Jumat, 03 Juli 2020

TAWASSUL DENGAN AL QURAN DAN AHLULBAIT AS


👉Ketika bertawassul dengan Al-Quran dan para manusia suci dengan menghadapkan Al-Quran ke wajah dan meletakannya ke atas kepala, beberapa kaum muslimin mengkritisi hal tersebut sebagai penghinaan terhadap Al-Quran, bahkan ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah Bid'ah

👉Al-Quran itu untuk dibaca, bukan untuk diletakan diatas kepala, ujar kaum-kaum Wahabi dan para pembenci keluarga nabi muhammad saww didalam ceramah-ceramah mereka. 

👉Tentu kita sepakat bahwa Al-Quran selain untuk dibaca adalah untuk diamalkan didalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan para pecinta Ahlulbayt as lebih mengamalkan apa-apa yang diperintahkan Al-Quran dengan mengikuti orang-orang yang telah disucikan Allah swt dalam mengamalkannya di keseharian mereka.

👉Sering kita mendengar sebuah kaidah ushul Fiqih, bahwa pada hakikatnya segala sesuatu diperbolehkan, sampai datang nash yang mengharamkannya.

کل الشیء مباح فی الاصل ما لم یرد فی تحریمه

“Segala sesuatu Mubah (Diperbolehkan) selama belum ada dalil pengharamannya”

👉Untuk itu, adakah dalil yang mengharamkan meletakan Al-Quran diatas kepala? Terlebih meletakan diatas kepala, bukan untuk niatan menghina atau merendahkan, melainkan untuk mengagungkan dan mengambil perantara dengan Al-Quran yang mulia.

👉Adakah dalil dari Rasulullah saww dan para sahabatnya bahwa meletakan Al-Quran diatas kepala adalah haram menurut syariat?

👉 Bukan saja tidak haram, bahkan hal tersebut dianjurkan karena banyak sekali hadis shahih dari kitab saudara kita Ahlu Sunnah waljamaah meriwayatkan bahwa Sayidina Ali bin abi thalib meletakan Al-Quran diatas kepala mulia beliau.

👉Abu Yusuf Al-Fasawi didalam kitab Al-Makrifah wa Tarikh
Abu Yusuf Al-Fasawi didalam kitab Al-Makrifah wa Tarikh
Abu Yusuf Al-Fasawi didalam kitab Al-Makrifah wa Tarikh dengan sanad shahih menurut persyaratan Bukhari-Muslim menulis:

عَنْ أَبِي صَالِحٍ الْحَنَفِيِّ، قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ عليه السلام أَخَذَ الْمُصْحَفَ فَوَضَعَهُ عَلَي رَأْسِهِ حَتَّي لَأَرَي وَرَقَهُ يَتَقَعْقَعُ، ثُمَّ قَالَ: " اللَّهُمَّ إِنَّهُمْ مَنَعُونِي أَنْ أَقُومَ فِي الْأُمَّةِ بِمَا فِيهِ، فَأَعْطِنِي ثَوَابَ مَا فِيهِ ... .
(الفسوي ، أبو يوسف يعقوب بن سفيان (متوفاي277هـ) ، المعرفة والتاريخ، ج 2، ص751، تحقيق: الدكتور أكرم ضياء العمري ، ناشر: ناشر: مكتة الدار ـ المدينة المنورة ، الطبعة الأولي ، 1410هـ )

Dari Abu Shaleh al-hanafi beliau berkata, “ Aku melihat  Amirul muminin Ali bin Abi Thalib as mengambil Mushaf Al-Quran lalu meletakannya di atas kepala beliau sampai aku mendengar suara-suara kertas mushaf bergesekan satu sama lain. Kemudia beliau berkata, “ Ya Allah! Mereka telah melarangku untuk memimpin umat ini, untuk itu, berikanlah aku pahala atas kesabaran dan ketabahanku…”

👉(Al-Fasawi, Abu yusuf yaqub bin sufyan (W277H), Al-Makrifah wa Tarikh, juz.2, hal.751, Peneliti: Doktor Akram Dhiya, Penerbit: Maktabah Dar, Madinah Munawwarah, Cetakan pertama, Tahun 1410 H)

👉Begitu pula Ibn Kastir meriwayatkan hadis diatas didalam kitabnya Al-Bidayah wa Nihayah, Juz.7, hal. 610, Penerbit: Maktabah Al-maarif-Beirut- Libanon.

👉Adapun dari sisi sanad, menurut persyaratan Bukhari-Muslim adalah shahih dan terpecaya. Tentunya tidak mungkin satu-persatu kita akan bahas disini terkait ilmu Jarh wa Tadil. Namun untuk melengkapi pembahasan, kita akan bahas masalah sanad secara ringkas:

1. Perawi hadist diatas yang pertama adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Yahya bin amr bin uwais bin saad bin abi sarh. Beliau adalah terpecaya dan dipakai riwayatnya oleh Bukhari, muslim dan penulis Shihah lainnya. (Al-Kasyif fi makrifah man lahu riwayah fil kutubi Al-Sittah, juz 1 hal.656)

2. Perawi diatas yang kedua adalah Ibrahim bin saad bin Ibrahim bin abdirahman bin auf. Beliau adalah terpecaya dan riwayatnya di pakai pula oleh Bukhari-Muslim. (Taqrib Tahdzib, Juz.1 hal.89)

3. Muhammad bin Ubaidullah Al-saqafi adalah periwayat ketiga yang menurut persyaratan bukhari-muslim adalah perawi terpecaya. (Taqrib Tahdzib, Juz.1 hal.494, No.6107)

4. Perawi terakhir adalah Abdurahman bin Qais Abu Shaleh Al-hanafi. Beliau adalah perawi terpecaya menurut persyaratan Bukhari-Muslim. (Al-Kasyif, Juz.1 hal.641, no.3295)

👉Untuk itu meletakan Al-Quran diatas kepala bukanlah hal haram, melainkan Mubah. Lebih dari itu, amal perbuatan tersebut adalah sunah yang pernah dilakukan washi Nabi muhammad saww yaitu Amirul muminin Ali bin abithalib as di setiap malam-malam munajatnya dengan Allah swt.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ عَجِّلْ فَرَجَهُمْ
 وَأَهْلِكْ عَدُوَّهُمْ مِنَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ

By FB (Raden Mas Joko Syahid)
https://www.facebook.com/100034911550375/posts/308485996991783/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar