Kaum Nawâshib Memberantas Hadis Keutmaan Imam Ali as
Selamanya kaum munafik tidak akan pernah mencintai Imam Ali as…. semua upaya mereka hanya akan tercurah pada bagaimana mereka dapat melampiaskan kedengkian dan kebencian mereka kepada Imam Ali as. dengan berbagai cara:
(1) Melaknati dan memerintah kaum Muslim untuk mentradisikan pelaknatan Imam Ali as., seperti apaa yang ditradisikan oleh Mu’awiyah dan para raja bani Umayyah tekutuk!
(2) Mengejar-ngejar dan membantai para pecinta Imam Ali as. seperti apaa yang ditradisikan oleh Mu’awiyah dan para raja bani Umayyah tekutuk serta sebagian raja bani Abbas!
(3) Mengintimidasi dan menghukum siapa saja yang dituduh mencintai Imam Ali dan Ahlulbait as.
(4) Menuduh siapa saja yang mencintai Imam Ali dan Ahlulbait dengan berbagai tuduhan kejam, seperti Syi’ah atau Rafidhah!
(5) Mencacat siapa saja yang meriwayatkan hadis-hadis Nabi saw. tentang keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait dengan berbagai pencacatan tidak berdasar dan palsudan sekaligus menuduhnya sebagai Syi’ah atau Rafidhah!
(6) Memusnahkan atau merahasiakan sebisa mungkin hadis-hadis Nabi saw. tentang keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. agar tidak menyebar dan mengguga kesadaran umat Islam akan kemuliaan keistimewaan Ahlulbait as.
(7) Menyebarkan hadis-hadis palsu keutamaan musuh-musuh Imam Ali dan Ahlulbait as. sebagai usaha menndingi keisitimewaan Imam Ali dan Ahlulbait as.
(8) Dll.
Pengaruh fitnah mereka ini sangat besar sekali, sehingga tanpa disadari telah menyelinap ke kalangan sebagia Ahlusunnah dan mempengaruhi alur berpikir sebagian mereka.
Dalam makalah ini saya akan sajikan bebarapa kasus kekejaman para tiran dan para ulama Nawâshib (yang mengaku Ahlusunnah, tapi saya yakin mereka bukan Ahlusunnah) dalam memerangi Sunnah Nabi saw. tentang keutamaan Imam Ali as.
Contoh Kekejaman Para Penguasa Tiran
Kekejaman para penguasa tiran terhadap para pecinta Nabi saw. dan keluarga suci kenabian tidak hanya terbatas pada para penguasa rezim Umayyah. Para penguasa rezim Abbasiyah juga tidak ketinggalan dalam menekan, mengintimidasi serta menyiksa siapa saja yang berani-berani berjuang dalam menyampaikan sunnah Nabi saw. tentang keutamaan Ahlulbait as.
Banyak kisah sedih kekejaman para penguasa dan aparatnya dalam rangka membrangus sabda-sabda suci Nabi saw. dan dalam usaha mereka untuk menyegel mulut-mulut para muhaddis agar tidak menyebar luaskannya.
Di bawah ini saya akan sebutkan kisah perjuangan Nashr ibn Ali (seorang ulama) dalam penyampaikan sebuah hadis suci Nabi saw. yang mendapat siksa keras agar membuatnya dan rekan-rekan sejawatnya jerah!
Kisah Perjuangan Nasr ibn Ali Dalam Menyebarkan Hadis Kutamaan Imam Ali as.
At Turmudzi dan para muhaddis lain meriwayatkan dari Nashr ibn Ali al Jahdhami, ia berkata, Ali ibn Ja’far[1] telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ’saudaraku Musa mengabarkan kepadaku dari Ja’far ibn Muhammad ayah beliau dari ayah beliau Muhammad ibn Ali dari ayah beliau Ali ibn Husain dari ayah beliau dari kakek beliau Ali ibn Abi Thalib bahwa Rasulullah saw. memegang tangan Hasan dan Husain lalu bersabda:
مَنْ أَحَبَّنِيْ وَ أحبَّ هَذَيْنِ و أباهُما وَ اُمَّهُما كان مَعِيْ في درجَتِيْ يومَ القيامةِ
“Barang siapa mencintaiku dan mencintai kedua anak ini, ayah dan ibu keduanya maka ia bersamaku satu derajat denganku kelak di hari kiamat.”[2]
Al Khathib al Baghdâdi dalam Tarikhnya meriwayatkan, “Abu Abd. Rahman ibn Abd. Allah berkata, ‘Ketika Nashr menyampaikan hadis ini, Al Mutawakkil[3] memerintahkan agar ia dicambuk seribu cambukan. Ja’fa ibn Abd. Al Wahid memohon kepada Al Mutawakkil agar membatalkan hukuman itu, ia berkata kepadanya, ‘Dia adalah seorang dari Ahlulsunnah!’ Al Mutawakkil tetap memerintahkan agar Nashr terus dicambuk, dan Ja’far pun terus memohon dan akhirnya cambukan itu dihentikan… Al Khathib berkata, “Al Mutawakkil memerintahkan agar Nashr dihukum cambuk karena ia menyangkannya sebagai seorang rafidhi, namun setelah ia yakin bahwa Nashr dari Ahlusunnah ia hentikan.”[4]
Apa yang aneh dan membuat Al Mutawakkil begitu murka! Apakah kandungan hadis ini bertentangan dengan Al quran dan sunah Nabi saw?! Atau para perawi yang menjadi perantara periwayatan hadis ini para pembohong?! Bukankan mereka adalah para panutan umat dari keturunan Rasulullah saw. yang telah disepakati para ulama akan kejujuran dan keagungan mereka?!
Coba pembaca perhatikan kembali nama-nama perawi hadis ini! Bukankah Anda temukan nama-nama harum dari putra-putra Rasulullah saw.; 1) Ali ibn Ja’far (kakek seluruh dzurriyyah/para saadah asal Hadhramaut) yang sangat diagungkan umat, 2) Imam Musa Al Kadzim as., 3) Imam Ja’far ash Shadiq as.,4) Imam Muhammad Al Baqir as., 5) Imam Ali Zainal Abidin ibn Husain as., 6) Imam Husain as., 7) Imam Ali as.
Inilah salah satu bukti kekejaman Al Mutawakkil. Dan apabila Anda bertanya kepada sebagian ulama, siapa sejatinya al Mutawakkil itu? Apa jasa-jasanya terhadap kemurnian sunnah? Pastilah mereka akan mengatakan, “Ia adalah Khalifah yang sangat besar perhatiannya terhadap sunnah Nabi!”. Al Suyuthi berkata, Al Mutawakkil dibai’at setelah kematian Al Watsiq, bulan Dzul Hijjah tahun232 H. Segera setelah itu ia menampakkan kecenderungannya kepada sunnah, membela ahlinya dan meniadakan mihnah, ujian (penyiksaan/cobaan) atas mereka!…. Sampai-sampai orang-orang berkata, “Para Khalifah itu ada tiga; Abu Bakar dalam memerangi orang-orang murtad, Umar ibn Abd. Aziz dalam mengembalikan hak kepada orang yang dizalimi dan Al Mutawakkil dalam menghidupkan sunnah dan mematikan faham Tajahhum (Mu’tazilah)”.![5]
Apakah Sunnah yang sedang diperjuangkan oleh al Mutawakkil itu? Jika benar ia memperjuangkan Sunnah Nabi saw. mengapakah ia menyiksa seorang alim yang dengan hati tulus meriwayatkan hadis keutamaan Ahlulbait Nabi as.?! Atau Sunnah yang dimaksud adalah Sunnah bani Umayyah dan para Munafik?
________________________________________
[1] Ali ibn Ja’far adalah putra bungsu Imam Ja’far as., ia dikenal sangat alim, rendah hati, dan teladan dalam ketaqwaan. Ia diberkahi umurnya sehingga hidup sezaman dengan Imam Jawad putra Imam Ali Ar Ridha putra Imam Musa Al Kadzim (kakak Ali ibn Ja’far ra.) dan meyakini keimamahannya walaupun dari sisi kekeluargaan beliau adalah berpangkat kakek sepupu terhadap Imam Jawad as. Ditegaskan oleh para sejarawan dari kaum Sâdah sendiri, seperti Al Syilli dalam Masyra’ ar Râwi bahwa beliau bermazhab Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah Itsnâsyariyah. Beliau adalah kakek para sâdah (para sayid keturunan Rasulullah saw.) yang tinggal di Hadhramaut dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam, seperti Indonesia, Malaysia, beberapa negara di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika dll.
[2] At Tirmidzi dalam Sunan (dengan syarah al Mubârakfûri).10, 237, Manâqib Ali ibn Abi Thalib, bab 93 hadis 3816, Ahmad dalam Musnad,1.168 hadis 576, Fadhail al Shahabah.2,694 hadis 1185, Al Khathib, Tarikh Baghdad, 13/287, Ibnu Asakir, Tarikh Damaskus, pada biodata Imam Hasan: 52 hadis 95 dan 96 dan Al Khawarizmi dalam Manâqib:138 hadis 156, Ibnu Al Maghazili dalam Manâqib:370, Abu Nu’aim dalam Tarikh Ishfahan:1192,dll.
[3] Al Mutawakkil nama lengkapnya Ja’far Abu Al Fadhl ibnu Al Mu’tashim ibn Harun Ar Rasyid. Ia dibaiat sebagai Khalifah setelah Al Wastiq pada bulan Dzul Hijjah tahun 232H. Para Ulama Sunni menyebut Al Mutawakkil sebagai “Khalifah Rasulullah” yang sangat consen terhadap kemurnian sunnah Nabi saw. mereka memuja dan menyanjungnya dan menggelarinya sebagai penyegar sunah dan pemberantas bid’ah!! (Baca sebagai contoh Tarikh al Khulafâ’; As Suyuthi:320).
[4] Al Khathib, Tarikh Baghdad,13/289.
[5] Tarikh Al Khulafâ’:320
Tidak ada komentar:
Posting Komentar