Perang fisik adalah jalan merebut kedaulatan
Yang kalah wajib taat, yang menang dialah yang berdaulat. Sejatinya yang kalah telah mati atau terbunuh atau diampuni dengan catatan taat dan patuh (budak) sampai dibebaskan oleh pemegang kedaulatannya.
Lebah (An-Naĥl):71 - Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?.
Itu artinya Allah mengakui para pemenang perang dan mengakui keberadaan budak sebagai mereka yang kalah dalam peperangan. Diberikan kesempatan hidup tapi tidak merdeka secera politik. Ini diperlukan demi keteraturan manusia itu sendiri, jika tidak diakui maka bunuh bunuhan tidak akan pernah berhenti. Yang kuat akan terus memaksa menunjukkan kekuatannya dan yang kalah sendiri tidak mau tunduk tunduk, maka akan runyam tiada akhir, maka harus ada yang menang dan harus ada yang tunduk, barulah perang berhenti, kerunyaman mereda, dan kehidupan normal kembali. Yang tunduk boleh mengajukan perlawanan jika mereka telah kuat nantinya, tapi tidak bisa terus terusan melawan jika dalam keadaan lemah karena akan tercipta kezalimam dan penganiayaan tak seimbang, maka jika kalah harus mengaku kalah dan tunduk, soal nanti akan bangkit melawan ya itu urusan lain, yang jelas ketika kalah, harus legowo.
Politik di indonesia runyam dan makin parah karena kubuh prabowo yang kemarin kalah tidak mau mengaku kekalahannya dan selalu melawan sekalipun dalam keadaan lemah, ini tidak boleh karena akan menciptakan perang tanpa akhir dan kehidupan tidak bisa berjalan normal.
Maka dalam perang ada etika yang kalah harus mengaku kalah dan legowo
Nah seperti itulah perang fisik. Harus yang kalah akui kekalahan dan kemerdekaannya dipegang oleh pemegang kedaulatan (pemenang perang) mereka harus kerja, mengolah lahan, dll
Perang fisik sejatinya telah dikonversi kedalam perang modern yaitu perang politik. Maka seharusnya yang kalah secara politik tidak boleh bangkit lagi, cukup satu pemenang jika muncul terus lawan politik maka kehidupan tidak bisa normal. Maka seharusnya hanya satu pemenang perang baik perang fisik maupun perang politik
Misalnya A, B, dan C perang secara politik maka yang menang A maka B dan C harus secara legowo bubar dan menjadi pekerja, angkat cangkul, garap lahan, pemenang A yang memegang kedaulatan pemerintahan
Maka partai A saja yang hidup menyusun aturan dan mengatur pemerintahan.
Lalu rakyat yang lain? Ya jika dia berasal dari partai yang kalah ya sdh gak punya hak lagi. Sebab jika pertandingan gak ada yang menang maka gak habis habis pertandingan maka kapan pemerintahan bisa berjalan?
Maka harus satu partai berkuasa misalnya sampai 20 atau 25 tahun, lalu dikocok ulang atau perang ulang lewat pesta demokrasi. Hal ini akan sangat efektif dalam membangun negara ketimbang banyak partai yang tanpa henti berperang secara politik
kepemilikan kedaulatan kedalam satu tangan atau satu partai lebih sangat maslahat ketimbang kedaulatan ditangan banyak partai
Rombongan-rombongan (Az-Zumar):29 - Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Lalu bagaimana pengaturannya? Ya undang undang dibuat yang tidak bisa diubah oleh partai penguasa, kecuali melibatkan semua rakyat dalam rapat 25 tahunan.
Lihat cina, satu partai, maka melejit menjadi super power, karena negara tidak disibukkan dengan parang politik tiada akhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar