama anaknya untuk memberitahukan bahwa sang anak tersebut adalah pemegang kedaulatan orang tuanya. Sehingga misalnya sang anak mau menjual kebun orang tuanya maka sah di mata hukum selama tidak ada keterangan bahwa anak tersebut "terusir atau terputus" dari status anak sang orang tua.
Makanya Ratu Elisabeth adalah pemegang kedaulataan Raja Ingris setelah raja wafat karena dia adalah anak sang raja. Atau sultan Hamengkubowono kesekian adalah pemegang kedaulatan Raja karena ia emang putra Raja Hamengkubuwono ke sekian.
Berbeda dgn anak presiden yang tidak memiliki kedaulatan, sebab kedaulatan negara demokrasi bukan ditangan presiden, melainkan di tangan rakyat, sehingga jika presiden wafat maka kedaulatannya diserahkan kepada rakyat kembali, dan rakyat mengaturnya bahwa kedaulatan tersbut diserahkan kepada wakil presiden sampai priodenya habis.
Lain dengan anak raja, sebab kedaulatan bukan ditangan rakyat tapi ditangan raja. Sehingga kedaulatan raja bukan dikembalikan ke tangan rakyat melainkan ke tangan raja, sekalipun rakyat ikut berjuang mati matian dalam peperangan mempertahankan kerajaan jika diserang oleh musuh.
Agama itu adalah kerajaan Tuhan, hukum hukum Tuhan yang berlaku dalam agama maka kedualatan Tuhan yang berlaku bukan kedaulatan manusia, karena itulah hak memimpin ya ditangan Tuhan, dan Tuhan dalam semua kerajaan agamaNya selalu memiliki wakil wakil. Termasuk islam
Itulah kerajaan Tuhan, semua sistem berasal dari klalim Tuhan, termasuk demokrasi itu sendiri, sebab di Yunani itu banyak Tuhan, atau Dewa, ada dewa Zeus, Hera, Poseidon, Ares, Hermes, Hefaistos, Afrodit, Athena, Apollo dan Artemis dan dewa dewa yang lain. Semua dewa dewa ini memilki kedualatannya masing masing, ada yg berkuasa di langit kayak dewa zeus, ada yang dilaut seperti dewa poseidon dll
Karena tidak adanya kekuasaan sentral mutlak itulah maka dibentuklah musyawarah dan polling suara terbanyak.
Sedangkan dalam islam, kekuasaan itu memiliki kekuasaan sentral secara mutlak dan absolut, maka gak ada musyawarah dalam kedaulatan kekuasaan, Allah gak pernah bermusyawarah pada siapapun termasuk Nabi Muhammad sekalipun, apa yang diputuskan Allah ya itu lah ketetapanNya, tidak ada pilihan, bantahan, anu, eee, iii, ooo atau apapun walau sebesar dzarrah. Jika berani sekali saja maka akan terlaknat seperti iblis
Nah pertanyaanya adalah: saat di saqifah (balai pertemuan) bani saidah ketika para sahabat nabi berkumpul dan bermusyawarah memilih khalifah abu bakar, itu kedaulatan dari Tuhan yang mana? Apa mereka masing masing punya dewa dewa jahilia sehingga tdk mengakui sentralitas kekuasaan Allah dalam berkuasa dan berdaulat? Inilah yg disebut kafir setelah islam
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):144 - Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
mereka menganggap ketika Rasulullah saw wafat maka selesai sudah kedaulatan Allah, yang ada sekarang adalah kedualatan rakyat, kedualatan rakyat mengalahkan kedaulatan Tuhan, rakyat bermusyawarah dan memilih sendiri wakil pemegang kedaulatan rakyat. Sedangkan kedaulatan Tuhan? Hanya dalam urusan sholat, puasa dll, dan bahkan kedualatan inipun dikebiri dengan jalan mereka mengangkat ulama ulama yang mereka berikan kedualatan dalam merumuskan hukum hukum yang tidak ada didalam al qur'an secara leterlek, lalu lahirlah mazhab mazhab dan saling membunuh satu sama lain.
Mereka berubah menjadi dewa dewa baru yang haram dilecehkan, haram dihina dan menetapkan halal darahnya siapapun bila menghina atau tidak taat pada mereka.
Inilah senyata-nyatanya kemusyrikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar