Jamaah Tabligh + PKS + Mimpi => Syiah bag 2
Satu mukjizat sama dgn 1000 karomah, satu koromah sama dgn 1000 keajaiban, itulah sepenggal isi bayan (ceramah) magrib di al markas jamaah tabligh di tahun 2003, "setiap orang bisa mendapatkan karomah dgn melakukan amalan istiqomah, misalnya dgn istiqomah menzikirkan basmalah setiap hari di waktu dan jam yang sama maka basmalah itu akan menjadi karomah bagi orang itu. Misalnya dgn mengucapkan bismillah dia bisa mengubah sesuatu"
Saya tertarik untuk mengujinya, saya pun memilih amalan apa yang harus saya pilih untuk menjadi amalan istiqomah itu? Sholat sdh istiqomah di masjid di awal waktu, zikir pagi petang pun sdh istiqomah saya lakukan, baca qur'an pun demikian, da'wah juga sudah istiqomah. Rasa rasanya semua sudah istiqomah. Apa ya yg belum istiqomah? Ahh sholat tahajjud, masih bolong bolong. Akhirnya saya pun memulai dgn sholat tahajjud setiap jam 2 malam sampai jam 3 malam untuk sholat tahajjud, alhamdulillah tanpa bolong saya lakukan setiap malam dgn harapan tahajudku bisa jd karomah bagiku, artinya dgn Tahajjud saya bisa mengubah sesuatu. Al hasil saya upayakan istiqomah. Selain itu saya pun memberi makan jamaah sholat subuh dengan roti goreng dua nampan dan teh panas satu teko setiap hari, itu secara perlahan jg menjadi amalan istiqomah saya. Kedua amalan istiqomah ini saya kerjakan sampai kurang lebih 6 bulan, sampai kemudian saya kedatangan seorang tua dalam mimpiku. "Assalamualaikum nak km besok akan berpakaian telanjang"
Ha?? Maksudnya apa? "Tubuh ini pakaian Ruh, besok kamu akan mati"
Jegleg! Saya terbangun dangan perasaan bingung, "mati?" Waduh, gimana ini?
Ada perasaan senang, krn saya insyaallah akan meraih kemenangan di akhirat krn semua waktuku habis untuk agama, untuk ketaatan, ketaqwaan. Tapi dilain sisi saya sedih karena adik adikku semua masih kecil kecil, cewek cewek lg, waduh siapa yang akan melindungi mereka jika diganggu orang? Sedangkan kami anak anak yatim? Saya kk sekaligus ayah bagi mereka, kasian mereka, bgt pun ibuku, siapa yang akan jadi pembelanya jika ada yg berbuat seenaknya? Itulah yg akhirnya membuatku mengurungkan diri untuk menyambut kematian. Saya ajukan usulan kepada teman untuk bersilaturahmi demi memanjangkan usia, sebab nabi pernah bersabda bahwa silaturahmi bisa memanjangkan usia.
Akhirnya kami bersilaturahmi malam harinya di rumah salah seorang teman, namanya pak la kabelo, dua jam kami silaturahmi dan pulang.
Sambil salaman saya memohon maaf kepada semua teman, mereka cuma heran dan bertanya "ada apa gerangan?"
Begitupun dengan ibu tercinta ku, kucium tangannya dan memohon maaf, tanpa menjelaskan bahwa malam itu saya akan mati.
Sayapun sholat tobat, sholat hajat dan memohon kepada Allah agar mati dalam khusnul khatimah " Ya Allah jika ada satu amal ibadahku yg pernah membuat diriMu ridho, mohon jadikan itu sebagai sebab diriku mati dalam kebaikan"
Saya menulis wasiat dikertas "ma mohon maaf, tolong bayarkan utangku 170.000 kepada H. La rani" saya menaruhya di bawah bantal.
Saya lalu membaca 3 qul, surat al ihlas, al falaq, an nas lalu meniupkan ditangan dan menyapukan ke sekeujur tubuh agar terhindar dari gangguan jin dan syaitan. Saat itu jam 11 malam, Sambil berzikir "la ilaha ilalllah" saya pejamkan mata dan membaca "bismika allahumma ahya wa amut" (dgn nama Allah saya hidup dan mati) perlahan dan terus menerus berzikir.. hingga mungkin saat saya tertidur atau mati suri?.. yg jelas tiba tiba saya bagai mimpi, saya melayang keluar kamar menembus tembok dan atap, terbang melewati pohon mangga di depan rumah ku dan turun ke sebuah kapal kecil sekitar 10 meteran. Dalam kapal itu ada 4 org, dua org sedang berkejar kejaran memperebutkan sesuatu, entah itu apa sya tdk mengerti, sedang yg dua lagi sedang duduk ketakutan didepan ruang nahkoda.. entah berapa lama saya di kapal itu hingga saya merasa dingin, badanku dingin, dan saya perhatikan badanku tdk memakai baju.. lalu saya berkata kepada orang di dalam kapal "eh sabar ya saya mau pakai baju dulu, gak sopan jika berangkat gak pakai baju" lalu saya turun..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar