Jumat, 13 September 2019

Syariat

Allah tidak butuh syariat ibadahmu

Untuk apa syariat ibadah kita bagi Allah? Agar kekuasaanNya bertambah? Dari kerajaan kecil lalu makin bertambah luas?  Atau agar kekuasaanNya tetap abadi? Seperti itukah? Tentu tidak bukan? Ataukah agar manusia menjadi lebih baik? Tentu tidak karena Allah telah menciptakan manusia sebagai sebaik baik ciptaan, tidak membutuhkan hal lain agar lebih baik, sebab jika masih membutuhkan hal lain (syariat) agar menjadi lebih baik maka Allah tidak menciptakan manusia dalam kondisi ciptaan yang baik, alias eror.

Lalu untuk apa syariat diciptakan oleh Allah untuk manusia? Itu adalah sebagai tanda apakah manusia tersebut masih patuh, taat atau tidak pada utusanNya, pemimpinNya, imamNya, rasul rasulNya. Itu artinya selama manusia masih menjalankan syariat yang dibawa setiap nabi, rasul atau yang diajarkan para imam imamNya maka itu artinya manusia tersebut masih patuh padaNya melalui kepatuhan mereka pada rasul rasul atau imam imamNya, jika tidak maka dia telah menolak patuh pada rasul rasulNya

Untuk itulah, setiap rasul membawa syariatnya sendiri sendiri atau melanjutkan syariat nabi nabi sebelumnya, untuk apa? Sebagai tanda  kepatuhan atau ketidakpatuhan ummat padanya.

Manusia sebagai mahluk sempurna mempunyai tugas di dunia, membawa naik jiwa jiwa semesta agar kembali kepadaNya dengan ganjaran atas tasbih tasbih mereka selama ini

Memperjalankan di waktu malam (Al-'Isrā'):44 - Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Semuanya bertasbih kepadaNya dan tidak ada tasbih yang sia sia dihadapan Allah kecuali pasti akan diberi ganjaran olehNya. Karena itulah segala sesuatu harus dimuat ke hadapanNya dalam wujud manusia. Itu artinya semuanya akan bermuara pada manusia. Itulah hakekat penciptaan manusia di muka bumi sebagai muara berbagai macam jiwa yang dimakan, yang diminum atau dihirup lewat udara dan menyatu membentuk tubuh manusia

Itu artinya dari sanalah sifat hewania negatif, yang buas, saling menerkam mempengaruhi jiwa manusia, dan karena hal itulah maka manusia harus dipandu, dituntun, dalam sekawanan manusia (komunal, sosial, kemasyarakatan) oleh manusia yang lain yang terjaga dari pengaruh jiwa negatif hewania, dan mereka ini dikenal sebagai manusia suci dan oleh karena itulah syariat dibuat sebagai penanda kepatuhan mereka padanya agar tercipta, satu kepatuhan yang akan membawa sekawanan manusia tersebut tetap baik dan tidak saling menerkam satu sama lain, sehingga tujuannya sebagai pembawa jiwa semesta dapat terselesaikan dengan baik dan diganjar dengan syurga

Untuk itulah perlu ada syariat bagi manusia agar manusia lebih teratur dan terpimpin. Sehingga tujuan syariat sejatinya adalah demi keteraturan dan tertib terpimpin, oleh manusia suci. Tanpa manusia suci atau rasul rasul, imam imam maka syariat tidak ada gunanya

Maka itulah sekalipun menegakkan syariat secara total tapi tidak dibawah pimpinan rasul rasul maka sama saja akan melahirkan pertikaian pertikaian baru karena tidak dipandu oleh manusia suci.

Untuk itu, syariat adalah urusan kedua manakalah urusan kepemimpinan telah usai ditegakkan.

Maka tegakkan dulu siapa rasul rasul diantara kita barulah beralih pada penegakan syariat

Jika semua telah berdiri, dan tugas mengantar jiwa telah selesai dilaksanakan maka disitulah letak ketaatan yang sebenarnya, letak ibadah penghambaan, pengabdian yang sebenarnya.

Tanpa kepemimpinan manusia suci, rasul rasul, imam imam maka hakekat syariat tidak ada nilai dan tujuannya disisi Allah

Memperjalankan di waktu malam (Al-'Isrā'):71 - (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.

Untuk itulah diakhirat nanti, kitab amalan yang mencatat amalan dari pelaksanaan syariat atau pelanggaran syariat baru akan diberikan manakala orang tersebut berada dalam kepemimpinan atau dipimpin oleh rasul rasul atau imam imam, darisanalah syariat baru akan memiliki nilai.

itu artinya dari arahan imam imam atau rasul rasullah baru syariat dapat bernilai, karena dari arahan dan panduan imamlah maka syariat bisa berdiri dengan ukuran yang benar dan kesucian. Tanpa imam atau rasul rasul maka syariat akan ditegakkan bukan dengan ukuran yang benar dan suci, melainkan dengan hawa nafsu dan ketidaktahuan yang berakibat pada kedzaliman

Yang bertekuk lutut (Al-Jāthiyah):18 - Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar