Kamis, 22 Februari 2018

Khulafaur Rasyidin

Rasulullah saw membentuk sahabat dan sahabat nabilah yang membentuk islam,  sehingga Rasulullah saw bukanlah pembentuk islam secara pribadi, para sahabat nabi itulah yang membentuk islamnya sendiri, apa itu islam?  Tunduk taat,  patuh. Rasulullah saw tidak membentuk kepatuhan,  ketundukkan,  ketaatan,  karena semua itu pilihan manusia yang dibentuk tersebut, la ikraha fiddin,  tidak ada paksaan dalam islam. Rasulullah saw hanya seorang pemberi peringatan

Guruh (Ar-Ra`d):7 - Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.

Karena itulah tidak ada paksaan dalam membentuk para sahabat nabi untuk taat dan patuh. Mau taat silahkan,  mau membangkang silahkan.  Karena faktor inilah yang kemudian membentuk para sahabat nabi yang pada akhirnya sebagian besarnya membangkang dan membentuk islam masa kini yaitu islam pembangkangan, islam abal abal

Kedua,  mengapa nabi bukan pembentuk islam secara pribadi?  Itu karena islam telah ada sejak dahulu,  bukan baru muncul pada masa nabi saw saja,  sebab jika baru muncul pada masa nabi saw maka mereka semua yang hidup sebelum nabi akan binasa,  karena tidak ada agama yang diridhoi kecuali islam.  Maka agama Nabi Musa as,  Daud as,  sulaiman as dll tidak diridhoi karena yang diridhoi hanya agama islam.

Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):19 - Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Maka sejatinya islam telah ada sejak dahulu

Sapi Betina (Al-Baqarah):132 - Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Nabi Muhammad saw datang hanya membawa beberapa perubahan besar syariat atas islam yang lama. Atau hanya menyempurnakan islam yang telah ada.  Jadi bukan pembentuk islam, karena islam telah ada sejak dahulu

Jamuan (Al-Mā'idah):3 - Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Telah diridhoi islam menjadi agama mu,  jd sebelum ayat ini turun bagaimana dengan islam yang ada?  Maka islam yang ada tersebut belum diridhoi karena dalam masa penyempurnaan dari islam sebelumnya.  Makanya Haji adalah syariat islam yang ada sejak zaman Ibarahim as,  bukan baru ada pada zaman Nabi Muhammad saw. 

Sehingga ada beberapa syariat syariat lama yang tidak diubah sistemnya,  hanya tata laksananya yang disempurnakan. Termasuk mekanisme kepemimpinan, sama sekali tidak diubah, sama persis seperti yang sebelumnya,  yaitu kedaulatan Allah hanya Dia berikan kepada Rasul rasulNya tidak yang lain.

Sapi Betina (Al-Baqarah):285 - Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan RASUL-RASUL-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "KAMI DENGAR DAN KAMI TAAT". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

Ini adalah aturan islam lama yang tidak diubah sama sekali. 

Yaitu mereka yang mengaku beriman kepada Allah wajib taat dan patuh kepada Rasul Rasul Allah. Bukan satu rasul melainkan rasul rasul, taat atas apa yang disampaikan oleh rasul rasul.

Dan ini berlaku sejak dahulu,  dan bahkan para nabi meminta perjanjian ummatnya untuk menaati rasul rasul diantara mereka sendiri.  ini mekanisme ketaatan islam yang tidak ada perubahan, kenapa dikatakan tidak ada perubahan?  Karena keberadaan aturan ini termuat dalam al qur'an,  itu artinya jika aturan ini sudah tidak lagi dianggap perlu oleh Allah maka tidak akan Allah masukkan dalam al qur'an sebagai bentuk syariat ketaatan islam itu sendiri

Jamuan (Al-Mā'idah):12 - Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.

itu artinya syariat kepemimpinan diatas tidak dihapus dengan syariat yang lain. Sebab tidak ditemukan syariat pengganti dalam persoalan kepemimpinan.

maka islam yang disempurnakan ini hanya pada sebagian besarnya saja,  misalnya cara sholat dan waktunya,  beberapa syariat haji,  berkurban,  dll

sedangkan dalam beberapa aspek tetap sama.

salah satunya soal kepemimpinan dalam islam yaitu wajib taat pada 12 rasul rasul atau 12 imam imam.  

Inilah islam yang sempurna, dibangun diatas satu pilar utama dan 12 pilar penyangga, tanpa 12 pilar penyangga maka bangunan itu roboh.  karena itulah aturan syariat ini tidak pernah berubah sejak dahulu,  hanya saja jenis pilarnya yang berbeda

Bukhari dalam Sahih Bukhari menuliskan:

Jabir berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Akan ada dua belas Pemimpin dan Khalifah.” Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa aku dengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah .s.a.w bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”

(Lihat: Sahih Bukhari, Kitab Al-Ahkam, no 6682, Jilid 4, Hal 168, Cetakan Mesir, Tahun 1351.  Bisa juga dilihat dalam; Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, no 3393, 3394, 3394, 3395, 3396 & 3397, Cetakan Mesir, Tahun 1334. Sunan At-Turmudzi, Kitab Al-Fitan, no 2149. Sunan Abi Dawud, Kitab Al-Mahdi, no 3731)

Muslim dalam Sahih Muslim menulskan:

Jabir meriwayatkan: Aku dan ayahku menemui Rasulullah s.a.w.  Kami mendengar beliau bersabda: “Persoalan ini  (Kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang dua belas Khalifah.” Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang  tidak kudengar. Aku menanyakan kepada ayahku tentang apa yang Rasulullah s.a.w sabdakan. Beliau (Rasul) bersabda: “Semuanya dari Quraisy.”

(Lihat: Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, Jilid 6, Hal 3, no 3393, Cetakan Mesir, Tahun 1334)

12 khalifah, imaman inilah yang saya maksudkan sebagai syariat islam yang tidak pernah berubah diatas.

Dan khalifah adalah pemegang kedaulatan Allah,  sedangkan Allah tidak pernah memberikan kedaulatan Nya kepada selain Rasul rasulNya,  maka khalifah wajib rasul,  tidak bisa kurang dari itu


عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ: وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدَّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

[رَوَاه داود والترمذي وقال: حديث حسن صحيح]

Abu Najih, Al ‘Irbad bin Sariyah ra. ia berkata: “Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. Kami bertanya ,”Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat” Rasulullah bersabda, “Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya siapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.”

[HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih]

Khulafaur Rasyidin inilah yang disebut sebagai rasul rasul,  khalifah yang mendapatkan petunjuk, pemegang kedaulatan Allah.  Bukan khalifah perampas kedaulatan Allah, seperti khalifah Abu Bakar karena dia dipilih oleh ummat di saqifa (bailarung) sedangkan ummat tidak mempunyai kedaulatan sedikit pun, sehingga Abu bakar bukanlah khulafaur Rasyidin,  sebab dia bukan salah satu dari 12 rasul rasul.

Lalu siapakah 12 rasul rasul yang dimaksud? 

Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:

Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan para Imam kaum muslimin sesudahku adalah: pertama Ali, kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir, dan jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama dengan namaku, nama panggilannya sama dengan nama panggilanku, yaitu putera Al-Hasan bin Ali, di tangan dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan di bumi bagian timur dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib yang menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang hatinya telah Allah uji dalam keimanan.”

Kemudian Jabir bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah, apakah manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi saw menjawab: “Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh cahaya dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti manusia memperoleh manfaat dari cahaya matahari walaupun matahari itu tertutup oleh awan. inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah yang dirahasiakan, Allah merahasiakannya kecuali dari ahlinya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar