Jumat, 10 Mei 2019

Rumah Allah 1

Laba-laba (Al-`Ankabūt):41 - Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

Orang yang mengambil pelindung pelindung selain Allah maka sama saja dia telah membuat rumah yang paling lemah, seperti rumah laba laba, sebaliknya orang yang mengambil Allah sebagai pelindungnya maka sama saja dia telah berada didalam rumah yang sangat kokoh, yaitu rumah islam.

Jadi Dinul islam, agama islam adalah rumah yang sangat kokoh. Yang siapa saja berada didalamnya akan selamat dunia akhirat

Rumah pasti punya pemilik

Allah sebagai pemiliknya. Karena Allah Maha Ghoib maka Allah menyediakan para pembantuNya tuk menjamu setiap orang yang ingin masuk dan berlindung didalamnya. Mereka adalah para nabi dan rasul.

Pembantu pembantu ini silih berganti waris mewarisi dari satu keturunan yaitu keturunan rasul rasul, Musa kepada harun, Daud kepada Sulaiman dst.

Merekalah tuan rumah yang diutus pemilikNya guna menjaga, menjamu para tamuNya. Dan tentu saja mustahil hanya satu tuan rumah yang diutus oleh Allah dalam menjaga rumah dan menjamu para tamuNya.

Kita semua adalah tamu, sahabat nabi juga adalah tamu, tabiin, tabiut tabiin dst adalah tamu. Dan sampai kapanpun tamu adalah tamu tidak bisa menjadi tuan rumah. Karena tuan rumah dalam rumah Allah adalah mereka yang ditugaskan khusus oleh Allah. Maka itulah ketika tuan rumah wafat maka rumah hanya diwariskan kepada kerabat atau keturunannya. Karena itulah ada yang namanya ahlul bait atau ahli rumah, merekalah penerus tuan rumah dan bertugas melayani para tamu

Tapi kemudian, banyak tamu yang merasa menjadi tuan rumah, mengganti ini itu tanpa izin tuan rumah, maka rusaklah rumah islam.

Atap diganti ganti sesuai selera, halaman dirubah, ruang tamu dimodifikasi, pintu pintu diganti dst. Tuan rumah marah tapi mereka malah dibunuh satu persatu

Karena itulah syiah hanya mengikuti ahlul bait nabi sebagai penerus tuan rumah dalam rumah Allah (agama Allah) selainnya adalah tamu semata.

Dalam Ushul Kāfi, yang merupakan salah satu dari empat kitab utama mazhab Syiah menyebutkan:

إِنِّی تَارِک فِیکمْ أَمْرَینِ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا- کتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ أَهْلَ بَیتِی عِتْرَتِی أَیهَا النَّاسُ اسْمَعُوا وَ قَدْ بَلَّغْتُ إِنَّکمْ سَتَرِدُونَ عَلَی الْحَوْضَ فَأَسْأَلُکمْ عَمَّا فَعَلْتُمْ فِی الثَّقَلَینِ وَ الثَّقَلَانِ کتَابُ اللَّهِ جَلَّ ذِکرُهُ وَ أَهْلُ بَیتِی
"Sesungguhnya aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang jika kalian mengambil (mengikuti) keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitab Allah swt dan Ahlulbaitku dari keturunanku (itrahku). Wahai manusia, dengarlah dan sesungguhnya telah aku sampaikan kepada kalian bahwa sesungguhnya kalian akan menemuiku di tepi telaga (al-Haudh), maka aku akan mempertanyakan kalian, atas apa yang telah kalian perbuat terhadap dua pusaka berharga ini, yaitu Kitab Allah yang sangat agung penyebutannya dan Ahlulbaitku.”¹

Sunan Nasai, salah satu dari enam kitab sahih Ahlusunah (kutub sittah), meriwayatkan:
کأنی قد دعیت فاجبت، انی قد ترکت فیکم الثقلین احدهما اکبر من الآخر، کتاب الله و عترتی اهل بیتی، فانظروا کیف تخلفونی فیهما، فانهما لن یفترقا حتی یردا علی الحوض
“seakan-akan ajalku sudah mendekat. Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian dua hal yang sangat berharga, yang salah satu lebih besar dari yang lainnya, (yaitu) Kitab Allah dan keturunanku (itrahku) Ahlulbaitku. maka lihat dan perhatikan bagaimana kalian memperlakukan keduanya. maka sesungguh keduanya tidak akan terpisah sampai kalian menemuiku di tepi telaga (al-Haudh).” ²

Sumber dan Sanad Hadis
Hadis ini termasuk dalam riwayat yang diterima oleh semua ulama Islam baik dari kalangan Syiah maupun Sunni, yang dari sisi sanadnya tidak seorangpun yang mampu melemahkan dan mengkritiknya.

Sumber dari Literatur Ahlusunah

Menurut kitab Hadits al-Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait ³, hadis Tsaqalain ini diriwayatkan lebih dari 25 orang perawi dari kalangan sahabat yang mendengarkan langsung dari Nabi Muhammad saw.

Berikut di antara nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis Tsaqalain:

Zaid bin Arqam. Darinya terdapat 6 jalur periwayatan sebagaimana yang tertulis dalam kitab Sunan Nasai [4], al-Mu’jam al-Kabir Thabrani [5], Sunan Tirmidzi [6], Mustadrak Hākim [7], Musnad Ahmad [8] dan sejumlah kitab yang lain.

Zaid bin Tsabit. Dimuat dalam Musnad Ahmad[9] dan al-Mu’jam al-Kabir Thabrani. [10]
Jabir bin Abdullah. Dimuat dalam kitab Sunan Tirmidzi [11], al-Mu’jam al-Kabir [12], dan al-Mu’jam al-Ausath [13] Thabrani.
Huzaifah bin Asid. Dalam kitab al-Mu’jam al Kabir Thabrani. [14]

Abu Sa’id Khudri. Dalam empat bab dari Musnad Ahmad [15] dan Dhua’fa al-Kabir al-Aqili. [16]

Imam Ali as, dengan dua jalur periwayatan yang terdapat dalam Dar al-Bahr al-Zakhār atau juga dikenal dengan kitab Musnad al-Bazzar [17] dan Kanz al-‘Ummāl. [18]

Abu Dzar Ghifari. Dalam kitab al-Mu’talaf wa al-Mukhtalaf Dāruqutni. [19]

Abu Huraira. Dalam kitab Kasyf al-Atsār ‘an Zawaid al-Bazār. [20]

Abdullah bin Hanthab. Dalam Usd al-Ghabah. [21]

Jubair bin Math’am. Dalam Dhalāl al-Jannah. [22]

Sejumlah orang dari para sahabat. [23]
Bahrani, penulis kitab Ghayatul Maram wa Hujjatul Khisham menukil hadis ini melalui 39 jalur dari buku-buku Ahlusunah. Menurut penukilan buku tadi, hadis ini dimuat dan bisa ditemukan dalam beberapa buku seperti Musnad Ahmad, Shahih Muslim, Manāqib Ibnul Maghazili, Sunan Tirmidzi, al-‘Umdah Tsa’labi, Musnad Abi Ya’la, al-Mu’jamul Ausath Thabrani, al-‘Umdah Ibn al-Bathriq, Yanābi'ul Mawaddah Qunduzi, al-Tharaif Ibnul-Maghāzili, Faraidus Simthain dan Syarah Nahj al-Balāgah Ibnu Abi al-Hadid. [24]

___________
catatan kaki

1. Kulaini, Kāfi, jld. 1, hlm. 294.
2. Nasai, al-Sunan al-Kubra, hadis 8148.
3. Atsar Ahmad Mahauzi.
4. Nasai, al-Sunan al-Kubra, hadis 8148.
5. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 5, hlm. 186.
6. Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, hadis 3876.
7. Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 110.
8. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 4, hlm. 371.
9. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 183, 189.
10. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 5, hlm. 166.
11. Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, jld. 5, hlm. 328.
12. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 3, hlm. 66.
13.  Thabrani, al-Mu’jam al-Ausath, jld. 5, hlm. 89.
14. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 3, hlm. 180.
15.  Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 3, hlm. 13, 17, 26, 59.
16. Al-‘Aqili, Dhu’afa al-Kabir, jld. 4, hlm. 362.
17. Al-Bazzar, al-Bahr al-Zakkhār, hlm. 88, hadis 864.
18. Mutqi Hindi, Kanz al-‘Ummāl, jld. 14, hlm. 77, hadis 37981.
19. Daruquthni, al-Mutalaf wal Mukhtalaf, jld. 2, hlm. 1046.
20. Al-Haitami, Kasyf al-astār, jld. 3, hlm. 223, hadis 2617.
21. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 3, hlm. 219, no. 2907.
22. Al-Bani, Dhalāl al-Jannah, hadis 1465.
23. Penukilan hadis ini secara lengkap dimuat dalam buku Istijlabu Irtiqa'il Ghuraf karya Syamsuddin Sakhawi, hlm.23, dan dalam buku Yanabiul Mawaddah, Qunduzi , jld.1, hlm.106-107 dan al-Ishabah, Ibnu Hajar al-Asqalani, jld. 7, hlm. 245-274, juga telah disinggung.
24. Bahrani, Ghayatul Maram wa Hujjatul Khisham, jld. 2, hlm. 304-320.

Pertanyaannya, anda mau ikut yang mana? Ikut tuan rumah atau ikut para tamu yang lain? Sebaik baik tamu adalah mereka yang patuh pada tuan rumah. Ikutilah ahlul bait, insyaallah keselamatan, karena merekalah tuan rumah yang sebenarnya, jangan ikuti tamu yang lain karena kebanyakan tamu itu kadang kurang adab dan kurang ajar terhadap tuan rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar