Misalnya dulu memiliki istri banyak adalah tanda kemakmuran dan tanda kepemimpinan, misalnya dinasti China ada yang sampai memiliki 1000 istri. Nabi Daud as sampai 99 orang istri. Dengan adanya ukuran ini masyarakat menaruh hormat dan patuh, bahwa dia layak memimpin kami
Nilai nilai ini kadang melekat di masyarakat, sehingga acapkali membuat pemimpin pemimpin yang lain beradaptasi dengan nilai tersebut dalam rangka menjaga kesolidan masyarakat dan mempertahankan legitimasinya ditengah masyarakat
Sebab dalam masyarakat seperti itu, ukuran kepemilikan kadang menjadi ukuran kepantasan, misanya ukuran kepemilikan harta, banyak istri, anak, pembantu atau ternak dll
Nabi Hud:12 - Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.
Ukuran ukuran ini tercipta dengan sendirinya seiring tuntutan zaman pada waktu itu. Apa tuntutan zaman pada masa itu maka itulah yang menjadi ukuran. Misalnya karena belum terbentuk tatanan hukum dunia, wilayah antar negara atau kekuaatan formal maka kepemilikan anak laki laki yang banyak merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam rangka pertahanan diri, maka orang akan menikah banyak untuk memenuhi hal itu, dengan demikian dia harus kaya karena menafkahi banyak orang, dia harus punya banyak budak, banyak ternak sehingga ukuran ukuran ini menandakan bahwa doa doanya diterima oleh dewa dewi, God, Tuhan dan berbagai sebutan sebutan yang lainnya dengan begitu mereka disegani masyarakat, kata katanya didengar dan menjadi tempat rujukan berbagai masalah dan konfilk. Nah Tuhan mengutus NabiNya dalam rangka memimpin manusia, ummat maka dia harus didengar, jadi panutan, maka caranya? Dia harus mampu memenuhi ukuran ukuran yang berkembang pada masanya. Atau fasyen yang sedang menjadi ukuran kelayakan untuk disebut pemimpin. Untuk itulah beberapa nabi diutus dengan jalan seperti itu, sebut saja nabi Daud as yang mempunyai 99 istri, beliau menikahi banyak wanita demi memenuhi tuntutan kelayakan pemimpin atau raja pada masanya, jika dia tidak memenuhi kriteria itu maka masyakarat akan mudah dihasut "wah raja apaan itu, istri saja satu orang?" Ini akan menjadi jalan ketidakstabilan masyarakat, sebab tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih kuno menyebabkan nilai ukurnya juga masih kuno.
Maka ukuran modern saat ini tidak bisa dijadikan acuan dalam mengukur nilai nilai pada masa lalu karena akan terlihat tidak ideal bahkan jauh dari kepantasan. Sebab nilai hari ini didasarkan pada tingkat pendidikan yang tinggi, sedang masyarakat pada waktu dulu pendidikannya sangat jauh tertinggal dari saat ini.
Demikian pula nabi Muhammad Saw pada masanya, nilai nilai diatas masih kental dan menjadi ukuran kepantasan dalam memimpin, maka itulah beliau memiliki banyak istri demi menjaga marwah seorang pemimpin yang nilainya diukur dari bayaknya istri, budak dan harta
Lihat kisah nabi Isa as beliau ditampilkan melawan fasyen yang ada pada masanya maka tidak berlangsung lama kepemimpinannya karena dia hanya didukung oleh orang orang kecil dan lemah dari golongan gelandangan dan budak yang mengakibatkan dirinya ditolak oleh kaum menengah dan kaum atas yang menganggapnya tidak layak menyandang diri sebagai pemimpin, king atau raja. Padahal dua kaum ini (menengah dan atas) merupakan penopang penting dalam sebuah pergerakan. Akibatnya? Dia tanpa dukungan kekuatan melawan arus dengan berbekal kekuatan yang sangat kecil, pada akhirnya? Dia harus melewati penganiayaan yang sangat brutal.
Karena pengalaman pahit itulah maka nabi terakhir harus dapat mampu mengikuti fasyen dalam ukuran kapantasan dan kewajaran pada masanya agar mendapat dukungan kelas menengah dan atas (aristokrat)
Untuk itulah kita akan dapati bagi bagi budak dalam kemenangan peperangan kepada pendukungnya karena harus memenuhi keinginan ummat dan kaum aristokrat, kemudian memiliki istri hingga selusin lebih demi tuntutan kepantasan pada masanya sebagai seorang leader. Jika tidak maka kepemimpinannya akan mudah digoyahkan dan diberangus sehingga misi Tuhan akan gagal dijalankan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar