Jika sumbu pelita A dibakar maka menghasilkan api A, maksudnya api yang bersumber dari sumbu A, demikian pula jika membakar sumbu B, maka menghasilkan api B, dan seterusnya sumbu C, D hingga sumbu z. Lalu gimanakah jika semua sumbu pelita itu didekatkan seperti pada kompor sumbu? Jika apinya masih kecil kita bisa melihat api A (api yg dinyalakan di sumbu A), api B, C dst. Tapi jika telah menyalah besar maka semua api itu akan menyatu sehingga tidak bisa lagi dibedakan mana api A, B, C dst. Semua menyatu manunggal wujud, satu wujud api.
Mengapa Allah mengatakan DiriNya dengan Api?
Ţāhā:11 - Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
Ţāhā:12 - Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
Ini bertujuan agar manusia bisa memahami ada satu resiko besar jika berani menyentuh Allah secara langsung
Semua orang pasti tau karakter api, panas, membakar dan tidak bisa dipegang, sekalipun api itu tidak membakar atau panas sekalipun.
Untuk memegang atau berinteraksi dengan api maka harus memakai perantara atau wasilah, atau jalan mendekat kepada Api, jika tidak akan terbakar, sebab akan terjadi penyatuan antara tangan dan api itu sendiri dalam kobaran api jika berani memegang langsung api dengan tangan kosong atau tanpa perantara
Iblis sebelum dilaknat, beribadah langsung dihadapan Allah, Api dalam dirinya menyatu dengan Api yang ada pada Allah, sebab api bersumber dari Allah, nar dan nur satu wujud dengan karakter terbalik satu sama lain. Api dirinya dan Api Allah berkobar menyatu sehingga manunggal menyebabkan dirinya merasa menjadi seperti Allah. Merasa diri besar dan agung, angkuh dan sombong, karena memang sifat ini juga berasal dari Allah karena Allah jugalah pencipta sifat tersebut karena Dia Maha Pencipta.
Merasa besar diri karena penyatuannya bersama Allah menyebabkan dirinya enggan sujud kepada adam yang dirinya dianggap hanya wujud yang berasal dari tanah, sisa sisa pemadaman api api bangsa jin di muka bumi
Inilah akibat atau resiko yang terjadi
Maka itulah Allah menyatakan agar api dalam diri hamba hambanya tidak menyatu lansung kepadaNya dan bisa menyebabkan diri angkuh layaknya iblis maka Allah menjadikan perantara antara hamba dan DiriNya, laksana pelita yang dipisahkan dengan api yang lain agar tidak terjadi penyatuan langsung. Perantara itu disebut Allah dengan istilah kaca
Cahaya (An-Nūr):35 - Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kaca inilah perantara atau wasilah atau jalan bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
Jamuan (Al-Mā'idah):35 - Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
siapa kaca kaca yang dimaksud? Dialah para rasul rasulNya, seperti Nabi Muhammad saw dan ahlulbaitnya, atau 12 imam, 12 khilafah, oleh karena itulah kita diwajibkan sholawat kepada nabi saw dan keluarganya, jika tidak maka kita akan mirip dengan iblis
merasa menjadi pemilik surga, yang tidak seiman dengan kita serasa halal dibunuh daripada mencemari dunia, ini tanda tanda anda beribadah padaNya tapi malah menjadikan anda semakin terbakar dalam sifat sombong dan berujung pada menuhankan diri sendiri
Inilah islam kebanyakan, meninggalkan kaca pengaman bagi dirinya sendiri
jadi ketaatan kepada Allah harus dibungkus dengan ketaatan kepada Rasul dan ulil Amri. Tidak bisa hanya pemurnian ketaatan kepada Allah saja, melainkan harus dibungkus dengan ketaatan kepada nabi dan ahlulbaitnya sebegaimana bumi harus dibungkus atmosfer untuk berinteraksi dengan matahari