Rabu, 21 Februari 2018

Takdir Baik dan Takdir Buruk

Takdir berasal dari kata qadar atau ukuran,  sehingga takdir artinya sudah diukurkan oleh sang pembuat ukuran, yaitu Allah

Segala sesuatu memiliki ukurannya masing masing

Guruh (Ar-Ra`d):8 - Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. DAN SEGALA SESUATU PADA SISI-NYA ADA UKURANNYA.

termasuk diri kita sendiri.

Takdir ada dua jenis,  takdir baik dan takdir buruk, keduanya terjadi mengikuti pilihan kita sendiri, sebagai contoh:  mangga, bisa menjadi takdir baik dan bisa menjadi takdir buruk,  misalnya anda lewat didepan kebun mangga seseorang, lalu orangnya tiba tiba memberikan anda satu buah mangga "ini mas diicip mangga manalaginya" maka itulah takdir baik anda,  namun menjadi takdir buruk jika anda memakan buah mangga tadi dari hasil curian,  sama sama ditakdirkan makan mangga tp dgn jalan berbeda,  dgn ukuran berbeda.

Begitupun dengan kekhilafan abu bakar,  umar dan usman

ada yang bertanya, jika Imam Ali as adalah rasul saksi apakah dia ditakdirkan menjabat sebagai khalifah sebagaimana yang dijabat oleh Abu Bakar wa umar? Pertanyaan ini arahnya sebenarnya adalah,  jika "ditakdirkan" maka abu bakarpun ditakdirkan sama tuk menjadi khalifah,  itu artinya tidak ada yang salah dari kekhalifahan abu bakar karena itu adalah takdir dari Allah,  mau melawan Takdir Allah? Ini maksud sebenarnya dari pertanyaan diatas.

Tapi sayangnya saya tidak menjawab seperti itu. Saya malah berkata "tidak,  imam Ali as tidak ditakdirkan menjabat khalifah sebegaimana yang dijabat oleh Abu Bakar dan umar"

"Berarti khalifah bukan urusan imamah dong,  jadi ngapain kalian syiah mengatakan abu bakar merampas hak Ali bin abi tholib?"

Saya menjawab demikian,  karena pertanyaan diatas memakai kata takdir,  sedang takdir ada dua jenis, baik dan buruk.  Sama seperti kasus mangga diatas,  sama sama mangga,  satu dimakan dengan cara halal dan satu dimakan dengan cara haram,  keduanya sdh diukur,  dicatat dalam lauh mahfuz.

Begitupun khalifah, ada khalifah yang haram dan ada yang halal,  haram karena didapatkan dengan cara merampas dan menginjak injak kedaulatan Allah,  seperti dengan cara musyawarah ummat,  ini adalah bentuk penghianatan terhadap kedaulatan Allah. Mengapa?  Sebab ummat sama sekali tidak memiliki kedaulatan, ummat hanya sami'na wa 'ato'na,  dengar dan taat,  tanpa sedikitpun memiliki kedaulatan. Kedaulatan justru hanya hak Allah,  dalam agama manapun,  hanya Tuhan yang berdaulat,  dan kedaulatan itu hanya diberikan kepada Utusan Tuhan untuk untuk menjalankan tugasnya sebagai wakil Tuhan,  dan ummat hanya bisa patuh dan taat.  Inilah makna dari islam,  berserah diri. Tunduk dan taat total kepada kedaulatan Allah dan RasulNya.

Nah khalifah yang berasal dari pilihan ummat, sejatinya menghianati keislamannya itu sendiri,  menghianati kewajiban taat dan tunduk total.  Itu artinya sudah tidak taat lagi,  sudah tidak tunduk lagi,  padahal islam artinya tunduk dan taat.  Maka jika sudah tidak tunduk dan taat lagi maka sama saja sudah tidak islam alias Kufur

Maka khalifah yang ditunjuk dari hasil musyawarah sejatinya adalah kekufuran.  Ini yang saya sebut sebagai takdir buruk kepada yang mengambilnya dan membentuk takdir buruk yang lebih luas sampai ke akhir zaman. Bunuh bunuhan sesama orang yang mengaku islam,  saling bantai sesadis sadisnya adalah akibat dari ukuran buruk yang terbentuk dari kesalahan memilih takdir

Harta rampasan perang (Al-'Anfāl):51 - Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya,

Musyawarah (Ash-Shūraá):30 - Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

maka takdir yang dipilih oleh abu bakar adalah takdir buruk karena prosesnya adalah hasil dari penghianatan terjadap kedaulatan Tuhan. Penggianatan dari tunduk dan taat ( islam ) itu sendiri. Alias kekufuran yang nyata.

maka tidak mungkin Allah mentakdirkan rasul saksinya, imaman menjabat kekhalifahan yang dibentuk dari penghianatan tersebut.

maka jika ditanya "apakah imam Ali as dan kesebelas imam lainnya ditakdirkan menjabat khalifah seperti yang dijabat oleh abu bakar dan umar?  Maka jawabannya "Tidak" melainkan Allah telah mentakdirkan dengan ukuran berbeda,  khalifah yang halal dan hak,  bukan curian, aksi penghianatan keislaman dan penodaan atas kedaulatan Allah

Khalifah yang kalian mau akui atau tidak: tetap saja khalifah,  punya struktur organisasi atau tidak: tetap khalifah, punya pasukan atau tidak: tetap khalifah,  sebab jika semua hal diatas menjadi ukuran seorang khalifah,  maka Adam as yang pertama terlempar dari kekhilafan, karena adam as menjadi khalifah tanpa istana, tanpa  pasukan, tanpa struktur organisasi dsb.

maka khalifah yang sah dan halal adalah khalifah yang ditakdirkan Allah,  yang diserahkan kepada rasul rasulNya

Seliannya adalah penghianatan terhadap islam dan penodaan atas kedaulatan Allah

Inilah seburuk buruknya takdir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar