Sabtu, 10 Juni 2017

IMAM ALI ADALAH RAHMAT (bag:2)

Imam Ali as adalah Rahmat bagi Nabi Muhammad saw
Imam Ali as adalah rasul saksi bagi tugas kenabian Muhammad saw.

Dialah seutama utama mahluk setelah Rasulullah saw, dialah sang Imam, sang matahari yg mengitari kerajaan Allah dibumi (Nabi Muhammad saw). Dialah yg mengetahui ilmu kitab kitab terdahulu. Dialah yg Nabi Muhammad saw diperintahkan bertanya kepadanya jika ada hal hal yg tdk diketahui dari keterangan keterangan dan Kitab kitab Allah.

Dialah yg keutamaannya melebihi nabi nabi terdahulu.

IMAM ALI AS LEBIH UTAMA

Sha'sha'ah bin Shuhan adalah salah seorang sahabat terkemuka Imam Ali as. Suatu hari ia bertanya kepada Imam Ali :

"Wahai Amirul Mukminin! Tolong beritahu aku, siapa yang lebih utama, engkau ataukah Adam as?"

Imam Ali as berkata:

"Orang yang menganggap dirinya suci itu tidak baik. Dan seandainya tidak ada firman Allah azza wa jalla,

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menceritakannya.

(QS al-Dhuha [93]:11)

Niscaya aku tidak akan menjawab pertanyaanmu wahai Sha'sha'ah.
Aku lebih utama dari Adam karena Allah Swt membolehkan bagi Adam segala makanan yang baik yang berlimpah di surga dan DIA hanya melarang Adam untuk makan gandum, akan tetapi Adam menentang Tuhannya dan memakannya.

Adapun aku, Tuhanku tidak melarangku untuk memakan makanan-makanan yang baik dan Tuhanku juga tidak melarang aku untuk memakan gandum, namun aku menghindar darinya secara sukarela".

Sha'sha'ah bertanya:
"Engkau lebih utama atau Nuh as?"

Imam Ali as menjawab:

"Aku lebih utama dari Nuh. Ia memikul beban dakwah menyeru kaumnya. Namun ketika ia melihat pembangkangan mereka atas dakwahnya, ia mendoakan keburukan atas  mereka dan tidak bersabar disakiti kaumnya.
Tentang ini Allah berfirman,

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."

(QS Nuh [71]:26)

Akan tetapi setelah Rasul saw wafat aku menderita disakiti kaumku, pembangkangan mereka, dan mereka banyak menzalimi aku namun aku bersabar atas semua itu dan tidak mendoakan keburukan atas mereka.
Adapun putra Nuh menjadi seorang kafir, sedangkan kedua putraku (Hasan dan Husein) menjadi pemuka-pemuka para pemuda penghuni surga".

Sha'sha'ah bertanya:
"Engkau lebih utama ataukah Ibrahim as?"

Imam Ali as menjawab:

"Aku lebih utama, karena Ibrahim berkata,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ

Dan ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati!" Allah berfirman, "Tidakkah engkau yakin?" Ibrahim menjawab, "Tentu aku yakin, akan tetapi agar hatiku menjadi mantap."

(QS al-Baqarah [2]:260)

Akan tetapi aku telah katakan dan akan tetap berkata, "Seandainya penutup [hijab] disingkapkan bagiku, itu tidak menambah keyakinanku (keyakinanku sudah mantap)."

Sha'sha'ah bertanya:
"Engkau lebih utama atau Musa as?"

Imam Ali as menjawab:

"Aku lebih utama dari Musa, karena Allah Swt ketika menyuruhnya pergi kepada Fir'aun  untuk menyampaikan risalah-Nya,

قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ

Musa berkata, "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku."

(QS al-Qashash [28]:33)

Akan tetapi aku ketika kekasihku Rasulullah saw menyuruhku atas perintah Allah azza wa jalla untuk menyampaikan Surah al-Bara'ah kepada kaum musyrik Mekah, aku pun pergi.

Akulah orang yang banyak membunuh kaum lelaki mereka dan para jawara mereka. Namun dengan semua fakta itu, aku pergi seorang diri tanpa sedikit pun rasa takut. Aku berdiri di tengah kerumunan mereka, dan dengan meninggikan suaraku aku membacakan ayat-ayat Surah al-Bara'ah, dan mereka semua mendengarnya".

Sha'sha'ah bertanya:
"Engkau lebih utama atau Isa as?"

Imam Ali as menjawab:

"Aku lebih utama, karena Maryam as ketika akan melahirkan Isa sedang berada di Baitul Muqaddis, tiba-tiba terdengar seruan, 'Wahai Maryam, keluarlah dari Rumah (Allah). Disini tempat ibadah, bukan tempat melahirkan. Maka Maryam pun keluar,

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ

Lalu rasa sakit akan melahirkan anak [kontraksi] memaksanya [Maryam] bersandar pada pangkal pohon kurma.
(QS Maryam [19]:23)

Akan tetapi ibuku Fathimah binti Asad ketika menjelang melahirkan aku, pergi ke Baitullah,  berlindung ke Ka'bah dan memohon kepada Tuhannya untuk memudahkan proses melahirkan, lalu tiba-tiba dinding Ka'bah terbelah dan terdengar seruan, 'Wahai Fathimah, masuklah!'

Ibuku Fathimah masuk ke dalamnya dan dinding itu kembali tertutup seperti semula, lalu ibuku melahirkan aku di Rumah Allah. Dan tidak ada seorang pun yang memiliki keutamaan ini sebelum maupun sesudahku".

[📚 Al-Anwar Al-Nu'maniyyah, Syekh Ni'matullah Jazairi,  jilid 1 halaman 27]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar