Selasa, 25 Juni 2019

Kemenangan sejati

Apa sih esensi kemenangan itu jika hanya kita yg merasakan kemenangan itu? Itupun jika kita emang benar benar menang?
Coba kita cek, zakat kita tdk dibayarkan kepada muwalliha, ini bertentangan dgn al baqarah 148, at taubah 103

Pengampunan (At-Tawbah):103 - Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sapi Betina (Al-Baqarah):148 - Dan bagi tiap-tiap umat ada muwallihanya (pemimpinnya sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Jelas jelas kita blm menang, krn blm sesuai dgn kriteria kemenangan versi al qur'an. Saat ini kita baru mengklaim kemenangan, dan itu biasa, siapapun berhak mengklaim kemenangan itu, apalagi hanya sekedar mengklaim melihat hilal dan sejenis urusan urusan yg sebenarnya tdk perlu diperdebatkan jika benar benar kita punya muwalliha (pemimpin). Krn jika pemimpin menyatakan A ya sami'na wa atho'na, tdk ada pilihan lain.

Maka apa esensi kemenangan itu jika menang saja tidak?

Sangat jauh.

Kemenangan itu adalah apabila kita sampai pada tujuan. Puasa dan lebaran itu bukan tujuan, itu sarana, sarana kita menuju pada Nya. Sehingga jika ada org yg berdebat masalah puasa, lebaran maka dia blm memahami apa itu sarana apa itu tujuan.

Puasa kita adalah sarana, kemenangan setelah puasa itu pun juga sarana, blm kemenangan yg sesungguhnya. Kita baru berada diatas sarana. Sarana menuju kepada kemenangan sejati yaitu Dia.
Dan kita blm sampai pada titik itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar