Sabtu, 06 April 2019

Konsekwensi kekuasaan

Jika seorang mukmin ditanya pelajaran apa yang didapat dari surat Yusuf atau kisah Nabi Yusuf pasti hanya seputar mukjizat Yusuf as yang bisa menafsir mimpi, kisah yusuf digoda dan kesabaran nabi Ya'qub yang kehilangan putra tercintanya, dan satu lagi tentang ketampanan nabi Yusuf tentunya. Padahal dalam surat Yusuf terdapat pelajaran maha berharga bagi manusia sampai kapanpun yaitu tentang kekuasaan. Konsekwensi ketika berkuasa, lebih tepatnya

Pertama boleh menghukum dengan selain hukum Allah

Nabi Yusuf (Yūsuf):76 - Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut UNDANG-UNDANG RAJA, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.

Nabi Yusuf memerintah dengan undang undang Raja bukan dengan undang undang Allah dalam kitab nabi nabi, sedangkan Raja saat itu kafir, bukan orang beriman. Lebih tepatnya Firaun atau raja mesir

Sehingga ada ungkapan, bahwa tiada hukum selain hukum Allah adalah bathil, sebab bisa seseorang berhukum selain hukum Allah, yaitu hukum para Raja atau hukum pemenang perang. Ini agar terciptanya keteraturan hidup dan kerukunan, bahwa siapa yang memenangkan perang maka hukumnyalah yang berdaulat. Di Negeri ini yang memenangkan perang adalah rakyat Indonesia maka hukum rakyatlah yang berdaulat

Kedua, setiap yang berkuasa pasti akan menarik keluarganya, ibu bapaknya, saudara saudaranya ke wilayah kekuasaan dan ikut berkuasa

Nabi Yusuf (Yūsuf):90 - Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"

Nabi Yusuf (Yūsuf):100 - Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Siapapun dia, tak terkecuali manusia setingkat nabi sekalipun pasti menaikkan ibu bapaknya kesinggasana saat dia berkuasa, artinya wejangan wejangan, nasehat nasehat, pesan pesan, tradisi, budaya ayah ibunya yang dia pakai dalam berkuasa. Makanya ada yang namanya islam kejawen, karena saat raja raja jawa memeluk islam, tradisi ayah ibu yang masih tradisi hindu budha ikut dinaikkan dalam kekuasaan islam jawa. Nah bagaimana jika ayah ibunya nasrani? Pasti tradisi nasrani yang diangkat dalam kekuasaan, begitupun sebaliknya jika ayah ibunya islam maka tradisi islamlah yang dipakai dalam menjalankan kekuasaannya

Karena itulah memilih pemimpin semisal presiden patut diteliti, agama apa ayah ibunya?. Dia bisa saja muaallaf tapi untuk berkuasa atau memegang kekuasaan sangat tidak diperkenankan untuk diberikan, sebab tradisi ayah dan ibunya akan mewarnai kekuasaannya.

Muallaf semata mata karena lillahi ta'ala saja patut dihindarkan dari memegang kekuasaan apalagi muallaf muallafan, atau muallaf (hijrah) karena harta tahta dan wanita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar