Rabu, 10 April 2019

Mengenal Allah

Api itu warnanya kuning kemerahan, gak bisa dipegang tapi bisa dirasakan saat membakar tangan. Hangus bahkan, dan perih. Jika api itu warnanya kita rubah ke biru, bisa gak? Bisa. Dia tetap ada bukan? Dan tetap gak bisa dipegang, hanya bisa dilihat ada. Nah coba kalo api itu warnanya kita ubah ke warna bening, gak kelihatan tapi tetap ada kan? Bisa tetap membakar bukan? Bisa tetap dirasakan adanya api itu walau warnanya bening.

Jika api itu kecil dan warnanya kuning kita bisa tau keberadaannya. Begitupun jika api itu besar dan semakin besar kita bisa lihat keberadaannya karena warnanya kuning dan panasnya terasa walau tidak disentuh. Gimana jika api yang besar dan semakin besar sebesar gunung itu warnanya kita ubah ke warna bening dan panasnya kita ubah tidak lagi panas, masih bisa kita lihat keberadaannya? Tentu tidak dapat kita lihat lagi, tapi sifatnya masih sama, sama sama membakar tapi tidak lagi panas, caranya? Kita lempar sebatang kayu kesana, pasti terbakar, disanalah kita akan tau adanya api yang sangat besar itu. Nah jika api itu sifat membakarnya kita cabut, dan kita lempar kesana kayu, dan tidak terbakar, apakah kita masih bisa melihat api super besar itu? Tentu tidak bukan? Dan gimana jika api itu makin besar dan makin besar hingga meliputi segala sesuatu disekitar kita termasuk diri kita, apakah kita masih bisa melihatnya dan merasakan keberadaan api itu? Tentu tidak bukan? Padahal kita berada ditengah tengah api itu bukan? Nah seperti itulah Allah pencipta Api.
Ada namun tidak kita sadari keberadaannya, padahal kita diliputi oleh Allah.

Ţāhā:11 - Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.

Ţāhā:12 - Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.

Cahaya (An-Nūr):35 - Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar