Sabtu, 24 Februari 2018

Imamum Mubin

Seorang pendosa selalu  berharap semoga Tuhan itu Maha Baik dan semoga segala dosanya diampuni sehingga dia berharap terlepas dari pertanggungjawaban

Sebaliknya seorang Abid (ahli ibadah) selalu berkeyakinan bahwa Tuhan itu Maha pemberi balasan, Maha Jahat sehingga akan menyiksa sekejam kejamnya semua pendosa dan berharap mengazab semua orang yang bersalah

Tuhan sendiri Maha Adil tidak akan menghukum siapapun tanpa saksi dan bukti.

Sapi Betina (Al-Baqarah):281 - Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Azab itu pasti,  ampunan juga pasti,  begitu pula dengan keadilan dan tanpa sedikitpun seseorang dianiaya

Begitu pun rasa tidak puas akan selalu mewarnai prasangka manusia,  jika Dia menghukum Manusia berdosa maka Dia akan dituduh tak punya ampunan dan belas kasih

jika mengampuni manusia maka yang ahli ibadah akan merasa Tuhan "tidak adil"

Ya malaikat saja yang tidak pernah merasakan susahnya hidup di dunia merasa Tuhan tidak adil ketika Adam diciptakan,  apalagi diri kalian yang menghabiskan masa muda menahan hawa nafsu, beribadah dan melihat seorang pelacur yang Allah ampuni hanya karena memberi minum anjing? 

Pasti kalian akan protes,  itu sudah pasti

"Ya Allah,  hanya dengan seteguk air kepada anjing engkau tempatkan seorang pelacur bersama sama kami di syurgaMu?  Sedang kami bertungkuslumus mengerjakan semua perintah dan menjauhi semua laranganmu?  Keadilan macam apa ini?"

Allah tidak ingin dituduh Jahat oleh pendosa
Tapi juga tidak ingin dituduh tidak adil oleh sang abid

Maka Allah tidak akan membuat keputusan sendirian,  agar tidak dituduh jahat tanpa belas kasihan kepada pendosa dan agar tidak dituduh pula tidak adil oleh abid jika mengampuni pelaku dosa. Maka semua urusan akan diselesaikan dengan sangat hati hati dan bijaksana.

Maka sejatinya yang kelak akan memutuskan si fulan diampuni, disiksa,  masuk syurga dan neraka bukan Allah

Allah Maha "Tidak enakan"

Pernah merasa tidak enak hati?  Darimana perasaan itu tercipta?  Dari batu?  Dari kayu?  Bukan,  itu dari Allah

Jika kau bisa merasakan "tidak enak" seperti itu apa Allah tidak? Padahal Dia Yang Menciptakan perasaan itu?

Maka keputusan penghakiman itu bukan langsung diputuskan Allah.

Allah menyerahkan kepada manusia,  ya Manusia yang pantas menghakimi Manusia,  agar jangan pernah ada kata kata yang pernah diucapkan malaikat padahal malaikat tidak pernah merasakan pahit getirnya hidup di dunia tapi bisa merasakan rasa "tidak adil"

itulah kedilan Allah

Jika manusia sendiri yang memutuskan maka manusia lain akan paham,  dia Bukan Tuhan, pantas jika dia menghukum sekejam kejamnya,  neraka dan pantas jika dia membebaskan seorang pelacur dari dosa karena dia menilai dengan pertimbangan kemanusiaan.

Hanya manusia yang bisa menghakimi manusia,  agar tidak ada alasan bagi manusia lain yang menuding Allah tidak adil

Lalu siapakah manusia manusia itu?

Imamum Mubin

Yā-Sīn:12 - Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam IMAMUM MUBIN

segala sesuatu Kami kumpulkan dalam IMAMUM MUBIN,  segala sesuatunya, termasuk putusan manusia kelak,  surga atau nerakanya dikumpulkan dalam Imamum Mubin

apa itu Imamum Mubin?  Dalam terjemahan umum,  diartikan dengan Kitab yang nyata. 

Jika Imam diartikan Kitab lalu kitabun dalam al qur'an mau diartikan apa?  Masa diartikan Kitab juga?  Jadi ada dua kata yang artinya sama?  Jika sama kenapa Allah memakai keduanya untuk hal yang berbeda?

Dzalikal Kitabu laraibafihi hudallil muttaqin (al baqarah 2)
Kenapa tidak Dzalikal imamul laraibafihi hudallil muttaqin?  Bukankah Imam artinya kitab?  Kenapa Allah memakai dua kata dalam hal yang berbeda jika artinya sama?

Ataukah kalian yang memaksakan kehendak dalam mengartikan kata Imam menjadi Kitab?

ya sepertinya begitu,  sehingga kalian memaksakan kata Imamum Mubin menjadi arti "kitab yang nyata",  padahal arti sebenarnya adalah "imam yang nyata" hanya karena menolak imaman? 

inilah penyesatan yang sangat fatal,  sehingga manusia tidak tau bahwa Allah terlalu Mulia untuk mengurusi dosa dan pahala kalian,  Seakan Allah akan begitu bangga jika ada satu manusia yang bisa Dia siksa dan akan merasa bahagia jika ada satu manusia yang dimasukkan dalam surga? 

Allah terlalu mulia nak untuk mengahkimi dosa dan pahala kalian yang tidak ada untung dan ruginya bagi Allah

yang kelak akan menghakimimu adalah Imamum mubin,  imam yang nyata, karna pada dirinya Allah telah himpun segala sesuatunya termasuk nasib kalian kelak,  surga atau neraka

Hanya ada satu perkara yang akan Allah tangani sendiri, yaitu kesyirikan,  karena disana Hak Allah diinjak injak, dan para perampas kedaulatan Allah adalah kesyirikan yang paling berat

selainnya adalah urusan Imamum Mubin,  merekalah yang akan memutuskan si A syurga atau neraka

Memperjalankan di waktu malam (Al-'Isrā'):71 - (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan IMAMNYA/ pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.

perhatikan ayat ini, setiap manusia,  ummat akan dipanggil bersama Imamnya, untuk apa imam juga dipanggil?  "Agar mereka membaca kitabnya itu". Mereka ini siapa?  Orang yang yang mempunyai catatan amal tersebut dan Imam,  lah imam ngapain baca catatan amal orang tersebut?  Biar  Allah buka aibanya orang tersebut kepada imam?  Ada urusan apa imam ikut baca?  Nah perhatikan kata selanjutnya "dan mereka tidak dianiaya sedikit pun", imam tidak dianiaya dan ummat tidak dianiaya juga,  artinya? Untuk apa imam baca kitab orang yang juga sekaligus bukan karena menceritakan aib pelaku dosa? Ya karena imam inilah yang akan menilai bahwa si pemilik catatan pantas neraka atau syurga,  sebab jika tidak begitu maka itu sama saja menganiaya Imam karena membaca aib orang yang tidak ada urusan dengannya.  mengapa demikian? Ya karena merekalah Imamum Mubin,  Allah telah meletakkan segala sesuatu termasuk kriteria ukuran syurga dan neraka kedalam dada mereka,  merekalah penilai disisi Allah, merekalah Hakim wakil Allah dalam menetapkan syurga atau neraka bagi masing masing ummatnya.

itu artinya Allah tidak langsung turun tangan,  sebab Dia Maha Tinggi,  masa urusan dosa main judi togel 30.000 mau diadili Allah?  Yang benar saja?  Hakim Agung di Jakarta saja gak sudi mengurusi perkara pelanggaran judi sabung ayam Apalagi Allah Yang Maha Mulia, Maha  Tinggi dan Maha Agung? Makanya perkara yang langsung berurusan denganNya cuma satu Dosa syirik,  selainnya ada para Imam yang menghakimi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar